Minggu, 05 September 2010

// // Leave a Comment

Kisah Cinta Sejati V

Sudah 2 tahun aku lulus dari bangku SMA. Selama itu pula, aku bekerja di toko coklat. Aku memang tidak ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Bukan karena tidak mampu kuliah. Banyak hal yang terjadi selama aku menjalani hidup ini.

Aku ingat saat aku masih SMA dulu. Aku adalah cowok yang paling populer dikalangan cewek-cewek sekolah. Aku adalah ketua tim basket sekolah waktu itu. Tidak heran banyak wanita yang bisa aku gaet menjadi pacarku karena kepopuleranku. Aku melakukan itu hanya sebatas “have fun” saja. Kadang tidak jarang cewek-cewek tersebut menawarkan diri. Bisa kalian bayangan bagaimana kehidupan aku pada saat itu. Orang tuaku sangat memanjakan aku. Ini tidak terlepas aku anak tunggal. Mobil, motor, handphone berkelas semua diberikan oleh orang tuaku. Itu karena orang tuaku anggota dewan di pemerintahan. Untuk masalah prestasi aku memang sangat kurang. Ya aku sangat malas belajar waktu itu, bahkan ulanganpun aku mengandalkan teman-temanku. Dengan apa yang aku miliki aku bisa melakukan segalanya.

Tapi cinta dapat mengubah segalanya. Sejak aku mengenal seseorang wanita di taman kota. Waktu itu aku ingat aku melihat dia mengenakan syal putih di lehernya. Setiap aku melewati taman kota sore hari aku selalu melihatnya. Entah kenapa aku sangat penasaran pada wanita itu. Hingga pada akhirnya aku berkenalan dengannya. Saat itu dia sedang membuat origami burung bangau.
“Kamu pintar ya bikin origami seperti ini…” kataku.
“Ya terima kasih..” kata wanita tersebut.
“eeemhhh aku sering melihat kamu di sini.. boleh aku berkenalan?? Namaku Hanz….. kalau kamu siapa??” kataku.
“Helena…” kata wanita tersebut.
“Helena… nama yang indah.. oh ya.. kenapa kamu suka mengerjakan origami??” kataku.
“Sudah hobiku….” Kata Helena.
“Bisa ajarin aku bikin seperti itu??? Aku tertarik mempelajarinya…..” kataku.
Helena mengajarkan aku origami. Dia sangat lembut, baik hati, dan sangat berbeda dari wanita manapun yang aku kenal. Aku merasakan kehangatan bersamanya. Apakah ini cinta?? Memang aku tak tahu arti cinta.

Sejak saat itu aku sering bertemu dengannya di taman kota. Aku semakin dekat dengannya. Dia semakin banyak mengajarkan aku origami. Aku semakin senang bisa banyak tehnik origami. Karena kedekatanku dengannya membuat teman-temanku melihat perubahanku. Aku makin bersemangat untuk menjalani aktivitas sekolah. Hingga teman-temanku melihat ada yang berbeda denganku. Memang cinta dapat mengubah segalanya.

Hingga akhirnya aku beranikan diri untukk menyatakan cintaku padanya. Pada suatu hari di taman kota ketika itu memang cuaca tampak sangat mendung. Namun itu tak menyurutkan niatku untuk menyatakan cintaku.
“Hanz.. kenapa kamu mengajakku bertemu?? Hari ini mendung sekali. Aku takut sebentar lagi hujan deras..” katanya.
“Ada hal yang ingin aku sampaikan padamu Helena…” kataku.
“Apa itu????” katanya.
“Aku mencintaimu Helena…. Kau sudah banyak mengubah hidupku… (Sambil memegang tangannya) aku mohon padamu Helena.. Untuk menjadikanku Raja di hatimu…” kataku.
“Hanz……. (sambil mengangguk)”
“Jadi artinya??????? Kita??????”
“Ya…. Aku juga Hanz….” Katanya.
Aku besorak riang. Akhirnya cintaku telah diterima oleh Helena. Hujan pun turun setelah itu. Aku dan Helena mencari tempat berteduh. Sambil berpegangan tangan kami menunggu hujan reda. Itu adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidupku.

Sejak aku menjalin kasih dengan Helena, semua berubah. Aku menjadi semangat dalam menjalani hari-hari hidupku. Helena selalu mengajarkan aku untuk menikmati hidup ini dengan hal-hal yang positif. Dia selalu mengajakku ke panti asuhan dan menyumbang buku dan beberapa mainan. Ternyata dia wanita yang lembut, ramah, baik hati dan seperti malaikat. Betapa beruntungnya aku mengenalnya dalam hidupku. Terkadang dia seperti ibu kedua buatku. Dia selalu memarahi aku jika mendapat nilai jelek dalam ulangan. Sejak itu aku mulai rajin belajar, aku ingin menunjukan nilai rapot yang bagus padanya. Helena telah mengubah aku hingga teman-teman melihat aku bukan seperti diriku saja.

Tapi kisah yang bagus ini ini tak selamanya bahagia. Suatu hari untuk pertama kalinya aku mendapat nilai 100 dalam ulangan matematika. Aku sangat senang sekali. Aku ingin menunjukan pada Helena. Aku pun bertemu dengannya di tempat biasa.
“Helena… aku dapat Nilai 100 Matematika..!” kataku.
“Baguslah….. Sini aku liat….” Kata Helena.
Akhirnya Helena pun melihat nilaiku. Aku melihat senyum indah di mataku. Sungguh damai melihat Helena tersenyum. Namun tiba-tiba aku melihat darah yang keluar dari hidung Helena. Menetes ke kertas ulangan yang ia baca. Helena pun pingsan. Aku pun panik dan menelepon ambulance secepatnya. Di dalam ambulance aku selalu memegang tangannya. Aku berdoa semoga tidak ada yang terjadi padanya.

Setelah hasil pemerikasaan dokter, ternyata selama ini Helena mengidap penyakit kanker otak. Dokter memberi tahuku bahwa sudah terlambat baginya buat hidup. Mungkin dia hanya bisa bertahan 1 atau 2 bulan. Aku pun yang mendengar hal itu hanya bisa menunduk dan menangis. Selama ini Helena hanya menyimpan sendiri penyakitnya. Aku pun menunggunya di rumah sakit. Aku menjaganya sambil menunggu dia siuman. Akhirnya dia pun tersadar. Aku pun memegang tangannya.
“Hanz…. “ katanya lemah.
“Ya Helena.. ??” kataku.
“Maafkan aku tidak menceritakan semua padamu…. Selama ini aku….”
“Sudah cukup Helena.. aku sudah tahu semuanya… kamu istirahat saja.. ya…” kataku.
“Tapi biayanya…??”
“Sudahlah.. itu aku yang urus.. kamu istirahat ya..” kataku.
Aku pun merawat Helena sejak dia terbaring di rumah sakit. Walaupun dia tidak menceritakan semuanya padaku. Aku tetap mencintainya. Aku ingin waktu-waktu bersamanya menjadi kenangan berharga buatku.

Sudah 1 bulan lebih Helena dirawat. Bersamaan itu pula aku harus menghadapi Ulangan Semester. Aku berjanji pada Helena untuk mendapatkan nilai terbaik pada saat Ulangan. Aku pun mulai belajar giat. Sambil menunggu Helena di rumah sakit. Aku belajar dan belajar. Aku juga menyempatkan berdoa untuk kesembuhan Helena. Aku berharap Tuhan mendengar semuanya. Akhirnya Ulangan Semester di mulai. Walau pun pertanyaan dan soalnya cukup sulit aku tetap berusaha. Aku ingin melihat senyum Helena walau itu untuk terakhir kalinya.

Akhirnya pembagian nilai Ujian Semester. Aku pun bersorak riang. Aku mendapat nilai terbaik dalam ujian tersebut. Aku pun dengan cepat-cepat menuju rumah sakit. Saat aku tiba dirumah sakit, aku melihat Helena dalam pengawasan intensif.
“Nak Hanz… Maafkan kami.. Kami telah berusaha melakukan yang bisa kami lakukan.. penyakitnya tambah parah..sekali lagi kami mohon maaf.” kata dokter.
Aku pun menangis, tapi aku tak ingin menunjukan pada Helena. Aku pun masuk kamar Helena. Dia menggunakan tabung oksigen dan infus. Aku tak sanggup sebenarnya melihat dia seperti ini.
“Helena………(sambil meme” kataku.
“Hanz… bagaimana Ulangannya…” Kata Helena.
“Aku mendapat nilai yang bagus.. Lihatlah.. aku berhasil Helena.. aku mendapat nilai terbaik..” kataku.
“Syukurlah….. Hanz.. sepertinya aku harus pergi Hanz.. terima kasih atas semuanya kamu sudah memberikan aku kebahagiaan…” kata Helena.
“Tidak Helena.. aku yang harusnya berterima kasih… Kamu sudah memberikan aku arti hidup.. kamu sudah membuat aku berubah.. aku mencintaimu Helena.. jangan tinggalkan aku sendiri… Helena…” katanya.
“Hanz.. ini sudah saatnya aku pergi.. berjanjilah padaku… jadilah orang yang baik dan ramah.. Jangan lupa belajar.. dan 1 permintaanku padamu Hanz…” kata Helena.
“Apa itu Helena???” tanyaku.
“Di lemari kamarku ada buku harianku.. aku harap kamu membacanya, dan menyimpannya.. Aku mencintaimu Hanz….”
Helena pun memejamkan matanya. Tangannya tampak dingin. Aku menyadari dirinya telah berpulang ke Maha Kuasa. Aku hanya bisa menangis dalam kepergiaannya. Sungguh Ironi, saat aku mencintai seseorang, dia pergi meninggalkan. Yang tersisa hanya kenangan dan senyuman. Itu saja yang membuat diriku tegar. Aku harus menerima semuanya, Tidak ada yang abadi di hadapan yang Maha Kuasa.

Aku pun menuruti pesan terkahir Helena. Aku melihat buku hariannya dan membacanya. Ternyata selama ini Helena Sudah kehilangan orang tua akibat kecelakaan pesawat. Dia tinggal sendiri di rumah yang merupakan satu-satunya hartanya saat ini. Dia sudah kena penyakit Kanker otak selama 1 tahun yang lalu tanpa ia sadari. Seluruh uangnya habis untuk pengobatan, namun dokter terlanjur memvonisnya tak mampu bertahan. Dalam buku hariannya sejak bertemu denganku dia berusaha bertahan. Walau dia sakit tapi dia tetap berusaha menebar senyum di wajahnya. Aku meneteskan air mata ketika mengetahui semuanya. Ternyata Helena sangat mencintaiku. Bahkan di saat terakhirnya dia masih berusaha bertahan. Aku benar-benar bersyukur telah mengenal Helena dalam hidupku.

Sejak saat itulah Hidupku telah berubah. Walau 2 tahun telah berlalu, Helena tetap tak bisa tergantikan dalam hatiku. Aku memang tidak kuliah untuk saat ini. Karena aku masih ingin menikmati masa-masa aku mencari hidup. Walau orang tuaku menentang aku dalam jalan yang aku pilih. Tapi aku bahagia. Sambil aku bekerja di Toko Coklat “D’cokolat” bersama Beni, Vino dan Kak Rama. Aku hanya ingin terus memikirkan Helena. Hingga suatu hari, aku lelah dalam kesendirian.

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar