Sabtu, 24 Mei 2014

// // Leave a Comment

Cinta Membawamu Kembali


Aku tak tahu apa kehidupanku selanjutnya. Rasanya sangat hampa dan sepi. Aku menjalani hariku seperti biasa hingga akhirnya aku lulus kuliah dengan nilai yang cukup lumayan. Pada akhirnya aku diterima segabai tenaga pengajar di SMK Negeri 2 Denpasar sebagai guru bahasa Inggris. Aku diterima disana karena sebagai pertimbangan aku adalah alumni dari sekolah tersebut. Ya, aku menjalani kehidupanku yang keliatan sdengan rutinitas yang biasa-biasa saja. Akan tetapi, aku merasakan kehampaan dan kejenuhan yang telah berlangsung cukup lama.
                6 tahun pun berlalu dan lulus  dari SMK aku langsung bekerja. Memang sangat sulit menemukan pekerjaan  dengan bidang yang sama aku tekuni di SMK yaitu akuntansi apalagi di kota yang cukup besar Denpasar. Sehingga pada akhirnya aku bekerja sebagai marketing di sebuah perusahan swasta. Di sela-sela pekerjaanku aku sering memainkan media sosial. Pada saat itu facebook merupakan salah satu yang terpopuler. Di Facebook aku sering menuangkan inspirasiku di catatan dalam bentuk puisi. Jujur saja, waktu itu aku tidak menyangka mendapat respon yang positif dari kalangan media sosial.
                Pada suatu hari ketika jam istirahat kantor, aku membuka facebook dan ada suatu yang membuat aku sangat penasaran. Dia adalah salah satu akun yang mengomentari puisiku. Namanya Arie, dia sangat menyukai puisi di catatanku tersebut. Aku pun dan dia saling membalas komentar hingga pada akhirnya aku tahu jika dia adalah siswa di SMK Negeri 2 Denpasar. Arie baru kelas satu sedangkan aku sudah lulus. Ya, aku berpikir ini bukan sebuah kebetulan. Aku yakin Tuhan pasti punya rencana buatku.
                2 minggu berlalu, kami telah bertukar nomor ponsel dan saling berkirim pesan dan telepon. Dia adalah pribadi yang cukup humoris bagiku. Kemudia aku memutuskan bertemu dengannya pada jam istirahat di sebuah warnet. Mungkin terlihat kuno bertemu di warnet di dekat rumahnya. Tapi ketahuilah, aku sama sekali tak memiliki ide untuk bertemu dimana karena jam istirahat sangat sempit. Pada akhirnya aku bertemu dengannya dan penampilannya sungguh dewasa, menurutku dia terlalu menggunakan make-up yang tebal dan lipstik.
“Hai, Aku Rama, maaf ya udah buat kamu nunggu soalnya aku harus laporan tadi sama bos.” Sapaku.
“Ya, gak usah dipikirin, he, he,” jawabnya.
Kami pun akhirnya mengobrol di bilik warnet tersebut. Hingga akhirnya aku menyatakan untuk menjadi kekasihnya dan dia pun menerimaku sebagai kekasihnya.
                Seminggu pun berlalu, hari itu libur dan aku tidak bekerja.  Namun, aku merasa aneh. Tidak biasanya dia mematikan ponselnya. Entah kenapa aku punya firasat kalau dia berada di warnet. Akhirnya aku pergi kesana dengan sepeda motorku dan benar saja dia di sana. Aku melihatnya di dalam warnet. Aku pun masuk dan dia seperti membasuh tangis di pipinya.
“Arie, kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan?” tanyaku.
“Rama aku.... aku....” jawabnya terbata-bata.
“Ya kenapa?? Bilang donk, apa yang terjadi??”
“Aku.. sebenarnya aku masih  sayang mantanku.. aku tidak tahu kenapa perasaanku terhadapnya tak bisa hilang.. aku..”
Dengan cepat aku memeluknya. Aku tak mengatakan apapun. Dia menangis di pelukan untuk beberapa saat. Aku melepaskan pelukanku dan langsung keluar dari warnet tersebut. Aku kembali ke rumah dan memasuki kamarku. aku rebahkan tubuh ini dan berpikir. Kenapa rasanya sakit sekali. Dadaku terasa ditusuk pisau. Aku memegang dadaku dengan erat. Aku tak menyangka dia mengatakan hal tersebut. Aku sama sekali tak bisa berpikir. Aku tak tahu harus bagaimana. Aku tidak bisa marah karena aku sangat mencintainya. Aku selalu berpikir kenapa harus seperti ini?
                Malam pun menjelang. Aku langkahkan kaki ini dengan penuh ketidakberdayaan menuju teras rumahku. Aku memandangi langit yang penuh bintang. Entah, kenapa aku merasa perasaan kalud seperti ini. Aku mencoba pasrahkan hati ini walaupun sebenarnya itu tidak mungkin. Aku tidak mengerti kenapa cintaku sangat dalam untuknya. Di saat harapanku terasa sia-sia, Arie tiba di gerbang rumahku. Aku pun melihatnya dan tanpa sadar kulangkahkan kaki ini dengan perlahan menuju hadapannya. Kami terhalangi oleh pagar rumahku. Mata kami beradu seakan-akan sedang berbicara.
“Kenapa kamu  datang malam-malam seperti ini ke rumahku?” tanyaku.
“Ya ada hal yang harus aku jelaskan padamu. Aku tidak bisa tenang sebelum aku menjelaskannya padamu Rama. Sebenarnya aku masih menyayangi mantanku Rino. Namun, aku ingin sekali melupakannya. Aku ingin kamu di sisiku. Aku ingin kamu bisa membuatku melupakannya. Karena, kamu orang yang sangat mencintaiku apa adanya. Bisakah kamu di sisiku?” Kata Arie.
Aku pun terdiam. Aku membuka gerbang rumahku dengan perlahan. Aku mendekatinya secara perlahan. Kugapai tubuhnya dan kudekap dengan penuh kelembutan. Kami berpelukan dengan erat dan cukup lama. Tanpa sepatah kata aku yakin dia mengerti. Bahwa sebenarnya, aku sangat ingin berada di sisinya.
                Kami berdua menjalani hari-hari yang begitu membahagiakan. Aku selalu menghabiskan waktu bersama dia di sela-sela kesibukanku. Tak terasa hampir satu tahun kami menjalin kasih. Namun, beberapa minggu terakhir aku dan Arie sering bertengkar. Ya, kami selalu berbeda pendapat terutama tentang keputusanku untuk behenti kerja dan melanjutkan studiku di perguruan tinggi. Sebenarnya, aku tidak terlalu berharap untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Akan tetapi, ibuku memaksa untuk aku segera kuliah dan menyarankan untuk berhenti bekerja. Ibuku ingin aku fokus kuliah saja, karena ibuku tahu aku bukan tipe orang yang bisa mengerjakan 2 sampai 3 hal sekaligus. Aku berusaha meyakinkan Arie dan perlahan dia mengerti serta memahami keputusanku.
                Pendaftaran mahasiswa baru telah dibuka. Awalnya aku ingin memasuki perguruan tinggi negeri tetapi terlalu ribet bagiku. Karena harus inilah, itulah dan sebagainya. Itu sebabnya aku memilih perguruan tinggi swasta. Ya, meskipun agak sedikit mahal untungnya ibuku tak mempersoalkannya.  Okay, kembali ke cerita, aku menuju lobi untuk mengambil formulir pendaftaran. Saat aku kembali dari lobi tanpa sengaja aku bertemu dengan Ryana. “OHHH damM!!” kataku dalam hati. Aku jadi ingat saat aku SMK dulu aku sangat menyukainya. Dia merupakan salah satu gadis terpopuler di sekolahku. Kami sempat deket dan dia sering curhat kepada tentang pacarnya. Namun, aku sama sekali tidak tahu sekarang apa dia masih memiliki pacar.
“Hai, Ryana...” sapaku.
“Rama?? Kamu Rama kan? (dia kemudian memelukku)”
“Ya, ini aku. Kamu kuliah di sini juga” tanyaku.
“Ya, aku kuliah di sini, aku baru tahu kamu kuliah di sini juga, semester berapa sekarang?”
“hah? Sebenarnya aku baru saja datang dari lobi untuk mengambil formulir pendaftaran. Sekarang aku belum resmi menjadi mahasiswa di sini..” kataku.
“Hahahahahahah, maaf maaf. Ngomong-ngomong Ram, aku laper nich, makan yuks? Di belakang ada warung mie ayam, gimana?” kata Ryana.
“eeemmm, okay..” jawabku.
Kami pun akhirnya ngobrol cukup lama. Ya ternyata, dia sudah 5 di kampus ini. Entah, kenapa jantungku berdebar kencang dekatnya. Apa mungkin perasaanku padanya belum hilang?
                Singkat cerita aku dan Ryana menjadi dekat seperti dulu lagi. Kami berdua sering mengobrol tentang hal-hal yang berkaitan dengan kampus. Sampai akhirnya dia bercerita kalau dia tidak memiliki kekasih. Suatu hari pada perayaan tahun baru aku diundang ke sebuah pesta yang diadakan di rumah teman Ryana. Sebenarnya, aku sama sekali tidak ada niat untuk ikut karena aku ingin mengajak Arie makan malam berdua. Aku pun mengajak Arie makan dan kami berdua sangat romantis di sana. Di moment tersebut, aku memberinya kado istimewa. Ya, itu adalah sebuah cincin  dengan namaku dan namanya. Aku pun melingkarkan cincin tersebut di jarinya dan kemudian aku mencium keningnya. Itu adalah moment terindah dalam hidupku.
Setibanya aku di rumah dari makan malam yang penuh kenangan, ponselku berbunyi. Ternyata Ryana menelponku dan dia memintaku untuk menjemputnya. Entah kenapa aku mau menjemputnya. Setiba di di rumah temannya, aku melihat Ryana mabuk  dengan bau mulut penuh alkohol.  Ketika aku menyuruhnya masuk ke mobilku. Dia berkata bahwa ia tidak ingin pulang. Orang tuanya pasti sangat marah dia seperti ini. Akhirnya tanpa pikir panjang aku mengajaknya ke rumahku karena kebetulang Bapak dan ibu tiriku sedang ke luar kota. Sesampainya di rumah, aku mengajaknya ke kamarku. Dia pun terjatuh dan langsung tertidur. Saat aku ingin bangung dari tempat tidur dia pun langsung memelukku. Tak hanya itu dia langsung menciumku. Kami pun berciuman cukup lama. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. “Arie” kataku dalam hati. Dia pun langsung pergi tanpa sepatah kata. Aku melepaskan pelukanku pada Ryana dan langsung mengejarnya. Ketika aku sudah keluar, Arie telah pergi dengan taksi. Aku berusaha mengejarnya namun langkahku tak secapat taksi tersebut. Ternyata setelah aku cek ponselku ada pesan dari Arie. Dia ingin kembali untuk mencari dompetnya yang tertinggal di rumahku. Aku tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi dalam hidupku.
Hari demi hari pun berlalu. Aku sudah berusaha menghubungi Arie. Namun, dia sama sekali tidak mengangkat teleponku atau pun membalas smsku. Aku tidak tahu, apa yang harus aku lakukan. Kemudian pada suatu hari, aku melihatnya bersama pria lain. Saat itu aku sedang menuju kampus. Aku melihatnya di kaca mobilku. Dia sedang berboncengan dengan seorang pria. Saat melihat itu, sekejap pikiranku kosong. Sungguh hal yang menyayat hati. Aku mencoba berpikir positif. Beberapa hari kemudian, aku mendapat undangan pernikahan. Awalnya aku pikir ini adalah undangan dari kerabat atau temanku. Akan tetapi, begitu tertusuk hatiku bahwa Arie akan segera menikah. Ini aneh karena dia masih kelas 3 SMK? Apa yang terjadi? Apa dia hamil? Aku tidak percaya dengan semua kenyataan ini. Aku sangat shock mendengar hal tersebut. Hingga aku tak mampu menghentikan air mataku. Air mataku yang tak pernah keluar selama ini dan kini kesedihan ini membuatku mampu mengeluarkan air mata ini.
Aku menjalani kehidupanku dengan kehampaan. Aku sadar ini semua salahku. Aku tak mampu memperbaiki bahkan membuat dia kembali. Dengan sisa hati yang ada aku mencoba untuk melanjutkan hidup ini. Paling tidak untuk meneruskan harapan orang tuaku walaupun rasanya ingin mati. Aku pernah mencoba untuk menjalin kasih dengan yang lain bahkan pernah berpacaran. Namun, itu tidak bertahan lama karena aku tidak bisa memaksakan hatiku pada orang lain selain Arie. Lalu, bagaimana dengan Ryana? Sejak kejadian itu aku tidak berhubungan lagi dengannya. Meskpun dia meminta maaf padaku ribuan kali atas kejadian itu, aku sama sekali tidak peduli. Aku sangat membenci Ryana karena hal tersebut. Tapi, aku lebih membenci diriku sendiri.
Kini setelah aku lulus dari perguruan tinggi dan bekerja sebagai guru di sekolahku dulu, aku masih tidak bisa melenyapkan kehampaan itu. Aku menjalani hari-hariku seperti layaknya orang normal. Ini adalah hidupku yang membosankan. Setiap aku melihat cincin di tanganku, entah kenapa aku tak mampu melepaskannya. Walaupun kini dia telah menikah, entah kenapa aku merasakan bahwa dia masih mencintaiku. Aku masih bisa mendengar suaranya, aku masih bisa merasakan bau tubuhnya. Ya, itu hanya khayalanku saja.
Pada suatu hari aku berada di sebuah toko buku untuk mencari materi yang aku akan aku pakai di kelas nanti. Tiba-tiba ketika aku membalikan badanku , aku menabrak seorang wanita. Pada saat aku melihat wajahnya, betapa terkejutnya diriku. “Arie” kataku dalam hati. Arie pun melihatku dengan terkejut. Kami pun saling memandang dengan lama.
“Rama??”
“Arie.. aku, aku, aku mencintaimu..” kataku tanpa pikir panjang
Dia pun terdiam mendengar kalimat yang aku ucapkan. Dia pun memelukku dengan erat. Kami berdua berpelukan meskipun banyak yang menyaksikan.
                Sejak saat itu dia menceritakan bahwa dia menikah karena dia hamil oleh mantan suaminya. Ternyata, 1 tahun lalu dia telah bercerai karena tak tahan dengan kelakuan suaminya yang selalu melakukan kekerasaan padanya. Hingga akhirnya dia harus membesarkan anaknya seorang diri. Ketika, aku sedang mendengar obrolannya aku melihat dia masih menyimpan cincin yang kuberikan dan menjadi sebuah kalung. Ternyata, Arie masih mencintaiku sampai saat ini. Aku sangat bahagia, belahan hatiku telah kembali dan aku menikahinya 1 bulan kemudian. Ternyata,  walaupun kamu berpisah dengannya dan tetap mencintainya dan ia pun mencintaimu dia akan selalu kembali padamu di tempat yang sama di hatinya.
Tamat

0 komentar:

Posting Komentar