Aku tak tahu apa kehidupanku selanjutnya.
Rasanya sangat hampa dan sepi. Aku menjalani hariku seperti biasa hingga
akhirnya aku lulus kuliah dengan nilai yang cukup lumayan. Pada akhirnya aku
diterima segabai tenaga pengajar di SMK Negeri 2 Denpasar sebagai guru bahasa
Inggris. Aku diterima disana karena sebagai pertimbangan aku adalah alumni dari
sekolah tersebut. Ya, aku menjalani kehidupanku yang keliatan sdengan rutinitas
yang biasa-biasa saja. Akan tetapi, aku merasakan kehampaan dan kejenuhan yang
telah berlangsung cukup lama.
6
tahun pun berlalu dan lulus dari SMK aku
langsung bekerja. Memang sangat sulit menemukan pekerjaan dengan bidang yang sama aku tekuni di SMK
yaitu akuntansi apalagi di kota yang cukup besar Denpasar. Sehingga pada
akhirnya aku bekerja sebagai marketing di sebuah perusahan swasta. Di sela-sela
pekerjaanku aku sering memainkan media sosial. Pada saat itu facebook merupakan
salah satu yang terpopuler. Di Facebook aku sering menuangkan inspirasiku di
catatan dalam bentuk puisi. Jujur saja, waktu itu aku tidak menyangka mendapat
respon yang positif dari kalangan media sosial.
Pada
suatu hari ketika jam istirahat kantor, aku membuka facebook dan ada suatu yang
membuat aku sangat penasaran. Dia adalah salah satu akun yang mengomentari
puisiku. Namanya Arie, dia sangat menyukai puisi di catatanku tersebut. Aku pun
dan dia saling membalas komentar hingga pada akhirnya aku tahu jika dia adalah
siswa di SMK Negeri 2 Denpasar. Arie baru kelas satu sedangkan aku sudah lulus.
Ya, aku berpikir ini bukan sebuah kebetulan. Aku yakin Tuhan pasti punya
rencana buatku.
2
minggu berlalu, kami telah bertukar nomor ponsel dan saling berkirim pesan dan
telepon. Dia adalah pribadi yang cukup humoris bagiku. Kemudia aku memutuskan
bertemu dengannya pada jam istirahat di sebuah warnet. Mungkin terlihat kuno
bertemu di warnet di dekat rumahnya. Tapi ketahuilah, aku sama sekali tak
memiliki ide untuk bertemu dimana karena jam istirahat sangat sempit. Pada
akhirnya aku bertemu dengannya dan penampilannya sungguh dewasa, menurutku dia
terlalu menggunakan make-up yang tebal dan lipstik.
“Hai, Aku Rama, maaf ya udah buat kamu nunggu
soalnya aku harus laporan tadi sama bos.” Sapaku.
“Ya, gak usah dipikirin, he, he,” jawabnya.
Kami pun akhirnya mengobrol di bilik warnet
tersebut. Hingga akhirnya aku menyatakan untuk menjadi kekasihnya dan dia pun
menerimaku sebagai kekasihnya.
Seminggu
pun berlalu, hari itu libur dan aku tidak bekerja. Namun, aku merasa aneh. Tidak biasanya dia
mematikan ponselnya. Entah kenapa aku punya firasat kalau dia berada di warnet.
Akhirnya aku pergi kesana dengan sepeda motorku dan benar saja dia di sana. Aku
melihatnya di dalam warnet. Aku pun masuk dan dia seperti membasuh tangis di
pipinya.
“Arie, kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan?”
tanyaku.
“Rama aku.... aku....” jawabnya terbata-bata.
“Ya kenapa?? Bilang donk, apa yang terjadi??”
“Aku.. sebenarnya aku masih sayang mantanku.. aku tidak tahu kenapa
perasaanku terhadapnya tak bisa hilang.. aku..”
Dengan cepat aku memeluknya. Aku tak
mengatakan apapun. Dia menangis di pelukan untuk beberapa saat. Aku melepaskan
pelukanku dan langsung keluar dari warnet tersebut. Aku kembali ke rumah dan
memasuki kamarku. aku rebahkan tubuh ini dan berpikir. Kenapa rasanya sakit
sekali. Dadaku terasa ditusuk pisau. Aku memegang dadaku dengan erat. Aku tak
menyangka dia mengatakan hal tersebut. Aku sama sekali tak bisa berpikir. Aku
tak tahu harus bagaimana. Aku tidak bisa marah karena aku sangat mencintainya. Aku
selalu berpikir kenapa harus seperti ini?
Malam
pun menjelang. Aku langkahkan kaki ini dengan penuh ketidakberdayaan menuju
teras rumahku. Aku memandangi langit yang penuh bintang. Entah, kenapa aku
merasa perasaan kalud seperti ini. Aku mencoba pasrahkan hati ini walaupun
sebenarnya itu tidak mungkin. Aku tidak mengerti kenapa cintaku sangat dalam
untuknya. Di saat harapanku terasa sia-sia, Arie tiba di gerbang rumahku. Aku
pun melihatnya dan tanpa sadar kulangkahkan kaki ini dengan perlahan menuju
hadapannya. Kami terhalangi oleh pagar rumahku. Mata kami beradu seakan-akan
sedang berbicara.
“Kenapa kamu
datang malam-malam seperti ini ke rumahku?” tanyaku.
“Ya ada hal yang harus aku jelaskan padamu.
Aku tidak bisa tenang sebelum aku menjelaskannya padamu Rama. Sebenarnya aku
masih menyayangi mantanku Rino. Namun, aku ingin sekali melupakannya. Aku ingin
kamu di sisiku. Aku ingin kamu bisa membuatku melupakannya. Karena, kamu orang
yang sangat mencintaiku apa adanya. Bisakah kamu di sisiku?” Kata Arie.
Aku pun terdiam. Aku membuka gerbang rumahku
dengan perlahan. Aku mendekatinya secara perlahan. Kugapai tubuhnya dan kudekap
dengan penuh kelembutan. Kami berpelukan dengan erat dan cukup lama. Tanpa sepatah
kata aku yakin dia mengerti. Bahwa sebenarnya, aku sangat ingin berada di
sisinya.
Kami
berdua menjalani hari-hari yang begitu membahagiakan. Aku selalu menghabiskan
waktu bersama dia di sela-sela kesibukanku. Tak terasa hampir satu tahun kami
menjalin kasih. Namun, beberapa minggu terakhir aku dan Arie sering bertengkar.
Ya, kami selalu berbeda pendapat terutama tentang keputusanku untuk behenti
kerja dan melanjutkan studiku di perguruan tinggi. Sebenarnya, aku tidak
terlalu berharap untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Akan tetapi, ibuku
memaksa untuk aku segera kuliah dan menyarankan untuk berhenti bekerja. Ibuku
ingin aku fokus kuliah saja, karena ibuku tahu aku bukan tipe orang yang bisa
mengerjakan 2 sampai 3 hal sekaligus. Aku berusaha meyakinkan Arie dan perlahan
dia mengerti serta memahami keputusanku.
Pendaftaran
mahasiswa baru telah dibuka. Awalnya aku ingin memasuki perguruan tinggi negeri
tetapi terlalu ribet bagiku. Karena harus inilah, itulah dan sebagainya. Itu
sebabnya aku memilih perguruan tinggi swasta. Ya, meskipun agak sedikit mahal
untungnya ibuku tak mempersoalkannya.
Okay, kembali ke cerita, aku menuju lobi untuk mengambil formulir
pendaftaran. Saat aku kembali dari lobi tanpa sengaja aku bertemu dengan Ryana.
“OHHH damM!!” kataku dalam hati. Aku jadi ingat saat aku SMK dulu aku sangat
menyukainya. Dia merupakan salah satu gadis terpopuler di sekolahku. Kami
sempat deket dan dia sering curhat kepada tentang pacarnya. Namun, aku sama
sekali tidak tahu sekarang apa dia masih memiliki pacar.
“Hai, Ryana...” sapaku.
“Rama?? Kamu Rama kan? (dia kemudian
memelukku)”
“Ya, ini aku. Kamu kuliah di sini juga”
tanyaku.
“Ya, aku kuliah di sini, aku baru tahu kamu
kuliah di sini juga, semester berapa sekarang?”
“hah? Sebenarnya aku baru saja datang dari
lobi untuk mengambil formulir pendaftaran. Sekarang aku belum resmi menjadi
mahasiswa di sini..” kataku.
“Hahahahahahah, maaf maaf. Ngomong-ngomong
Ram, aku laper nich, makan yuks? Di belakang ada warung mie ayam, gimana?” kata
Ryana.
“eeemmm, okay..” jawabku.
Kami pun akhirnya ngobrol cukup lama. Ya
ternyata, dia sudah 5 di kampus ini. Entah, kenapa jantungku berdebar kencang
dekatnya. Apa mungkin perasaanku padanya belum hilang?
Singkat
cerita aku dan Ryana menjadi dekat seperti dulu lagi. Kami berdua sering mengobrol
tentang hal-hal yang berkaitan dengan kampus. Sampai akhirnya dia bercerita
kalau dia tidak memiliki kekasih. Suatu hari pada perayaan tahun baru aku
diundang ke sebuah pesta yang diadakan di rumah teman Ryana. Sebenarnya, aku
sama sekali tidak ada niat untuk ikut karena aku ingin mengajak Arie makan
malam berdua. Aku pun mengajak Arie makan dan kami berdua sangat romantis di
sana. Di moment tersebut, aku memberinya kado istimewa. Ya, itu adalah sebuah
cincin dengan namaku dan namanya. Aku
pun melingkarkan cincin tersebut di jarinya dan kemudian aku mencium keningnya.
Itu adalah moment terindah dalam hidupku.
Setibanya aku di rumah dari makan malam yang
penuh kenangan, ponselku berbunyi. Ternyata Ryana menelponku dan dia memintaku
untuk menjemputnya. Entah kenapa aku mau menjemputnya. Setiba di di rumah
temannya, aku melihat Ryana mabuk dengan
bau mulut penuh alkohol. Ketika aku
menyuruhnya masuk ke mobilku. Dia berkata bahwa ia tidak ingin pulang. Orang
tuanya pasti sangat marah dia seperti ini. Akhirnya tanpa pikir panjang aku
mengajaknya ke rumahku karena kebetulang Bapak dan ibu tiriku sedang ke luar
kota. Sesampainya di rumah, aku mengajaknya ke kamarku. Dia pun terjatuh dan
langsung tertidur. Saat aku ingin bangung dari tempat tidur dia pun langsung
memelukku. Tak hanya itu dia langsung menciumku. Kami pun berciuman cukup lama.
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. “Arie” kataku dalam hati. Dia pun langsung
pergi tanpa sepatah kata. Aku melepaskan pelukanku pada Ryana dan langsung
mengejarnya. Ketika aku sudah keluar, Arie telah pergi dengan taksi. Aku
berusaha mengejarnya namun langkahku tak secapat taksi tersebut. Ternyata
setelah aku cek ponselku ada pesan dari Arie. Dia ingin kembali untuk mencari
dompetnya yang tertinggal di rumahku. Aku tidak menyangka hal seperti ini akan
terjadi dalam hidupku.
Hari demi hari pun berlalu. Aku sudah
berusaha menghubungi Arie. Namun, dia sama sekali tidak mengangkat teleponku
atau pun membalas smsku. Aku tidak tahu, apa yang harus aku lakukan. Kemudian
pada suatu hari, aku melihatnya bersama pria lain. Saat itu aku sedang menuju
kampus. Aku melihatnya di kaca mobilku. Dia sedang berboncengan dengan seorang
pria. Saat melihat itu, sekejap pikiranku kosong. Sungguh hal yang menyayat
hati. Aku mencoba berpikir positif. Beberapa hari kemudian, aku mendapat
undangan pernikahan. Awalnya aku pikir ini adalah undangan dari kerabat atau
temanku. Akan tetapi, begitu tertusuk hatiku bahwa Arie akan segera menikah.
Ini aneh karena dia masih kelas 3 SMK? Apa yang terjadi? Apa dia hamil? Aku
tidak percaya dengan semua kenyataan ini. Aku sangat shock mendengar hal
tersebut. Hingga aku tak mampu menghentikan air mataku. Air mataku yang tak
pernah keluar selama ini dan kini kesedihan ini membuatku mampu mengeluarkan
air mata ini.
Aku menjalani kehidupanku dengan kehampaan.
Aku sadar ini semua salahku. Aku tak mampu memperbaiki bahkan membuat dia
kembali. Dengan sisa hati yang ada aku mencoba untuk melanjutkan hidup ini.
Paling tidak untuk meneruskan harapan orang tuaku walaupun rasanya ingin mati.
Aku pernah mencoba untuk menjalin kasih dengan yang lain bahkan pernah
berpacaran. Namun, itu tidak bertahan lama karena aku tidak bisa memaksakan
hatiku pada orang lain selain Arie. Lalu, bagaimana dengan Ryana? Sejak
kejadian itu aku tidak berhubungan lagi dengannya. Meskpun dia meminta maaf
padaku ribuan kali atas kejadian itu, aku sama sekali tidak peduli. Aku sangat
membenci Ryana karena hal tersebut. Tapi, aku lebih membenci diriku sendiri.
Kini setelah aku lulus dari perguruan tinggi
dan bekerja sebagai guru di sekolahku dulu, aku masih tidak bisa melenyapkan
kehampaan itu. Aku menjalani hari-hariku seperti layaknya orang normal. Ini
adalah hidupku yang membosankan. Setiap aku melihat cincin di tanganku, entah
kenapa aku tak mampu melepaskannya. Walaupun kini dia telah menikah, entah
kenapa aku merasakan bahwa dia masih mencintaiku. Aku masih bisa mendengar
suaranya, aku masih bisa merasakan bau tubuhnya. Ya, itu hanya khayalanku saja.
Pada suatu hari aku berada di sebuah toko
buku untuk mencari materi yang aku akan aku pakai di kelas nanti. Tiba-tiba
ketika aku membalikan badanku , aku menabrak seorang wanita. Pada saat aku
melihat wajahnya, betapa terkejutnya diriku. “Arie” kataku dalam hati. Arie pun
melihatku dengan terkejut. Kami pun saling memandang dengan lama.
“Rama??”
“Arie.. aku, aku, aku mencintaimu..” kataku
tanpa pikir panjang
Dia pun terdiam mendengar kalimat yang aku
ucapkan. Dia pun memelukku dengan erat. Kami berdua berpelukan meskipun banyak
yang menyaksikan.
Sejak
saat itu dia menceritakan bahwa dia menikah karena dia hamil oleh mantan
suaminya. Ternyata, 1 tahun lalu dia telah bercerai karena tak tahan dengan
kelakuan suaminya yang selalu melakukan kekerasaan padanya. Hingga akhirnya dia
harus membesarkan anaknya seorang diri. Ketika, aku sedang mendengar obrolannya
aku melihat dia masih menyimpan cincin yang kuberikan dan menjadi sebuah
kalung. Ternyata, Arie masih mencintaiku sampai saat ini. Aku sangat bahagia,
belahan hatiku telah kembali dan aku menikahinya 1 bulan kemudian.
Ternyata, walaupun kamu berpisah
dengannya dan tetap mencintainya dan ia pun mencintaimu dia akan selalu kembali
padamu di tempat yang sama di hatinya.
Tamat
0 komentar:
Posting Komentar