Selasa, 07 September 2010

// // Leave a Comment

Kisah Cinta Sejati VI

Kehidupan pernikahan memang tidak semudah yang dikira. Terpaan badai ekonomi menerjang aku dan istriku. Berbagai cara kami lakukan agar mampu bertahan hidup. Salah satunya dengan bekerja. Ya aku yang saat ini hanya bekerja sebagai karyawan Toko coklat. Walaupun begitu, kami bahagia dengan kehidupan kami. Istriku sangat mengerti keadaanku. Aku hanyalah anak desa yang tak lulus SD sama sekali karena masalah ekonomi. Mungkin bukan impian banyak wanita bisa menjadi pedampingku. Aku bersyukur pada Tuhan bisa mendapat istri yang cantik dan sebaik dia. Walaupun kami belum dikarunia seorang buah hati. Bagiku ini sudah cukup membahagiakan.

Aku ingat dulu aku hanyalah anak desa yang tak memiliki apapun. Aku merantau ke kota berharap mendapat perubahan dalam hidupku. Atas izin orang tuaku aku merantau berharap mendapatkan kehidupan yang layak. Tapi yang kudapat waktu itu tak jauh beda dengan aku lakukan di desa. Aku menjadi kuli bangunan di Kota. Walaupun kuli uangnya lumayan bagiku. Selama beberapa bulan menjadi kuli aku bekerja pada seseorang yang kaya Raya. Pak Agung namanya. Beliau menjadikanku tukang kebun dirumahnya. Aku beruntung beliau sangat baik hati padaku dan mengizinkan aku tinggal dirumahnya. Selama beberapa bulan aku bekerja pada beliau aku merasa sangat nyaman. Aku bahagia kini aku bisa mengumpulkan uang untuk keberikan ayah dan ibu di desa.

Suatu hari aku melihat anak beliau Rio bermain gitar. Ya Rio adalah anggota band terkenal di Jakarta. Aku selalu melihatnya memainkan gitar. Karena aku sering melihat Rio bermain gitar, dia pun mengetahuinya.
“Beni…. Aku tahu sering melihatku bermain gitar.. mau aku ajari bermain???” tawar Rio.
“Benarkah Tuan??” kataku.
“Tentu saja…. Sini aku ajari kau bermain gitar…” kata Rio.
Akhirnya Rio mengajari aku bermain gitar. Aku pun dengan serius mempelajarinya. Dan aku menjadi mahir bermain gitar dalam waktu 1 minggu. Karena kecepatan aku dalam belajar itu. Rio menawari aku untuk bergabung dengan bandnya sebagai Additional Personal. Tawarin yang sangat menarik. Walau aku hanya menjadi cadangan. Aku cukup senang, bisa ikut band tersebut.

Suatu hari salah satu gitaris band Rio terkena demam berdarah dan harus dirawat di rumah sakit. Jadwal manggung yang terlanjur tak dapat diubah memaksa Rio memanggilku dalam band. Kemudian aku dan Band Roi hanya diberi waktu berlatih 2 hari untuk menyesuaikan ritme. Akhirnya tibalah waktu manggung di hadapan penonton. Entah kenapa aku sangat gemetar.
“Hey…. Santai aja Rileks ya Ben.. Aku yakin kamu bisa…” kata Rio.
“Tapi ini pertama kalinya aku tampil di muka umum…..” kataku sambil gemetar.
“Tenang saja.. lihatlah gitarmu pada saat bermain… okay??” kata Rio.
Aku pu menuruti kata-kata Rio. Aku hanya gitarku pada saat manggung. Sungguh sangat melelahkan acara tersebut, tapi aku cukup senang bisa menampilkan yang terbaik. Inilah awal mula aku menjadi seorang gitaris. Aku harap inilah jalan hidupku.

Ternyata Tuhan memang baik padaku. Aku mendapat tawaran pada “Angel” untuk menjadi gitaris baru. Karena gitaris mereka yang lama hengkang. Aku pun membicarakan hal ini pada Rio dan Pak Agung tentang hal ini. Walaupun mereka masih ingin aku tetap tinggal, namun aku harus bisa memilih masa depan aku. Aku mengucapkan terima kasih kepada Pak Agung yang menampungku serta Rio yang telah mengajariku bermain gitar. Aku bersyukur pada mereka akhirnya aku bisa menemukan jalan hidupku.

Akhirnya aku bergabung dengan Grup musik Angel. Walaupun tak setenar Grup Band Rio, namun kami berusaha menjadi yang terbaik. Perlahan tapi pasti Grup musik kami terkenal. Banyak tawaran manggung yang kami layani. Penjualan album pun sangat besar. Aku tak menyangka dalam waktu 1 tahun aku bisa mengubah hidupku. Aku pun pulang kampung dan memberikan banyak uang pada ke dua orang tuaku. Mereka nampak senang dengan kehidupan baruku di Kota. Aku sangat bahagia bisa membahagiakan ke dua orang tuaku. Itu adalah saat yang membahagiakan pada waktu itu.

Aku bertemu istriku pada saat aku manggung di Bali. Ya waktu itu aku sedang mengikuti tour ke luar kota. Pertama kali kami bertemu di acara pemanasan panggung di Universitas Negeri disana. Saat itu tanpa sengaja aku menyenggol dia waktu dia sedang minum.
“Aduhh maafin aku ya… kamu gak apa-apa??” kataku.
“Gak apa-apa kok… kamu kan?? Kamu kan salah satu anggota band Angel???” katanya.
“Ya… Sory ya… duhh tar aku ganti minuman kamu…” kataku.
“Gak usah… aku boleh minta tanda tangannya??” katanya.
“Boleh…..” kataku.
Aku pun memberi tanda-tanganku padanya. Kita pun berkenalan, namanya Sinta, masih mahasiswa Semester akhir di Universitas tersebut. Aku dan asik ngobrol mengenai lagu-lagu kami. Hingga aku dan dia bertukar nomer Handphone.

Hubunganku dengan Sinta makin jauh. Hingga akhirnya kami berpacaran. Ternyata Sinta adalah wanita yang baik. Walau terkadang cerewet dia begitu baik. Dia mengatakan padaku bahwa dia menjadikan aku kekasihnya bukan karena aku artis dan anggota band. Tapi karena aku baik dan mencintainya. Aku sangat senang mendengar hal tersebut. Walau kami terkadang harus berhubungan jarak jauh karena aku harus tinggal di Jakarta tapi aku selalu menyempatkan ke Bali bertemu dengannya melepas rindu.

Tapi kehidupanku yang bahagia ini tak selalu berjalan indah. Suatu hari aku dan Shinta berjalan di kota. Kebetulan Shinta sedang libur kuliah sehingga dia bisa menemaniku di Jakarta.
“Aku senang banget bisa nemenin kamu…. Tahu gak aku tuh sumpek harus di Bali melulu..” katanya.
“Yang bener?? Kan di Bali banyak tempat wisata dan bule-bule yang bagus. Heheheeheh” kataku.
“Ya seih.. tapi udah biasa… yang gak biasa saat disamping kamu….” Katanya.
Saat aku dan Sinta sedang ngobrol tiba-tiba ada kereta bayi yang meluncur ke jalan dan pas di depan kereta bayi itu ada truk yang meluncur. Aku pun dengan cepat menyelamatkan kereta bayi itu. Aku berhasil menyelamatkan kereta bayi itu namun aku terjatuh. Tanpa kuketahui ada truk lagi mengarah padaku dengan kecepatan tinggi. Lengan kiriku di lindas truk tersebut. Aku merasakan seluruh lengan kiriku hancur dan remuk. Aku pun pinggsan dan tak sadarkan diri.

Aku pingsan selama 2 hari. Saat aku tersadar aku sudah berada dirumah sakit. Di sampingku nampak Sinta tertidur di sofa. Dia menunggu di rumah sakit. Saat aku berusaha bergerak aku tak dapat merasakan lengan kiriku. Aku pun terkejut lengan kiriku. Aku telah kehilangan lengan kiriku.
“TIDAK……!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku.
“Ada apa Ben….??” Kata Sinta yang terkaget dengan teriakanku.
“Lenganku… lenganku!!!!!!!! Tidak….!!” Kataku sambil menangis.
Sinta memelukku. Aku dan dia menangis menerima kenyataan bahwa aku cacat. Kenyataan yang mengubah kehidupanku selamanya. Kenyataan yang membuat semua impianku musnah. Apakah ini adil?? Apa salahku hingga Tuhan memberiku seperti ini.Sejak kejadian itu aku pun keluar dari Band. Aku tak bisa lagi memainkan gitar. Setiap saat jika aku melihat gitar aku selalu menangis. Semua berita aku cacat terlah tersebar. Semua tampak melihatku. Aku malu pada diriku. Harusnya aku tak menolong bayi itu. Kenapa aku diberi cobaan seperti ini?? Adilkah ini bagiku???

Aku pun selalu murung. Aku memutuskan untuk tinggal di desa. Tempat yang sangat sunyi bagiku. Aku terus sendiri dalam menerima kenyataan ini. Hingga akhirnya aku tak menyangka Sinta kan datang menmuiku. Aku malu pada Sinta karena aku cacat.
“Sinta…? Kenapa kamu kemari?” kataku.
“Ben… aku datang ke sini karena aku merindukan kamu… sudah 2 bulan kamu tak menghubungiku. Aku khawatir terjadi sesuatu denganmu.,,” kata Sinta.
“Buat apa kamu mengkhawatirkan aku?? Aku cacat, aku tak pantas bagimu Sinta… kamu bisa dapat lebih baik dariku… aku karang hanyalah orang cacat yang tak memiliki apa-apa sekarang…” kataku.
Sinta pun mendekatiku dan menamparku. Aku melihatnya meneteskan air mata.
“Apa Kamu Bodoh…..!!! aku mencintaimu Ben.. aku bangga memiliki kekasih seperti kamu..!!! kamu dengan segala resiko mempertaruhkan nyawa hanya demi seorang bayi…!! Kamu adalah orang yang sangat aku cintai!!” kata Sinta.
Dia pun memelukku. Aku sangat terharu dengan apa yang di katakannya. Aku sungguh bodoh mengira bahwa Sinta tak menginginkan aku lagi. Akhirnya aku mengatahui ketulusan Sinta dalam mencintaiku. Aku sungguh bersyukur masih memiliki Sinta dalam hidupku.

Itulah awal hidup baruku. Aku pun memutuskan tinggal di Bali bersama Sinta. Aku memberi setengah tabunganku pada ke dua orang tuaku agar mereka bisa menggunakannya untuk keperluan sehari-hari dan setengahnya untuk membeli rumah kecil di Bali. Aku memilih Bali karena sinta masih ingin meneruskan study akhirnya mendapatkan gelar S1. Kita pun melangsungkan pernikahan di Bali. Aku tidak ingin menyusahkan Sinta dalam membiayai kebutuhan rumah tangga hingga akhirnya aku bertemu Rama. Ya Rama adalah pemilik Toko coklat “D’cokolat” aku pun berterima kasih karena beliau telah mepekerjakan aku. Gajinya cukup untuk keperluan rumah tanggaku bersama Sinta.

Aku sekarang mengerti mengapa Tuhan memberikan aku jalan seperti ini. Aku harus bisa menerima kenyataan. Kadang manusia sulit menerima kenyataan. Namun hidup adalah hidup. Di saat semua terasa tak ada artinya pasti akan ada cahaya yang kan menerangi, hingga pada akhirnya mengatahui bahwa masih ada yang lebih berarti dari pada menghakimi diri sendiri.

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar