Senin, 27 September 2010

// // Leave a Comment

Walau Tak Dilihat

Sejak kepergian kekasihnya aku selalu melihat dia sedih. Dia hanya murung setiap aku melihatnya. Aku tahu dia masih merasa sakit hati, ketika orang yang dia cintai memilih wanita lain. Sebagai teman aku tak sanggup melihat dia seperti itu. Ya aku hanya teman baginya, walau sebenarnya aku menyukainya. Dulu dia orang yang periang, selalu tersenyum dan selalu bersemangat. Itu yang membuat aku selalu merasa senang di dekatnya.



Aku ingin Hana seperti dulu. Aku ingin sekali menghiburnya. Tapi aku tahu kehadiranku tak dibutuhkan. Setiap aku berusaha memberinya dukungan. Dia setiap kali marah padaku. Aku hanya bisa menerima kemarahannya dengan lapang dada. Mungkin dia marahnya bukan di tujukan padaku, tapi ditujukan untuk Raka. Ya Raka adalah mantan kekasihnya.



Kejadian itu terjadi 1 bulan yang lalu. Raka dan Hana sudah menjalin hubungan selama 1 tahun. Pertama kali aku mendengar pacaran aku cemburu. Ya aku juga menyukai Hana. Hana dan aku memang sejak SMP sekarang kita SMA salalu bersama. Bahkan kita salalu satu kelas. Mungkin hanya kebetulan, tapi kebetulan yang membuat aku selalu senang melihat Hana. Perasaanku pada Hana memang selalu aku simpan. Bahkan di saat dia telah bersama Raka. Rasanya sangat teriris. Namun aku bahagia, karena senyum Hana selalu membuat aku damai. Selama Hana berhubungan bersama Raka, Hana tampak bahagia. Namun entah kenapa mereka bisa putus. Aku ingin sekali menanyakan hal itu kepada Hana. Namun aku tidak berani karena aku tak ingin Hana sedih.



Hana berubah sejak itu. Aku tak tahu harus melakukan apa. Aku hanya bisa melihat dia duduk termenung saja. Suatu hari ketika aku pulang dari rumah kakekku dengan motor. Tiba-tiba aku melihat Hana di jalan. Hana berjalan sempoyongan seperti orang mabuk. Aku pun menghampirinya.

“Hana, kenapa kamu ada di sini?? Ini sudah larut.” kataku.

“Aaaaaaahhhhh Udah dehhhhh, kamu diam aja, aku masih pengen jalan-jalan. Ha ha ha ha…” kata Hana.

“Hana ini aku Rangga. Pokoknya aku harus bawa kamu pulang!” kataku.

“Diam kamu Bangsat!!” kata Hana kasar.

Hana pun menamparku. Tapi aku diam saja di tamparnya. Hingga akhirnya dia menangis. Aku pun mengajaknya ke tempat yang tenang. Dia menangis dipunggungku saat aku mengendari motor. Aku mengajaknya ke taman kota. Di sana dia menangis dan menangis. Aku hanya bisa diam mendengar tangisannya.

“Kenapa?? Kenapa aku jadi seperti ini?? Kenapa Raka tega meninggalkan aku cuma demi wanita lain?? Semua udah aku kasi, kesucianku. Semua yang dalam diri aku. Ternyata dia hanya buat aku sakit. Sakit sekali rasanya. Hik.. hik..” kata Hana.

“Hana.. aku gak tahu harus bilang apa?? Aku Cuma bisa menemani kamu di sini.” kataku.

“Sekarang aku udah tidak suci lagi, dia sudah mengambil keperawananku. Aku harus bilang apa pada suamiku nantinya?? Padahal aku sudah yakin dia tidak akan meninggalkan aku.” Kata Hana. Sebenarnya aku terkaget mendengar hal itu.

“Hana, pasti bakal ada kok yang mencintai kamu setulus hati. Aku yakin, jadi jangan berpikir seperti itu ya..” kataku.

“Siapa?? Siapa Rangga??” tanya Hana.

“Aku tidak tahu Hana, Sudahlah.. hari sudah semakin malam, lebih baik kita pulang. Okay??” kataku.

Aku pun mengantar Hana pulang ke rumahnya. Sesaat aku, sempat berpikir untuk berterusterang tentang perasaanku padanya. Namun aku tahu ini bukanlah saat yang tepat karena dia masih belum bisa melupakan Raka. Rasanya sulit mengungkapkan kejujuran hati ini.



Besoknya aku melihat Hana kembali seperti dulu lagi. Dia terlihat tersenyum lagi. Aku sungguh senang melihatnya karena dia tak lagi murung dan sedih. Sejak Hana yang aku kenal kembali, dia lebih sering curhat dan ngobrol denganku. Ya, aku merasa sungguh bahagia Hana bisa dekat denganku. Kedekatan aku dengan Hana membuat aku ingin sesegera mungkin mengungkapkan hati ini padanya. Aku ingin jujur dengan rasa cinta ini.



Tapi, itu hanya angan-anganku saja. Suatu hari aku melihat Hana bersama Raka, Mereka berpelukan. Apakah itu pertanda mereka bersama lagi?? Rasa cemburu tak dapat aku hindari. Cemburu tapi aku tak dapat mengungkapkannya. Setelah aku melihat hal itu Hana memberi tahu aku jika dia kembali bersama Raka.

“Rangga…. Aku balikan lagi sama Raka..” kata Hana.

“Ya terus????” kataku.

“Ya kita pacaran lagi… ternyata dia juga masih sayang denganku, menurutmu aku salah balikan lagi dengan Raka??” tanya Hana.

“Ya tidak salah seih.. Menurut hati kamu bagaimana??”

“Ya tidak salah juga..” kata Hana menjawab pertanyaanku.

“Ya kalau begitu, biarkan hatimu yang menentukan..” kataku.

Aku tidak tahu, rasa apa yang aku rasakan setelah mendengar hal itu. Aku hanya bisa berpura-pura bahagia di depan Hana. Namun aku harus akui, jika aku telah kalah. Aku sadari aku tidak akan bisa mendapatkan cinta Hana.



Hana dan Raka tampak sangat bahagia. Mereka seperti dulu lagi. Aku bahagia melihat Hana kembali ceria. Aku tahu Hana akan bahagia jika bersama Raka. Aku dan Hana sekarang sudah menjadi sahabat. Hingga akhrinya kelulusan SMA memisahkan aku dan Hana. Hana ingin melanjutkan kuliah di Jakarta, sedangkan aku tetap di Bali. Raka pun ikut kuliah di Jakarta. Aku senang bisa menjadi sahabat Hana. Walau terkadang cintaku tak di lihat olehnya. Sepertinya inilah takdir seorang pecundang seperti aku. Tak mendapatkan cinta karena aku tak mampu mengungkapkannya. Namun cukup senyum Hana saja yang membuat aku tenang.



TAMAT
Read More

Minggu, 26 September 2010

// // Leave a Comment

Seperti Musuhmu

Semakin hari..
Semakin tak mengerti..
Marah kian menjadi..
Tanya dalam hati..


Apakah aku salah..
Sehingga aku terlihat bersalah..
Apakah aku punya dosa..
Hingga kau marah..


Aku seperti musuhmu..
Walau aku kekasihmu..
Apakah pantas bagiku??
Selalu jadi marahmu..





By Rama
Read More

Selasa, 21 September 2010

// // Leave a Comment

Untuk Dikenang

Ingat aku di taman itu..
Saat kau pandang aku..
Dalam sayup sayup rindu..
Yang menyiksa aku..



Kenang aku jika kita jauh..
Jalani hidup yang telah kita tempuh..
Meski kaki akan terjatuh bersimpuh..
Namun janganlah sampai lumpuh..



Cintai aku dalam kenangmu..
Bersama dalam rindumu..
Jadikan satu dalam mimpimu..
semoga kita kan bertemu..



By Rama
Read More
// // Leave a Comment

Jika Cinta Berkata

Setiap hari aku selalu melewati jalan itu. Aku selalu melihat toko bunga yang terdapat dipinggir jalan tersebut. Sesosok wanita yang selalu mengusik rasa penasaranku. Ya wanita tersebut selalu membuat aku bertanya-tanya. Siapakah gerangan wanita yang cantik itu?? Walau dalam hati terus bertanya entah rasa apakah ini?? Cinta atau hanya kekaguman akan kecantikannya??



Wanita tersebut selalu mengenakan syal putih di lehernya. Dia amat menawan bagiku. Penampilan yang terlihat sangat feminim membuat aku ingin mendekatinya. Ya aku sungguh penasaran hingga suatu hari aku membeli bunga di sana. Aku memandangnya dengan dengan penuh rasa tanya. Dia tampak tersenyum melihatku.

“Permisi, bunga mawar ini berapa harganya??” kataku.

“Itu harganya 10 ribu.” Kata seseorang yang menjawab pertanyaanku.

Aku pun berbalik, dan yang menjawab pertanyaanku tersebut adalah seorang wanita tua. Dia adalah pemilik toko bunga tersebut.

“Kenapa nak?? Ini bunganya…” kata Wanita tua tersebut.

“Ya Bu terima kasih…” kataku.

Aku pun bertanya pada ibu tersebut siapa wanita yang menjaga tokonya. Ternyata namanya adalah Diana, dia adalah seorang tuna wicara dan dia seorang yatim piatu sejak kecil dan kini tinggal bersama ibu pemilik toko. Aku kaget mendengar hal itu, ternyata wanita secantik itu bisu. Aku hanya tidak bisa membayangkan jika aku mengagumi wanita yang ternyata bisu. Aku masih tidak percaya. Dia pun melihatku pembicaraanku dengan ibu pemilik toko. Mungkin dia malu mengetahui dirinya bisu. Tapi ketika aku lihat matanya, tampak sangat damai hatiku. Apakah aku mulai merasakan cinta?? Aku tak tahu.



Besoknya aku kembali ke toko bunga tersebut. Kebetulan hari ini aku libur kerja dan aku sengaja pagi-pagi kesana untuk berkenalan dengan Diana. Ternyata benar dugaan aku Diana sedang membuka toko sendirian. Aku melihat dia kesusahan membuka toko. Aku pun langsung membantunya. Dia pun hanya tersenyum ketika aku membantunya. Walau pun dia tak bisa bicara tapi aku merasakan kalau dia sangat bersyukur dengan bantuan aku. Aku pun menyerahkan nomor Handphoneku untuknya agar kita bisa saling komunikasi. Sejak saat itulah hubunganku dengannya makin dekat. Aku sadar dia tak sempurna bagi beberapa orang tapi bagiku dia sempurna di hatiku

.

Semakin aku mengenalnya dia sangat baik. Tanpa sadar hubungan aku dan dia makin dekat layaknya sepasang kekasih. Aku ingin mengungkapkan cintaku padanya. Di sebuah taman aku dan Diana bertemu. Aku memberinya bunga mawar putih dan berkata “Diana, Aku mencintaimu.. Mau kah kau menjalani hari-hari beserta langkah-langkahnya bersamaku”. Diana pun menangis dan memeluk aku. Dia pun memberikan Hpnya dan menuliskan sesuatu “aku juga mencintaimu Kevin”. Aku pun memeluknya dan mencium keningnya. Itulah hari yang paling indah dalam hidupku.



Hidupku rasanya sempurna. Yang membuat aku bahagia adalah senyumannya. Untuk masalah komunikasi aku bisa mengerti bahasa isyaratnya. Ternyata dibalik ketidaksempurnaan fisiknya dia begitu baik hati dan ramah. Aku pun berencana akan menikahinya sesegera mungkin. Karena aku tidak ingin kehilangan dia.



Aku pun mengajak Diana pergi menemui orang tuaku. Memang aku tidak memberi tahu orang tuaku tentang Diana. Karena aku pikir aku ingin memberi kejutan pada orang tuaku. Ketika aku memperkenalkan Diana kehadapan ke dua orang tuaku tampaknya lancar-lancar saja. Aku menceritakan asal-usul dia pada ke dua orang tuaku. Ternyata ayahku tidak menerimanya.

“APA!! Kamu akan menikah dengan wanita cacat seperti ini!! Bagaimana dengan keturunan kita!! Ayah tidak setuju dengan Hubungan ini!!” kata ayahku keras.

“Tapi Ayah.. Kevin sayang sama dia.. Kevin pengen restu Ayah saja… karena Kevin ingin hidup bersama dia.” kataku.

“Ayah tidak akan merestuinya!! Jika kamu masih bersikeras mempertahankan hubungan kalian lebih baik pergi dari tempat INI!!!!” kata Ayahku.

“Sudah lah Ayah… jangan marah-marah pada Kevin” kata ibuku.

“Pokoknya kamu harus memilih salah satu!! Kami orang tuamu atau wanita yang bersamamu!!” kata ayahku.

Aku pun berpikir sejenak. Aku melihat Diana menangis, akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari sana. Tanpa sepatah katapun aku meninggalkan langkahku. Aku sadar aku telah durhaka pada orang tuaku tapi aku juga tak bisa meninggalkan Diana yang aku cinta. Ya Tuhan maafkan aku, tapi aku ingin hidup bahagia.



Kami pun menikah tanpa restu orang tuaku. Tentu saja, rasanya tetap mengganjal. Diana pun sebenarnya tidak ingin seperti ini. Tapi aku selalu meyakinkan dia agar mengerti kalau ini adalah pilihan hidupku. Aku pun dan Diana tinggal bersama di rumah kontrakan kami. Ya walaupun orang-orang melihat hubungan kami yang aneh aku sungguh bahagia. Apa lagi beberapa bulan pernikahanku dengan Diana dia mulai mengandung. Aku harus segera mempersiapkan untuk buah hatiku bersama Diana. Sungguh bahagia rasanya menjadi orang tua.



Sudah 2 tahun aku menikah dengan Diana. Kehidupan kami sungguh bahagia dengan adanya buah hati kami berdua. Aku menamai anakku Rama. Aku harap nama tersebut dapat menjadikan anakku sehebat rama dalam cerita Ramayana. Ya memang Rama sungguh manja dan nakal. Ya wajar saja anak laki-laki seperti itu mirip dengan Ayahnya, tapi wajahnya memang mirip dengan Ibunya yang cantik. Anak kami lahir dengan normal. Aku bersyukur sekali pada Tuhan. Suatu hari ketika aku sedang libur kerja pada hari minggu, tiba-tiba aku dikejutkan dengan kedatangan seseorang. Seseorang itu adalah ibuku.

“Ibu??? Darimana ibu tahu kami di sini???” kataku.

“Teman temanmu yang memberi tahu ibu kamu di sini Kevin..” kata ibuku.

Ibuku menangis dan langsung memelukku. Diana yang semula di dapur melihat aku dan ibuku. Ternyata ibuku datang dengan membawa berita mengejutkan. Ayahku terkena sakit jantung dan sedang kritis di rumah sakit. Ibuku meminta aku untuk menemui ayahku. Ayahku sangat ingin menemuiku. Kami pun pergi ke rumah sakit. Untuk menemui ayahku. Aku melihat ayahku terbering lemas serta didampingi peralatan medis. Aku pun sedih melihat itu, ayahku memanggilku dengan suara yang sangat lemas.

“Kevin… kemari…” kata ayahku.

“Ayah.. maafkan sikap Kevin selama ini ke ayah. Kevin tidak bisa menjadi anak yang baik..” kataku.

“Ayah yang salah Kevin, ayah selama ini mementingkan diri ayah. Maafkan ayahmu ini nak.. Ayah selama ini sadar, kebahagiaamu paling penting.” kata ayahku.

Lalu ayahku melihat ke arah Diana bersama anakku. Ayahku memanggil Diana bersama anakku.

“Maafkan sikap saya yang tak menerima nak Diana sebagai menantu di keluarga kami. Jadilah istri yang baik untuk Kevin, karena dia putra kami satu-satunya.” kata ayahku.

Diana pun menangis dan hanya menganggukkan kepala. Ayahku melihat anak kami berdua. Di saat itu lah ayahku menghembuskan nafas terkahirnya. Aku hanya bisa menangis dan meminta maaf kepada ayahku. Di penghujung hidup ayahku akhirnya kami di restui. Ibuku juga merestui hubungan kami. Akhirnya aku bisa lega, walaupun aku tidak ingin seperti ini.



Orang tuaku telah merestui hubungan kami berdua. Walaupun pada akhirnya ayahku wafat. Aku berterima kasih pada ayah sekaligus memaafkan diriku yang egois ini. Memang tidak ada yang perlu disesali lagi. Terkadang cinta memang harus membuat pilihan berat dan terkesan Egois. Tapi cinta berkata seperti itu. Kebahagiaanlah yang paling penting. Aku yakin Tuhan memberi aku pelajaran untuk selalu percaya keputusan yang aku ambil sudahlah yang terbaik.

TAMAT
Read More

Jumat, 17 September 2010

// // Leave a Comment

Keajaiban

Kukejar setiap langkahmu...
Walau kau mendorongku terjatuh..
Ku berdiri untuk mengejarmu..
Karena aku mencintaimu..

Kuberi kau apa yang kupunya..
Sering kau melemparnya..
Namun aku tak menyerah..
Untuk selalu berkorban..

Walapun kau tak peduli..
Aku terus menanti..
Keajaiban yang akan terjadi..
Ketika kau sadari cinta ini..



By Rama
Read More
// // Leave a Comment

Marahmu

Nada tinggi kudengar..
Dari setiap kata-kata..
Emosi yang terlintas..
Dari setiap tindakan..
Membuatku tak paham..



Mungkin aku salah..
yang terlalu memanjakan..
Aku terus mengalah..
semua karena cinta..



by rama
Read More
// // Leave a Comment

Tak Ada Yang Selamanya

Mungkin senyummu tak akan pernah terlihat...
Diantara keramaian yang aku jalankan..
Engkau pelita hati yang selalu terjaga..
Kini pergi meninggakan tanpa pesan..

Mengingat kata-kata indah..
Yang dulu terlontar dalam cinta..
Menjadi kesakitan tiada batas..
Entah kapankah menerima semua kenyataan..

Dalam galau hati kian hari kian terisiksa..
Semua batas kulewati demi mengembalikan semua..
kusadari kemustahilan ini membuat semua gila..
Tak ada lagi terlihat semua kewarasan..

Karena cinta aku menjadi gila..
AKu tahu tak ada yang selamanya..
Keabadian hanya ada dalam dongeng semata..
Dalam cerita-cerita romansa fiksi belaka..

Sungguh hati tak bisa menerima..
Cinta mati ini hanya penderitaan..
Ingin rasanya menikam pisau di dada..
Merobek isi hati yang telah rusak..

Tanyakan langit entah kapan terjawab..
Semua isi hati yang aku ungkap..
Tangisan dan tangisan yang ada..
Tak akan mengembalikan semua yang ada..



By Rama
Read More
// // Leave a Comment

Sebuah Kata Penyesalan

Banyak kesalahan yang aku perbuat. Aku telah menyakiti seorang wanita. Mungkin aku ini lelaki terbodoh yang pernah ada. Ketika ada seseorang yang mencintaiku, aku malah mengkhianati cintanya. Memang tak bisa aku pungkiri dalam hubungan itu penuh godaan. Akan tetapi aku membuat kesalahan yang sama sebanyak 2 kali. Sungguh aku lelaki terbodoh.



Aku mencoba menghubungi Riska dan meminta maaf padanya atas semua yang telah aku lakukan. Tampaknya dia tak akan mendengarkan semua penyesalan aku. Sudah aku hubungi lewat telepon namun tak dijawab, sudah aku sms namun tak dibalas. Ya Tuhan, bagaimana caranya aku meyakinkan dia bahwa aku menyesal.



Sudah banyak cara aku lakukan padanya agar dia mau mendengar semua penyesalan aku. Dari cara yang baik-baik hingga cara yang gila. Salah satunya aku sempat bersujud di depan kelasnya untuk memaafkan semua kesalahanku dan memberi aku kesempatan. Mungkin harga diriku sebagai lelaki akan jatuh karena cara ini. Namun aku tak peduli karena aku mencintai Riska.

“Riska… maafkan semua kesalahan aku, aku menyesal dengan semua yang terjadi.. izinkan aku untuk memperbaiki segalanya. Aku mohon Ris.. Aku mohon banget sama kamu…” kataku sambil bersujud.

“Maaf ya Wan… aku sudah tidak memiliki rasa padamu. Aku sudah memaafkan kamu, tapi maaf aku tidak bisa memberikan apa yang kamu minta.” Katanya

Akhirnya Riska pergi dan kembali ke kelas. Aku tak bisa menahan kesedihanku. Hingga akhirnya teman-temanku menghibur diriku.

“Sudahlah Iwan, dia sudah tidak mau lagi menerima kamu.. terimalah kenyataan. Cewek lain kan masih banyak..” kata Surya.

“Ya Wan… aku sebenernya gak tega lihat kamu kayak gini… ayoo berdiri. Sebentar lagi mau pelajaran. Kita ke kelas dulu.” kata Adhi.

“Thanks ya kawan… “ kataku.

Akhirnya aku pun kembali ke kelas dengan perasaan yang penuh kesedihan. Untunglah aku masih memiliki teman-teman yang mengerti aku.



Sejak itu aku berusaha untuk melupakan Riska. Meski aku tahu itu sulit, namun aku ini harus aku lakukan demi kehidupanku. Aku tak ingin mengharapkan cinta dari Riska. Aku sadar bahwa cinta tak harus memiliki. Jika dengan tidak bersamaku membuatnya bahagia maka itulah yang harus aku terima. Karena aku sadar aku terlalu egois dalam mencintai seseorang. Maafkan aku Tuhan.



Sudah 2 tahun aku tak menjalin kasih dengan seorang wanita. Kini aku sudah bekerja di warnet sambil melanjutkan kuliahku. Hingga saat ini masih sulit aku melepaskan bayang Riska dari pikiranku. Walaupun aku tak pernah mendengar kabarnya lagi sejak aku lulus SMA. Memang sejak putus dari Riska banyak wanita yang mendekatiku. Namun aku hanya menganggap mereka teman biasa saja.



Hari ini adalah libur kuliah. Ini sangat menguntungkan bagiku untuk melepas sejenak aktifitasku. Tiba-tiba Handphone ku berdering. Tampaknya Surya menelponku.

“Ya Sur, ada apa??” kataku.

“Bro… keluar yuk.. Aku sumpek nie di rumah gak ada kerjaan..” kata Surya.

“Ya udah deh.. kamu atau aku yang jemput??” tanyaku.

“Aku aja.. pake mobilku, sekalian aku mau servis mobil Ayah aku…” katanya.

“Okay….” kataku.

Akhirnya aku dan Surya keluar bersama. Kami pergi tak jelas entah kemana. Ya maklum aku dan Surya hobi ngukur jalan. Tapi tiba-tiba aku terkaget saat seseorang wanita hampir kami tabrak. Aku pun keluar dan berhenti. Betapa kagetnya aku melihat ternyata yang kami hampir tabrak adalah Riska. Aku pun membawa ke rumah sakit bersama Surya.



Aku dan Surya berada di rumah sakit. Menunggu hasil kepastian dokter. Sekilas aku melihat tubuh Riska tampak pucat. Akhirnya dokter keluar dan memberi tahu hasilnya pada kami.

“Dok.. bagaimana keadaan dia Dok???” tanyaku.

“Keadaan sekarang sudah membaik. Tampaknya si pasien mengalami kelelahan dan satu hal yang perlu anda tahu bahwa pasien kini dalam keadaan hamil 2 bulan..” kata Dokter.

“Apa hamil????” kataku terkaget.

Kami berdua mendengar penjelasan dokter. Sebenarnya apa yang terjadi pada Riska?? Mengapa dia bisa hamil?? Siapa yang menghamili dia??

“Bro… aku gak nyangka kalau Riska bisa hamil.. kayaknya kita harus beritahu orang tuanya karang..” kata Surya.

“Aku sudah hubungi orang tuanya,tapi sama sekali tidak ada tanggapan. Kalau begini kita harus tunggu Riska sadar dulu.. eemhh tapi buat masalah biaya aku…”

“Tenang aja Wan, aku dah urus itu.. Sekarang kita tunggu aja dia sadar.. okay??” kata Surya.

“Okay….” Jawabku.

Kita berdua pun menunggu Riska siuman. Melihat Riska membuat aku teringat kan kenang-kenanganku bersamanya. Aku menyadari aku masih memiliki hati terhadapnya. Namun aku ragu apakah dia juga sama? Sepertinya tidak, kini dia hamil dan pasti lelaki yang menghamilinya yang dia cintai.



Akhirnya riska siuman. Kemudian dia langsung ingin bangun,tapi aku menghalanginya. Riska tampaknya terkejut melihat aku.

“Iwan, kenapa kamu ada di sini??” tanya Riska.

“Aku yang membawamu ke sini. Tadi kamu pingsan di jalan Riska. Sebaiknya kamu istirahat saja dulu. Semuanya sudah aku dan Surya yang urus.” kataku.

“Terima kasih ya…” katanya.

“Ris.. sebenarnya kamu kenapa?? Aku telah mendengar hasil pemeriksaan tadi..” kataku.

Riska pun menangis. Aku pun hanya bisa melihatnya menangis. Kemudian ia menceritakan semuanya. Ternyata dia dihamili oleh sepupunya. Akan tetapi lelaki itu tidak mau bertanggung jawab. Aku benar-benar emosi dan marah mendengar cerita tersebut, namun aku tetap tenang walau tanganku sudah sangat mengepal keras. Gara-gara kejadian ini dia diusir oleh ke dua orang tuanya. Tidak heran mengapa kedua orang tua Riska seperti itu. Karena keluarga Riska cukup terpandang dan mungkin malu apa yang terjadi terhadapnya.



Aku pun berusaha membujuk Riska untuk kembali ke rumah dan menyelsaikan masalahnya. Aku pun turut membantunya. Aku tidak ingin melihat Riska seperti ini. Akhirnya dengan segala bujuk rayuku aku mampu membawa Riska pulang. Aku pun bertemu dengan keluarganya dan ikut dalam pembicaraan keluarganya. Sebenarnya ini bukan urusanku, namun Riska memaksa aku untuk ikut.

“Riska… jujur pada Ibu.. siapa yang menghamilimu.!! Jika kamu tidak jujur.!! Ibu tidak akan menganggapmu sebagai anak.!!” kata Ibu Riska.

“Kamu sebagai anak tidak tahu diuntung!!! Sekarang katakan Siapa yang menghamilimu!! Seperti wajah kami dilempari kotoran saja!!” kata Ayah Riska.

Riska tidak menjawab. Dia hanya bisa menangis ketika ditanya Ibunya. Aku mengerti kenapa Riska tak mau menjawabnya. Jika ia mengatakannya, maka itu akan bisa membuat konflik di keluarganya. Aku tidak tahan melihat Riska menangis.

“Ibu.. maaf sebelumnya. Yang menghamili Riska adalah Saya.. Saya akan menikahi dia.” kataku.

Riska tampak terkejut mendengarkan hal itu. Ibu dan Ayah nampak tak percaya. Tentu saja, aku dan Riska sudah lama tidak berhubungan bagaimana mungkin aku bisa menghamilinya. Akhirnya keluarga Riska pun setuju dan akan mempersiapkan pernikahan sesegara mungkin. Setelah pertemua itu Riska pun menanyakan kenapa aku mau menikahinya.

“Iwan kenapa kamu melakukan hal ini?? Ini bukan tanggung jawabmu..” kata Riska.

“Riska.. memang benar ini bukan tanggung jawabku. Aku tahu betul bagaimana perasaanmu. Aku juga tidak menginginkan ini terjadi. Tapi air matamu, membuat aku tak bisa membuat diam saja.,” kataku.

“Tapi tetap saja…..”

“Riska… Aku masih mencintai kamu. Jujur aku tak bisa melupakanmu. Sejak putus darimu aku mulai bisa menerima semuanya. Aku menyadari kekeliruan aku. 2 tahun adalah waktu yang lama bagiku untuk bisa melupakanmu. Tapi sayangnya hatiku tetap saja tak dapat dibohongi.” kataku.

“Iwan… Andai saja aku menerimamu waktu itu dan percaya kau kan berubah. Pasti tidak akan menjadi seperti. Aku benar-benar menyesal dengan semua yang terjadi..” kata Riska.

“Aku juga menyesal… Tapi sekarang bukan waktunya memikirkan penyesalan.. Aku kan menikahimu, dan akan merawat anak itu seperti anakku.” kataku.

Mendengar hal itu, Riska langsung memelukku. “Maafkan aku Iwan, Terima kasih…..” aku pun memelukanya erat. Aku sadar ini salah. Tapi aku rela berkorban demi Riska karena aku mencintainya.



Pernikahan kami pun berjalan. Walau pada awalnya kedua orang tuaku kaget mendengar hal ini akhirnya aku mereka menerimanya juga. Aku terpaksa berbohong pada mereka kalau akulah yang menghamili Riska. Jika tak seperti itu tentu saja orang tuaku kan menentangnya. Ya Tuhan, maafkan aku telah berbohong pada orang tuaku. Walaupun aku berbohong, aku harap ini langkah yang tepat bagiku. Cinta kadang butuh pengorbanan yang besar.



TAMAT
Read More

Sabtu, 11 September 2010

// // Leave a Comment

Aku Tak Mengerti

Aku tak Mengerti..
Apakah yang ada di hati..
Hingga aku terus berpikir..
Semua yang terlah terjadi..



Aku tak mengerti..
Semua rasa ini..
Telah mebunuh batin..
Merasuk dalam memori..



Aku tak mengerti..
Rasa sakit dalam sepi..
Adakah suatu yang berarti?
Saat semua sudah berakhir..



by rama
Read More
// // Leave a Comment

Spirit Kehadiranmu

Angin berhembus..
Di tengah padang tandus..
Rasakan semua hadirmu..
Dalam gersang hatiku..



Butiran hati terjatuh..
Perlahan mulai rapuh..
Di tengah sepi tak dapat berlabuh..
Dalam penantian hidup..



Terpanggil dalam Syahdu..
Di dasar relung kalbu..
Terdengar langit ketujuh..
Memanggil namamu..



Spirit kehadiranmu..
Terasa dalam benakku..
Terendap dalam rindu..
Mengalun indah di relungku..



By RAma
Read More
// // 1 comment

Kisah Cinta Sejati VII (The Last Of Love Story)

Jam alarm berbunyi. Padahal aku masih ingin tidur pagi ini. Aku pun terkaget karena hari ini Adalah hari Ulang Tahun Dian. Aku harus cepat-cepat mengambil kue coklat di Toko. Ya ampun ini sudah jam 7 pagi. Sedangkan aku masih belum mandi. Dengan cepat aku mandi dan membereskan tempat tidur. Tinggal sendiri di kontrakan membuat aku harus mandiri. Tiba-tiba Handphone berbunyi ketika aku mengenakan pakaian. Ternyata yang menelepon adalah Dian.
“Halo…… Desma… kamu lagi dimana??” kata Dian.
“Aku masih di rumah nie….. sory ya aku baru bangun nie say..” kataku.
“Ya ampunn aku sudah menunggu kamu dari tadi di rumah… dasar.. ya udah cepetan ya…” katanya.
“Ya ya… love you honey…” kataku.
“love you too Sweety” balasnya.
Aku pun cepat-cepat menuju rumah Dian. Tapi sebelum itu aku harus mengambil Kue coklat yang aku pesan di Toko Coklat “D’cokolat” tampak salah satu karyawan disana.
“Pagi…….” Sapa karyawan itu.
“Pagi juga.. oh mas.. 2 hari yang lalu saya pesan Kue coklat disini.. Apa sudah selesai??” kataku.
“Tunggu saya lihat dulu.. atas nama siapa???” tanya karyawan tersebut.
“Desmawan..” jawabku.
“emhhhh tunggu sebentar ya Pak.. (Karyawan terebut kebalakang mengambil Kue yang telah aku pesan) ini Pak Kuenya… semuanya 150 ribu..”
“Ya terima kasih (Sambil aku memberi uang)” kataku.
“Ya mari….” Jawab karyawan tersebut.
Aku pun dengan cepat menuju rumah Dian. Dengan menggunakan motor aku menuju rumahnya. Akhirnya sampai juga walau agak terburu-buru. Aku pun menyuruh Dian membuka pintu.
“Surprise….. Selamat ulang tahun ya Dian…” kataku.
“Desma…. I love you so much…. (sambil menciumku).. thank ya… aku kira mau ngapaen ke rumahku..” katanya.
“hehehehhehe aku cuma ngasi surprise aja.. Oh ya sayang… aku ingin bicara denganmu..” kataku.
“Bicara apa sayang??? Apakah ada hal yang begitu penting…??” katanya.
Aku dan Dian pun bercakap-cakap. Hari ini aku ingin pergi ke Kalimantan. Sebenarnya aku tak ingin ke sana. Tapi tanggung jawabku sebagai senior Suvervisor di perusahaanku memaksaku mau tidak mau aku harus melaksanakannya. Dian pun tidak keberatan dengan keberangkatanku ke sana.
“Oh, gitu.. ya tidak apa-apa seih kalau Sayang mau ke sana, tapi janji harus balik lagi kemari ya.. ??” katanya.
“Tentu saja.. aku pasti bakal balik…Buat kamu… aku janji…” kataku.
“Sayang… aku Cinta banget sama kamu…”
“Ya aku juga cinta Sama kamu.. heheeh” kataku.
Akhirnya dengan ciuman perpisahan kita pun berpisah. Aku berharap ini bukan kali terakhir aku berpisah dengan kekasihku.

Di bandara aku tengah menunggu penerbangan. Tampaknya semua akan lancar saja. Aku yakin aku bisa melaksanakan tugasku dengan baik. Tampaknya baru saja jadwal penerbanganku diumumkan. Rasanya senang sekali naik pesawat gratis dari perusahaan. Akhirnya aku harus meninggalkan Bali menuju Kalimantan. Di dalam pesawat tampaknya nyaman sekali. Aku pun tertidur dalam pesawat. Entah beberapa jam kemudian tiba-tiba ada suara keras dalam pesawat. Aku terbangun dan kaget. Semua tampak panik dalam pesawat.
“Perhatian pada seluruh penumpang untuk mengenakan pelampung. Pesawat akan segara jatuh” kata Pilot dengan speaker.
Aku pun terkaget. Aku cepat-cepat mengenakan pelampung, namun kemiringan pesawat yang jatuh membuat aku kesulitan. Di saat seperti ini aku berpikir aku tak akan bisa memenuhi janjiku pada Dian. Kemudian pesawat pun terjatuh, menabrak lautan. Air masuk dengan cepat kedalam kabin pesawat. Aku berusaha keluar dengan pintu darurat. Semua penumpang tampak panik dan keluar berhamburan. Aku terjun ke air. Aku tahu ini akan menjadi sangat buruk. Aku terkaget mesin turbin pesawat masih hidup. Dan menghisap air. Aku tahu jika aku mendekat ke sana, habislah diriku. Aku berusaha berenang sejauh mungkin dari pesawat hingga akhirnya aku bisa sedikit bernafas lega.

Setelah aku selamat, ternyata banyak penumpang yang tidak bisa berenang. Aku melihat banyak mayat yang tenggelam. Aku tak tahu aku ada di mana saat ini. Yang aku tahu sebuah lautan yang sangat luas. Sepertinya aku hanya bisa menunggu sambil menunggu tim SAR datang. Aku harap bisa kembali bertemu dengan Dian. Aku sudah berjanji padanya.

Setelah lama aku menanti. 6 jam aku menunggu bantuan datang. Tampaknya beberapa korban yang selamat terus berteriak. Mereka tampak panik. Aku harus menyimpan tenagaku. Kalau aku ikut panik maka aku akan kelelahan dan pingsan. Aku ingat film yang aku tonton juga seperti itu.

Hari semakin gelap. Aku masih kuat untuk menunggu, entah kenapa bantuan belum tiba?? Aku hanya menunggu dan menunggu. Di saat seperti ini aku teringat akan Dian. Senyuman dia, tawanya aku tak ingin berkahir seperti ini. Aku tak ingin mengingkari janji dengan Dian. Kemudian aku melihat bintang di langit. Nampak begitu indah pada malam hari. Mungkin hanya ini hiburanku di saat seperti ini. Tanpa sadar badanku melemah. Aku berusaha untuk sadar. Kalau aku tak tersadar mungkin aku bisa pingsan. Aku berusaha mengingat hal-hal lucu agar aku bisa tersadar. Aku ingat dulu bagaimana aku bisa jadian dengan Dian. Sungguh lucu, aku mengatakan cintaku dengan sebuah bunga mawar curian dari kebun tetangga. Itu terpaksa aku lakukan karena uangku habis. Dian tertawa mengetahui hal itu dan menerima cintaku. Dia menyukai pengorbanan konyolku. Aku menangis mengingat hal itu. Andai saja aku menolak tawaran untuk ke Kalimantan aku tak mungkin seperti ini.

2 hari setelah kejadian itu. Tampaknya tubuhku sudah tak mampu bertahan. Aku haus dan lapar. Namun pikiranku berusaha melawan segalanya. Kaki tampak kaku dan tak mampu bergerak. Kini yang ada dalam pikiranku hanya Dian. Janjiku untuk kembali padanya. Aku harus bertahan. Kenapa tak ada yang Tim SAR datang. Dalam diriku muncul amarah, kesedihan, penyesalan, semuanya. Akan tetapi itu tak dapat mengubah kenyataan. Aku melihat sekelilingku tampaknya banyak yang sudah menyerah. Bahkan sudah menjadi mayat.

Entah berapa hari aku berada dilautan ini. Tiba-tiba hujan turun dari, aku semula yang tak tahan lagi. Bisa menikmati air hujan. Aku bisa meminumnya. Aku bersyukur rasa dahagaku bisa berkurang. Aku harus bertahan. Entah beberapa jam kemudian. Tiba-tiba ada kapal nelayan yang aku lihat. Aku mencoba berteriak. Namun suaraku habis karena aku tubuhku lemas. Apa yang harus aku lakukan?? Nampaknya nelayan itu tak menyadari kehadiranku. Jaraknya cukup jauh. Aku terus berusaha berteriak. Namun suaraku tak mampu keluar. Aku berdoa pada Tuhan. Aku hanya bisa berdoa. Tiba-tiba tubuh kaku. Tak mampu lagi untuk bertahan. Sepertinya ini akhir hidupku. Apakah aku akan mati dan mengingkari janji Dian????

Aku tak tahu aku di mana?? Gelap sekali, aku melihat Dian dalam kegelapanku. Dia begitu bercahaya. Aku ingat aku harus menepati janjiku pada Dian.
“aku pasti kembali Dian, aku Janji… aku pasti kembali.. untuk bersamamu lagi..” kataku dalam gelap tersebut.
Akhirnya cahaya silau mulai menyinariku. Aku tak tahu apa itu. Tampak ada yang memanggilku. Entah aku ada dimana sesuatu yang hangat dan nyaman.

Tiba-tiba aku melihat langit-langit rumah. Aku pun terbangun. Entah aku ada dimana?? Aku berada seperti di rumah sakit. Suster yang berada di dekat sana pun berlari keluar. Memanggil Dokter yang merawatku. Kemudian dokter datang tuk memeriksa keadaanku.
“Dok.. sudah berapa lama saya pingsan??”
“sudah 5 hari sejak anda diselamatkan nelaya setempat.. sebaiknya anda beristirahat dulu. Tubuh anda masih lemah untuk bergerak..” kata dokter tersebut.
“ya baik dok..” kataku.
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Banyak wartawan masuk datang menemuiku. Aku dicerca pertanyaan oleh seluruh wartawan tersebut. Aku tampak kebingungan dengan semua yang terjadi. Hingga akhirnya dokter memerintahkan itu mengusir wartawan tersebut.

Setelah beberapa hari dirawat aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tampaknya pihak perusahaan tempatku bekerja telah menyiapkan semua. Dari akomodasi hingga perjalananku pulang ke rumah. Semua nampaknya berjalan lancar. Hingga pada akhirnya aku sampai di Bali. Aku berharap bisa bertemu dengan Dian secepatnya. Namun aku mendengar kabar yang sangat aku tak percaya. Ketika aku sampai di rumahnya tampak orang tuanya membukakan pintu untukku.
“Maaf Bu… Diannya ada???” kataku.
Tiba-tiba Ibu Dian menangis. Aku tak mengerti apa yang terjadi. Hingga pada akhirnya aku mengetahui Dian telah meninggal bunuh diri. Karena melihat berita kecelakaan tersebut. Aku hanya bisa terdiam mendengar hal itu. Aku tak bisa berkata lagi. Aku pun menuju makam Dian. Di tengah guyuran hujan aku memandang makam Dian. Aku menangis dalam kesedihanku.
“Dian…. Aku sudah menepati janji aku untuk kembali… kenapa kamu pergi???? Kenapa??” kataku.
Aku terus meratapi semua yang terjadi. Semua tampak tak bisa aku percaya. Tak hentinya Tuhan memberi aku cobaan.

Setelah semua kejadian itu rasanya aku tak bersemangat lagi menjalani hari-hariku. Aku meminta cuti selama 1 bulan dari pekerjaanku untuk menenangkan diri sekaligus beristirahat. Aku terus memikirkan janjiku pada Dian. Janjiku sudah aku tepati, namun sekarang itu tidak berarti. Ketika aku berada di toko coklat “D’cokolat”untuk minum coklat hangat, aku bertemu dengan pemilik toko tersebut. Kebetulan aku dan pemilik toko itu sudah lama kenal. Karena aku pelanggan di sana.
“Kenapa Desma??? Kamu tampak murung sekali. Akhir-akhir ini kamu hanya datang untuk minum coklat hangatnya saja. Biasanya selalu membeli kue di sini.” kata pemilik tersebut.
“Tidak ada apa-apa. Hanya saja ingin menyendiri, dan menenangkan pikiran.” kataku.
“Aku tahu semua berita tentangmu Desma. Aku turut berduka cinta atas semua kejadian yang menimpa kekasihmu…. Oh ya aku ingin mengatakan sesuatu padamu..” kata pemilik tersebut.
“Apa??”
“Sebelumnya aku pernah mengalami hal yang sama sepertimu. Hidup dalam kesedihan karena ditinggalkan oleh orang yang kita cintai. Memang sulit menerima semua itu. Namun dalam kehidupan ini menusia harus bisa menerima semua yang telah terjadi. Oh ya, aku punya resep coklat baru. Mungkin kamu ingin mencobanya??” kata pemilik toko tersebut.
Dia pun memberi aku sebuah makanan coklat dari resep terbarunya. Setelah aku mencobanya ternyata rasanya enak sekali.
“Sebenarnya coklat ini hanya 2 orang yang pernah mencobanya. Salah satunya Desma, dan salah satunya lagi… adalah kekasihmu.. Desma…” kata pemilik toko tersebut.
“Apa????”
“Dia mengatakan padaku bahwa coklat ini enak, dan dia ingin kau juga memakannya bersamanya… aku bertanya padanya apa arti coklat itu buatnya… dan dia mengatakan..”
Arti coklat ini adalah kebahagiaan.. walau warnanya gelap.. namun kalau dirasakan pasti akan terasa manis.. apa lagi dengan orang yang ku cintai..
Aku pun mendengar hal tersebut hanya bisa tersenyum dengan berlinang air mata. Maafkan aku Dian, aku harusnya bisa membahagiakanmu. Aku berjanji akan berusaha menemukan kebahagiaan untukmu yang selalu aku kenang… Dian.

TAMAT
Read More

Selasa, 07 September 2010

// // Leave a Comment

Kisah Cinta Sejati VI

Kehidupan pernikahan memang tidak semudah yang dikira. Terpaan badai ekonomi menerjang aku dan istriku. Berbagai cara kami lakukan agar mampu bertahan hidup. Salah satunya dengan bekerja. Ya aku yang saat ini hanya bekerja sebagai karyawan Toko coklat. Walaupun begitu, kami bahagia dengan kehidupan kami. Istriku sangat mengerti keadaanku. Aku hanyalah anak desa yang tak lulus SD sama sekali karena masalah ekonomi. Mungkin bukan impian banyak wanita bisa menjadi pedampingku. Aku bersyukur pada Tuhan bisa mendapat istri yang cantik dan sebaik dia. Walaupun kami belum dikarunia seorang buah hati. Bagiku ini sudah cukup membahagiakan.

Aku ingat dulu aku hanyalah anak desa yang tak memiliki apapun. Aku merantau ke kota berharap mendapat perubahan dalam hidupku. Atas izin orang tuaku aku merantau berharap mendapatkan kehidupan yang layak. Tapi yang kudapat waktu itu tak jauh beda dengan aku lakukan di desa. Aku menjadi kuli bangunan di Kota. Walaupun kuli uangnya lumayan bagiku. Selama beberapa bulan menjadi kuli aku bekerja pada seseorang yang kaya Raya. Pak Agung namanya. Beliau menjadikanku tukang kebun dirumahnya. Aku beruntung beliau sangat baik hati padaku dan mengizinkan aku tinggal dirumahnya. Selama beberapa bulan aku bekerja pada beliau aku merasa sangat nyaman. Aku bahagia kini aku bisa mengumpulkan uang untuk keberikan ayah dan ibu di desa.

Suatu hari aku melihat anak beliau Rio bermain gitar. Ya Rio adalah anggota band terkenal di Jakarta. Aku selalu melihatnya memainkan gitar. Karena aku sering melihat Rio bermain gitar, dia pun mengetahuinya.
“Beni…. Aku tahu sering melihatku bermain gitar.. mau aku ajari bermain???” tawar Rio.
“Benarkah Tuan??” kataku.
“Tentu saja…. Sini aku ajari kau bermain gitar…” kata Rio.
Akhirnya Rio mengajari aku bermain gitar. Aku pun dengan serius mempelajarinya. Dan aku menjadi mahir bermain gitar dalam waktu 1 minggu. Karena kecepatan aku dalam belajar itu. Rio menawari aku untuk bergabung dengan bandnya sebagai Additional Personal. Tawarin yang sangat menarik. Walau aku hanya menjadi cadangan. Aku cukup senang, bisa ikut band tersebut.

Suatu hari salah satu gitaris band Rio terkena demam berdarah dan harus dirawat di rumah sakit. Jadwal manggung yang terlanjur tak dapat diubah memaksa Rio memanggilku dalam band. Kemudian aku dan Band Roi hanya diberi waktu berlatih 2 hari untuk menyesuaikan ritme. Akhirnya tibalah waktu manggung di hadapan penonton. Entah kenapa aku sangat gemetar.
“Hey…. Santai aja Rileks ya Ben.. Aku yakin kamu bisa…” kata Rio.
“Tapi ini pertama kalinya aku tampil di muka umum…..” kataku sambil gemetar.
“Tenang saja.. lihatlah gitarmu pada saat bermain… okay??” kata Rio.
Aku pu menuruti kata-kata Rio. Aku hanya gitarku pada saat manggung. Sungguh sangat melelahkan acara tersebut, tapi aku cukup senang bisa menampilkan yang terbaik. Inilah awal mula aku menjadi seorang gitaris. Aku harap inilah jalan hidupku.

Ternyata Tuhan memang baik padaku. Aku mendapat tawaran pada “Angel” untuk menjadi gitaris baru. Karena gitaris mereka yang lama hengkang. Aku pun membicarakan hal ini pada Rio dan Pak Agung tentang hal ini. Walaupun mereka masih ingin aku tetap tinggal, namun aku harus bisa memilih masa depan aku. Aku mengucapkan terima kasih kepada Pak Agung yang menampungku serta Rio yang telah mengajariku bermain gitar. Aku bersyukur pada mereka akhirnya aku bisa menemukan jalan hidupku.

Akhirnya aku bergabung dengan Grup musik Angel. Walaupun tak setenar Grup Band Rio, namun kami berusaha menjadi yang terbaik. Perlahan tapi pasti Grup musik kami terkenal. Banyak tawaran manggung yang kami layani. Penjualan album pun sangat besar. Aku tak menyangka dalam waktu 1 tahun aku bisa mengubah hidupku. Aku pun pulang kampung dan memberikan banyak uang pada ke dua orang tuaku. Mereka nampak senang dengan kehidupan baruku di Kota. Aku sangat bahagia bisa membahagiakan ke dua orang tuaku. Itu adalah saat yang membahagiakan pada waktu itu.

Aku bertemu istriku pada saat aku manggung di Bali. Ya waktu itu aku sedang mengikuti tour ke luar kota. Pertama kali kami bertemu di acara pemanasan panggung di Universitas Negeri disana. Saat itu tanpa sengaja aku menyenggol dia waktu dia sedang minum.
“Aduhh maafin aku ya… kamu gak apa-apa??” kataku.
“Gak apa-apa kok… kamu kan?? Kamu kan salah satu anggota band Angel???” katanya.
“Ya… Sory ya… duhh tar aku ganti minuman kamu…” kataku.
“Gak usah… aku boleh minta tanda tangannya??” katanya.
“Boleh…..” kataku.
Aku pun memberi tanda-tanganku padanya. Kita pun berkenalan, namanya Sinta, masih mahasiswa Semester akhir di Universitas tersebut. Aku dan asik ngobrol mengenai lagu-lagu kami. Hingga aku dan dia bertukar nomer Handphone.

Hubunganku dengan Sinta makin jauh. Hingga akhirnya kami berpacaran. Ternyata Sinta adalah wanita yang baik. Walau terkadang cerewet dia begitu baik. Dia mengatakan padaku bahwa dia menjadikan aku kekasihnya bukan karena aku artis dan anggota band. Tapi karena aku baik dan mencintainya. Aku sangat senang mendengar hal tersebut. Walau kami terkadang harus berhubungan jarak jauh karena aku harus tinggal di Jakarta tapi aku selalu menyempatkan ke Bali bertemu dengannya melepas rindu.

Tapi kehidupanku yang bahagia ini tak selalu berjalan indah. Suatu hari aku dan Shinta berjalan di kota. Kebetulan Shinta sedang libur kuliah sehingga dia bisa menemaniku di Jakarta.
“Aku senang banget bisa nemenin kamu…. Tahu gak aku tuh sumpek harus di Bali melulu..” katanya.
“Yang bener?? Kan di Bali banyak tempat wisata dan bule-bule yang bagus. Heheheeheh” kataku.
“Ya seih.. tapi udah biasa… yang gak biasa saat disamping kamu….” Katanya.
Saat aku dan Sinta sedang ngobrol tiba-tiba ada kereta bayi yang meluncur ke jalan dan pas di depan kereta bayi itu ada truk yang meluncur. Aku pun dengan cepat menyelamatkan kereta bayi itu. Aku berhasil menyelamatkan kereta bayi itu namun aku terjatuh. Tanpa kuketahui ada truk lagi mengarah padaku dengan kecepatan tinggi. Lengan kiriku di lindas truk tersebut. Aku merasakan seluruh lengan kiriku hancur dan remuk. Aku pun pinggsan dan tak sadarkan diri.

Aku pingsan selama 2 hari. Saat aku tersadar aku sudah berada dirumah sakit. Di sampingku nampak Sinta tertidur di sofa. Dia menunggu di rumah sakit. Saat aku berusaha bergerak aku tak dapat merasakan lengan kiriku. Aku pun terkejut lengan kiriku. Aku telah kehilangan lengan kiriku.
“TIDAK……!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku.
“Ada apa Ben….??” Kata Sinta yang terkaget dengan teriakanku.
“Lenganku… lenganku!!!!!!!! Tidak….!!” Kataku sambil menangis.
Sinta memelukku. Aku dan dia menangis menerima kenyataan bahwa aku cacat. Kenyataan yang mengubah kehidupanku selamanya. Kenyataan yang membuat semua impianku musnah. Apakah ini adil?? Apa salahku hingga Tuhan memberiku seperti ini.Sejak kejadian itu aku pun keluar dari Band. Aku tak bisa lagi memainkan gitar. Setiap saat jika aku melihat gitar aku selalu menangis. Semua berita aku cacat terlah tersebar. Semua tampak melihatku. Aku malu pada diriku. Harusnya aku tak menolong bayi itu. Kenapa aku diberi cobaan seperti ini?? Adilkah ini bagiku???

Aku pun selalu murung. Aku memutuskan untuk tinggal di desa. Tempat yang sangat sunyi bagiku. Aku terus sendiri dalam menerima kenyataan ini. Hingga akhirnya aku tak menyangka Sinta kan datang menmuiku. Aku malu pada Sinta karena aku cacat.
“Sinta…? Kenapa kamu kemari?” kataku.
“Ben… aku datang ke sini karena aku merindukan kamu… sudah 2 bulan kamu tak menghubungiku. Aku khawatir terjadi sesuatu denganmu.,,” kata Sinta.
“Buat apa kamu mengkhawatirkan aku?? Aku cacat, aku tak pantas bagimu Sinta… kamu bisa dapat lebih baik dariku… aku karang hanyalah orang cacat yang tak memiliki apa-apa sekarang…” kataku.
Sinta pun mendekatiku dan menamparku. Aku melihatnya meneteskan air mata.
“Apa Kamu Bodoh…..!!! aku mencintaimu Ben.. aku bangga memiliki kekasih seperti kamu..!!! kamu dengan segala resiko mempertaruhkan nyawa hanya demi seorang bayi…!! Kamu adalah orang yang sangat aku cintai!!” kata Sinta.
Dia pun memelukku. Aku sangat terharu dengan apa yang di katakannya. Aku sungguh bodoh mengira bahwa Sinta tak menginginkan aku lagi. Akhirnya aku mengatahui ketulusan Sinta dalam mencintaiku. Aku sungguh bersyukur masih memiliki Sinta dalam hidupku.

Itulah awal hidup baruku. Aku pun memutuskan tinggal di Bali bersama Sinta. Aku memberi setengah tabunganku pada ke dua orang tuaku agar mereka bisa menggunakannya untuk keperluan sehari-hari dan setengahnya untuk membeli rumah kecil di Bali. Aku memilih Bali karena sinta masih ingin meneruskan study akhirnya mendapatkan gelar S1. Kita pun melangsungkan pernikahan di Bali. Aku tidak ingin menyusahkan Sinta dalam membiayai kebutuhan rumah tangga hingga akhirnya aku bertemu Rama. Ya Rama adalah pemilik Toko coklat “D’cokolat” aku pun berterima kasih karena beliau telah mepekerjakan aku. Gajinya cukup untuk keperluan rumah tanggaku bersama Sinta.

Aku sekarang mengerti mengapa Tuhan memberikan aku jalan seperti ini. Aku harus bisa menerima kenyataan. Kadang manusia sulit menerima kenyataan. Namun hidup adalah hidup. Di saat semua terasa tak ada artinya pasti akan ada cahaya yang kan menerangi, hingga pada akhirnya mengatahui bahwa masih ada yang lebih berarti dari pada menghakimi diri sendiri.

TAMAT
Read More

Minggu, 05 September 2010

// // Leave a Comment

Kisah Cinta Sejati V

Sudah 2 tahun aku lulus dari bangku SMA. Selama itu pula, aku bekerja di toko coklat. Aku memang tidak ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Bukan karena tidak mampu kuliah. Banyak hal yang terjadi selama aku menjalani hidup ini.

Aku ingat saat aku masih SMA dulu. Aku adalah cowok yang paling populer dikalangan cewek-cewek sekolah. Aku adalah ketua tim basket sekolah waktu itu. Tidak heran banyak wanita yang bisa aku gaet menjadi pacarku karena kepopuleranku. Aku melakukan itu hanya sebatas “have fun” saja. Kadang tidak jarang cewek-cewek tersebut menawarkan diri. Bisa kalian bayangan bagaimana kehidupan aku pada saat itu. Orang tuaku sangat memanjakan aku. Ini tidak terlepas aku anak tunggal. Mobil, motor, handphone berkelas semua diberikan oleh orang tuaku. Itu karena orang tuaku anggota dewan di pemerintahan. Untuk masalah prestasi aku memang sangat kurang. Ya aku sangat malas belajar waktu itu, bahkan ulanganpun aku mengandalkan teman-temanku. Dengan apa yang aku miliki aku bisa melakukan segalanya.

Tapi cinta dapat mengubah segalanya. Sejak aku mengenal seseorang wanita di taman kota. Waktu itu aku ingat aku melihat dia mengenakan syal putih di lehernya. Setiap aku melewati taman kota sore hari aku selalu melihatnya. Entah kenapa aku sangat penasaran pada wanita itu. Hingga pada akhirnya aku berkenalan dengannya. Saat itu dia sedang membuat origami burung bangau.
“Kamu pintar ya bikin origami seperti ini…” kataku.
“Ya terima kasih..” kata wanita tersebut.
“eeemhhh aku sering melihat kamu di sini.. boleh aku berkenalan?? Namaku Hanz….. kalau kamu siapa??” kataku.
“Helena…” kata wanita tersebut.
“Helena… nama yang indah.. oh ya.. kenapa kamu suka mengerjakan origami??” kataku.
“Sudah hobiku….” Kata Helena.
“Bisa ajarin aku bikin seperti itu??? Aku tertarik mempelajarinya…..” kataku.
Helena mengajarkan aku origami. Dia sangat lembut, baik hati, dan sangat berbeda dari wanita manapun yang aku kenal. Aku merasakan kehangatan bersamanya. Apakah ini cinta?? Memang aku tak tahu arti cinta.

Sejak saat itu aku sering bertemu dengannya di taman kota. Aku semakin dekat dengannya. Dia semakin banyak mengajarkan aku origami. Aku semakin senang bisa banyak tehnik origami. Karena kedekatanku dengannya membuat teman-temanku melihat perubahanku. Aku makin bersemangat untuk menjalani aktivitas sekolah. Hingga teman-temanku melihat ada yang berbeda denganku. Memang cinta dapat mengubah segalanya.

Hingga akhirnya aku beranikan diri untukk menyatakan cintaku padanya. Pada suatu hari di taman kota ketika itu memang cuaca tampak sangat mendung. Namun itu tak menyurutkan niatku untuk menyatakan cintaku.
“Hanz.. kenapa kamu mengajakku bertemu?? Hari ini mendung sekali. Aku takut sebentar lagi hujan deras..” katanya.
“Ada hal yang ingin aku sampaikan padamu Helena…” kataku.
“Apa itu????” katanya.
“Aku mencintaimu Helena…. Kau sudah banyak mengubah hidupku… (Sambil memegang tangannya) aku mohon padamu Helena.. Untuk menjadikanku Raja di hatimu…” kataku.
“Hanz……. (sambil mengangguk)”
“Jadi artinya??????? Kita??????”
“Ya…. Aku juga Hanz….” Katanya.
Aku besorak riang. Akhirnya cintaku telah diterima oleh Helena. Hujan pun turun setelah itu. Aku dan Helena mencari tempat berteduh. Sambil berpegangan tangan kami menunggu hujan reda. Itu adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidupku.

Sejak aku menjalin kasih dengan Helena, semua berubah. Aku menjadi semangat dalam menjalani hari-hari hidupku. Helena selalu mengajarkan aku untuk menikmati hidup ini dengan hal-hal yang positif. Dia selalu mengajakku ke panti asuhan dan menyumbang buku dan beberapa mainan. Ternyata dia wanita yang lembut, ramah, baik hati dan seperti malaikat. Betapa beruntungnya aku mengenalnya dalam hidupku. Terkadang dia seperti ibu kedua buatku. Dia selalu memarahi aku jika mendapat nilai jelek dalam ulangan. Sejak itu aku mulai rajin belajar, aku ingin menunjukan nilai rapot yang bagus padanya. Helena telah mengubah aku hingga teman-teman melihat aku bukan seperti diriku saja.

Tapi kisah yang bagus ini ini tak selamanya bahagia. Suatu hari untuk pertama kalinya aku mendapat nilai 100 dalam ulangan matematika. Aku sangat senang sekali. Aku ingin menunjukan pada Helena. Aku pun bertemu dengannya di tempat biasa.
“Helena… aku dapat Nilai 100 Matematika..!” kataku.
“Baguslah….. Sini aku liat….” Kata Helena.
Akhirnya Helena pun melihat nilaiku. Aku melihat senyum indah di mataku. Sungguh damai melihat Helena tersenyum. Namun tiba-tiba aku melihat darah yang keluar dari hidung Helena. Menetes ke kertas ulangan yang ia baca. Helena pun pingsan. Aku pun panik dan menelepon ambulance secepatnya. Di dalam ambulance aku selalu memegang tangannya. Aku berdoa semoga tidak ada yang terjadi padanya.

Setelah hasil pemerikasaan dokter, ternyata selama ini Helena mengidap penyakit kanker otak. Dokter memberi tahuku bahwa sudah terlambat baginya buat hidup. Mungkin dia hanya bisa bertahan 1 atau 2 bulan. Aku pun yang mendengar hal itu hanya bisa menunduk dan menangis. Selama ini Helena hanya menyimpan sendiri penyakitnya. Aku pun menunggunya di rumah sakit. Aku menjaganya sambil menunggu dia siuman. Akhirnya dia pun tersadar. Aku pun memegang tangannya.
“Hanz…. “ katanya lemah.
“Ya Helena.. ??” kataku.
“Maafkan aku tidak menceritakan semua padamu…. Selama ini aku….”
“Sudah cukup Helena.. aku sudah tahu semuanya… kamu istirahat saja.. ya…” kataku.
“Tapi biayanya…??”
“Sudahlah.. itu aku yang urus.. kamu istirahat ya..” kataku.
Aku pun merawat Helena sejak dia terbaring di rumah sakit. Walaupun dia tidak menceritakan semuanya padaku. Aku tetap mencintainya. Aku ingin waktu-waktu bersamanya menjadi kenangan berharga buatku.

Sudah 1 bulan lebih Helena dirawat. Bersamaan itu pula aku harus menghadapi Ulangan Semester. Aku berjanji pada Helena untuk mendapatkan nilai terbaik pada saat Ulangan. Aku pun mulai belajar giat. Sambil menunggu Helena di rumah sakit. Aku belajar dan belajar. Aku juga menyempatkan berdoa untuk kesembuhan Helena. Aku berharap Tuhan mendengar semuanya. Akhirnya Ulangan Semester di mulai. Walau pun pertanyaan dan soalnya cukup sulit aku tetap berusaha. Aku ingin melihat senyum Helena walau itu untuk terakhir kalinya.

Akhirnya pembagian nilai Ujian Semester. Aku pun bersorak riang. Aku mendapat nilai terbaik dalam ujian tersebut. Aku pun dengan cepat-cepat menuju rumah sakit. Saat aku tiba dirumah sakit, aku melihat Helena dalam pengawasan intensif.
“Nak Hanz… Maafkan kami.. Kami telah berusaha melakukan yang bisa kami lakukan.. penyakitnya tambah parah..sekali lagi kami mohon maaf.” kata dokter.
Aku pun menangis, tapi aku tak ingin menunjukan pada Helena. Aku pun masuk kamar Helena. Dia menggunakan tabung oksigen dan infus. Aku tak sanggup sebenarnya melihat dia seperti ini.
“Helena………(sambil meme” kataku.
“Hanz… bagaimana Ulangannya…” Kata Helena.
“Aku mendapat nilai yang bagus.. Lihatlah.. aku berhasil Helena.. aku mendapat nilai terbaik..” kataku.
“Syukurlah….. Hanz.. sepertinya aku harus pergi Hanz.. terima kasih atas semuanya kamu sudah memberikan aku kebahagiaan…” kata Helena.
“Tidak Helena.. aku yang harusnya berterima kasih… Kamu sudah memberikan aku arti hidup.. kamu sudah membuat aku berubah.. aku mencintaimu Helena.. jangan tinggalkan aku sendiri… Helena…” katanya.
“Hanz.. ini sudah saatnya aku pergi.. berjanjilah padaku… jadilah orang yang baik dan ramah.. Jangan lupa belajar.. dan 1 permintaanku padamu Hanz…” kata Helena.
“Apa itu Helena???” tanyaku.
“Di lemari kamarku ada buku harianku.. aku harap kamu membacanya, dan menyimpannya.. Aku mencintaimu Hanz….”
Helena pun memejamkan matanya. Tangannya tampak dingin. Aku menyadari dirinya telah berpulang ke Maha Kuasa. Aku hanya bisa menangis dalam kepergiaannya. Sungguh Ironi, saat aku mencintai seseorang, dia pergi meninggalkan. Yang tersisa hanya kenangan dan senyuman. Itu saja yang membuat diriku tegar. Aku harus menerima semuanya, Tidak ada yang abadi di hadapan yang Maha Kuasa.

Aku pun menuruti pesan terkahir Helena. Aku melihat buku hariannya dan membacanya. Ternyata selama ini Helena Sudah kehilangan orang tua akibat kecelakaan pesawat. Dia tinggal sendiri di rumah yang merupakan satu-satunya hartanya saat ini. Dia sudah kena penyakit Kanker otak selama 1 tahun yang lalu tanpa ia sadari. Seluruh uangnya habis untuk pengobatan, namun dokter terlanjur memvonisnya tak mampu bertahan. Dalam buku hariannya sejak bertemu denganku dia berusaha bertahan. Walau dia sakit tapi dia tetap berusaha menebar senyum di wajahnya. Aku meneteskan air mata ketika mengetahui semuanya. Ternyata Helena sangat mencintaiku. Bahkan di saat terakhirnya dia masih berusaha bertahan. Aku benar-benar bersyukur telah mengenal Helena dalam hidupku.

Sejak saat itulah Hidupku telah berubah. Walau 2 tahun telah berlalu, Helena tetap tak bisa tergantikan dalam hatiku. Aku memang tidak kuliah untuk saat ini. Karena aku masih ingin menikmati masa-masa aku mencari hidup. Walau orang tuaku menentang aku dalam jalan yang aku pilih. Tapi aku bahagia. Sambil aku bekerja di Toko Coklat “D’cokolat” bersama Beni, Vino dan Kak Rama. Aku hanya ingin terus memikirkan Helena. Hingga suatu hari, aku lelah dalam kesendirian.

TAMAT
Read More

Kamis, 02 September 2010

// // Leave a Comment

Kisah Cinta Sejati IV

Kehilangan seorang belahan hati memang membuat hidupku berbeda. Sudah 5 tahun aku berusaha menjalani hidup sendiri. Sejak kematian Dinda, membuat aku sulit menjalani hidup. Walaupun aku pernah hampir mati sejak kehilangan dia. Namun aku berusaha menata hidupku lagi.

Tuhan memang sayang terhadapku. Aku berhasil membangun Bisnis Toko Coklat yang kuberi nama “D’cokolat”. Kenapa aku memilih coklat?? Karena aku ingat Dinda sangat suka coklat. Katanya coklat adalah pembawa kesenangan dan kebahagiaan. Toko yang aku miliki tidak besar. Namun jumlah coklatnya banyak. Untuk saat ini aku mempekerjakan 3 karyawan saja dan semuanya laki-laki. Beni, Hanz, dan Vino, mereka adalah karyawan yang sangat loyal terhadap Toko yang aku bangun.

6 bulan sejak beroperasinya Toko ini memang mengalami awal yang sulit. Tapi aku bisa mengatasinya. Semua berkat Karyawanku yang mempromosikan Toko ini. Aku memang sangat beruntung memiliki Karyawan seperti mereka yang sudah aku anggap sahabat sendiri. Walaupun kebanyakan dari mereka masih kuliah dan sekolah. Mereka dapat membagi waktu dengan baik.

Hari ini banyak pelanggan yang datang. Itu tentu saja karena beberapa minggu lagi akan ada Valentine Day. Hari dimana kasih dan cinta lahir. Tapi hari Valentine adalah hari dimana aku kan makam Dinda untuk memberinya coklat dan bunga. Itu sudah biasa aku lakukan. Terkadang aku sering ke makamnya untuk mengobrol. Suatu ketika aku sedang melayani pelanggan yang datang, tiba-tiba mataku dikejutkan dengan sosok wanita yang tak asing. Dia adalah Reyna, Sahabatku saat masih sekolah. Ini adalah kali pertama aku bertemu dia sejak aku kuliah di Jepang. Dia tampak cantik dan dewasa.
“Reyna?????” Sapaku.
“Rama?? Kenapa kamu ada disini” tanya Reyna.
“Ini Tokoku….” Kataku.
“Apa?? Yang benar??? Hebat sekarang kamu punya usaha… bagaimana kabarmu bersama Dinda??” tanya Reyna.
“Kabarku baik dan Dinda dia sudah tenang di Surga sana…” kataku.
“Maksdmu????????” tanya Reyna.
Aku pun menceritakan semua pada Reyna apa yang terjadi. Selama ini Reyna tak tahu apa yang terjadi padaku karena dia kuliah di Singapura. Kuliah 4 tahun di Singapura dan magang selama 1 Tahun. Pantas saja aku tak bisa menghubungi Reyna di Indonesia.
“Jadi seperti itu…” kata Reyna.
“Ya…. Sekarang aku berharap dengan usaha ini aku bisa menata hidupku lagi.” Kataku.
“Oh ya aku harus cepat-cepat pergi.. Sebentar lagi Tunangan aku kan datang dari Singapura..” katanya.
“Tunangan..?????” kataku.
“Ya.. kenapa???” Tanyanya.
“Tidak.. ohh ini coklatnya…” kataku.
“Terima kasih…. Aku pergi ya… tha…” katanya.
“Ya hati-hati ya…..” kataku.
Ternyata Reyna telah memiliki Tunangan. Kenapa aku merasa sedikit tidak gembira dia memiliki tunangan?? Apakah aku memiliki hati padanya?? Reyna sahabatku?? Aku tidak tahu apa yang aku rasakan.

Besoknya entah kenapa aku ingin menemui Reyna. Semoga saja dia ada di rumahnya. Aku pun pergi menuju rumahnya. Akhirnya aku menemui Reyna sedang duduk di teras.
“Hey Reyna..!!???” sapaku.
“Rama… kenapa kamu pagi-pagi kesini???” tanyanya.
“Ya.. aku pengen saja ke sini… Oh ya kamu lagi sibuk???” tanyaku.
“Gak juga sieh… emang kenapa??” tanya Reyna.
“Gimana kalau kita makan keluar sebentar?? Ya sekalian ingin ngobrol-ngobrol masa lalu..” kataku.
“Boleh juga… tunggu sebentar ya aku ganti baju…. Okay” kata Reyna.
“Ya………..” jawabku.
Akhirnya kita pun pergi makan berdua. Sudah lama aku dan Reyna tak pergi berdua. Aku baru menyadari waktuku buat jalan berdua hanya bersama Dinda. Semakin lama getar-getar seperti Dinda terasa pada Reyna. Aku tak tahu apakah Reyna masih memiliki rasa padaku??? Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Setelah makan, aku pun mengantarnya kembali ke rumah.
“Makasi ya udah ngajakin aku makan bareng..” kata Reyna.
“Ya… Reyna ada yang ingin aku tanyakan padamu..” Kataku.
“Apa Rama???” tanyanya.
“Apakah kau masih ada perasaan terhadapku???” Tanyaku.
“………. Rama.. kalau aku boleh jujur.. aku masih sayang padamu.. tapi aku sudah bertunangan.. dan pas pada hari Valentine aku kan melangsungkan pernikahan..” katanya.
“Jadi begitu….. heheheheh padahal aku berharap kau bisa bersamaku.. rupanya takdir berkata lain..” kataku.
“Rama……. Maafkan aku..” katanya.
“Tidak apa-apa… selamat ya.. oh ya.. sekarang aku harus ke Toko… sampai jumpa ya..” kataku.
“Ya…” jawabnya.
Setelah aku mengetahui dia akan menikah kenapa hati ini tidak rela?? Apa yang sebenarnya aku rasakan?? Mengapa aku teriris mendengar itu semua??

Beberapa hari kemudian surat undangan pun datang. Aku menerima surat undangan lewat ibuku. Reyna akan menikah dengan tunangannya 2 hari lagi. Kenapa di hari bahagiannya aku tak merasa senang.
“Akhirnya Reyna menikah juga ya… Ibu cukup senang dia akhirnya menemukan lelaki pilihannya..” kata ibuku.
“Ya……..” kayaku.
“Kenapa Nak?? Kenapa wajahmu sepertinya tidak bahagia dengan berita tersebut??” tanya ibuku.
“Aku tidak tahu Bu… Entah kenapa aku tidak bahagia dengan berita ini??.. padahal Reyna adalah sahabatku…” kataku.
“Itu tandanya Rama mencintai dia…. Sejak kematian Dinda, tidak sekalipun Ibu melihat Rama berhubungan dengan wanita lain… Terlelap dengan masa lalu akhirnya akan melupakan hidup sendiri…”
Benar yang dikatakan Ibu. Selama ini aku hanya terpaku pada Dinda. Aku hanya melihat Dinda yang paling sempurna dalam hidupku. Aku tak menyadari kehadiran Reyna selama ini. Kenapa aku Bodoh sekali.

Malam ini aku berencana menemui Reyna. Aku menelpon dia dan menyuruhnya datang ke taman kota. Akhirnya Reyna pun datang.
“Kenapa Rama???.. apa yang ingin kamu bicarakan…” kata Reyna.
“Aku…. Aku… … Aku menyadari betapa beratnya kehilangan orang yang disayangi. Aku telah kehilangan Dinda yang sangat aku cintai. Aku menutup diri dalam hatiku. Karena terpaku pada Dinda. Namun kali ini aku harus kehilangan seseorang lagi dalam hidupku. Walau aku tahu dia masih ada, namun dia kan bersama orang yang dicintainya, bukan bersamaku…” kataku.
“Maksudnya??” tanya Reyna.
“Jauh di dasar hatiku.. aku sayang padamu.. dan aku tak sanggup harus melihatmu bersama dia… Mungkin ini ungkapan yang konyol dan sangat bodoh, tapi aku tak ingin terlambat. Terlambat menyadari kau bisa membuat aku kuat seperti dulu. (aku pun bersujud didepannya) Reyna.. aku mohon.. aku tahu ini tidak mungkin dan ini sangat bodoh. Tapi aku mencintaimu… aku mohon hiduplah bersamaku…” kataku.
“Rama….” katanya.
Reyna pun berlari menitikan air mata. Meninggalkanku yang bersujud dihadapannya. Aku merasa diriku sangat bodoh. Tapi aku lega bisa mengatakannya. Aku tahu apa yang telah aku katakan padany tak mungkin terwujud.

Hari ini adalah hari Valentine. Hari di mana Reyna akan menikah. Aku tak menghadiri pernikahan itu. Aku rasa aku tak sanggup melihatnya. Aku pun seperti biasa membuka toko dan membantu karyawan-karyawan di toko. Aku berusaha untuk menahan kesedihanku. Aku tak ingin ada yang melihatku bersedih. Sambil duduk di meja aku pun melihat foto-foto bersama teman-teman Sekolah dulu. Dalam foto tersebut terdapat Reyna. Aku berpikir betapa menyenangkan waktu itu. Tapi mungkin tidak akan bisa seperti itu. Tiba-tiba Vino memanggilku.
“Pak…!! Pak….! ada yang mencari Pak…!!” kata Vino.
“Kenapa Vino?? Siapa yang mencari aku…??” Tanyaku.
“Pokoknya lihat dulu Pak…” kata Vino.
Aku pun keluar dari ruanganku dan menuju bagian depan toko. Ternyata di sana ada Reyna menggunakan pakiaan Pengantin. Aku sontak kaget dengan apa yang aku lihat.
“Reyna… kenapa kamu di sini?? Bukankah kamu harusnya menikah Reyna??” tanyaku.
“Rama… selama ini.. aku selalu memikirkan kamu, walaupun aku bersama orang lain, dan berusaha mencari penggantimu… Aku tetap saja tidak bisa mengganti kamu Rama. Kamu cinta pertama aku.. dan akan selalu seperti itu. Aku ingin hidup bersamamu, Rama” katanya.
“Reyna……….” kataku.
Aku pun memeluk Reyna. Aku pun menangis mendengar semua itu. Ini adalah tangisan kebahagiaan. Bersama orang yang bisa membuat aku bangkit dalam hidupku. Semua orang di sana bertepuk tangan. Melihat cinta yang baru telah hadir dalam hidupku. Walaupun selama ini tak pernah aku sadari. Terima kasih Cinta.

TAMAT
Read More

Rabu, 01 September 2010

// // Leave a Comment

Untukmu Yang Kukenang...

Ingatkah dulu..
Sewaktu kau bersamaku..
Setiap hari tersenyum..
Menikmati arti hadirmu..



Merasakan setiap kasihmu..
Terbalut dalam hangatmu..
Tak berdaya bagiku..
Untuk mencintaimu..



Namun sayang bagiku..
Sekuntum bunga mawarku..
Kutempatkan di nisanmu..
Dalam peristirahatan terakhirmu..



Kukenang dalam memoryku..
Dan akan terus hidup..
Walau kutemukan penggantimu..
Kau adalah kenanganku..



BY RAma
Read More
// // 1 comment

Kisah Cinta Sejati III

Pagi yang sangat enak. Sayangnya, aku harus bersekolah hari ini. Aku sangat berharap aku mendapat hari libur. Ya tapi bagaimana pun, aku harus bersekolah untuk melanjutkan lagi ke perguruan tinggi. Seperti biasa yang dilakukan anak-anak pada umumnya. Aku membersihkan kamar setelah tidur. Sebenarnya aku malas, tapi kalau tidak dilakukan aku bisa “UUD” dari Ibu. Tapi walau bagitu Ibuku sangatlah kuat. Sejak kepergian ayah 5 tahun yang lalu, praktis Ibuku yang membiayai semua kebutuhan rumah termasuk sekolahku.

Pagi ini sepertinya akan berjalan sangat lama karena banyak ulangan. Pasti bisa menguras otak dan tenagaku. Tapi untunglah aku sudha mempersiapkan semuanya. Termasuk contekan dalam bentuk kertas mini. Ya cara ini terpaksa aku lakukan karena aku tidaklah pintar. Sungguh bodohnya diriku. Namun bukan berarti aku tidak kehabisan akal. Seperti biasa menggunakan terhnik-tehnik contekan jitu untuk menaklukan ulangan. Berbagai macam kertas-kertas berisi jawaban telah aku sisipkan di semua celah-celah bajuku. Tak terkecuali di kaos kakiku.

Ulangan pun selesai. Sungguh melelahkan. Ya sangat melelahkan walau aku hanya menyontek. Aku ingat hari ini aku harus ketemu dengan Pak Rama, beliau adalah pemilik toko coklat dan aku bekerja sampingan menjadi sales counter di sana. Dengan cepat aku pun menuju toko coklat tersebut. Nama toko coklat itu sangat aneh “D’cokolat” tapi yang terpenting bukan nama. Aku harus cepat karena aku hari ini gajian setelah 1 bulan aku bekerja disana.
“Selamat pagi Pak…… “ kataku setelah sampai.
“Ohhhh Vino… tumben telat…. “ Kata Pak Rama menyapaku.
“Maaf Pak tadi ada ulangan makanya lama… “ Kataku.
“Ya tidak apa-apa, Nie uang gaji kamu selama 1 bulan. “ Kata Pak Rama sambil memberi amplop.
“Terima kasih Pak.. eeemhhhh wah Pak ini lebih Pak….. “Kataku.
“Ya tidak apa-apa, anggap saja untuk membiayai sekolahmu…” Kata Pak rama.
“Terima kasih pak… kalau begitu saya ganti baju dulu Pak… “ Kataku.
“Ya sudah sana cepat… sekarang malam minggu kemungkinan banyak pelanggan yang datang.. saya ingin pulang dulu… “ Kata Pak Rama.
“Baik Pak…” Jawabku.
Pak Rama memang sangat baik. Tapi bukan hanya kepadaku, tapi pada seluruh karyawan disini. Tempatku bekerja memang hanya ada 3 orang karyawan termasuk aku. Yang pertama bernama Beni, dia yang paling senior disini. Dia cukup menyenangkan orangnya dan memiliki selera humor yang tinggi. Yang kedua bernama Hanz. Dia ini orangnya sangat murah senyum. Dan terkadang sangat manis. Jadi tak usah heran jika banyak wanita kesini datang hanya ingin melihat Hanz. Toko coklat ini telah 3 tahun berdiri. Kebanyakan coklat disini datang dari distributor, tapi jarang juga Pak Rama sendiri yang membuatnya. Motto Toko ini adalah “rasakan dengan cinta”. Aku tak paham kenapa Motto coklat itu harus seperti itu???

Ternyata benar apa yang di katakan Pak Rama. Hari ini sangat banyak pelanggan. Aku benar-benar kewalahan. Hingga pada akhirnya sudah mendekati jam tutup. Akhirnya sepi juga setelah “diserbu” pelanggan. Sungguh melelahkan.
“Hari ini sungguh rame ya??” kataku.
“Ya begitulah ayoo kita tutup dulu ….” Kata Beni.
“Aduhhh aku capek banget bisakah kita berisitirahat sambil minum sebentar???” kataku.
“Vino…. Jangan mengeluh terus.. ayo bantu aku dan Beni tutup….!!” Kata Hanz.
“Ya ya ya……..” Jawabku.
Setelah menutup toko, kita pun kembali ke rumah masing-masing untuk. Dalam perjalanan pulang dengan mengggunakan sepeda aku tak sengaja melihat wanita yang berdiri di samping jembatan. Sontak aku kaget dan langsung menghampiri wanita tersebut.
“Hey…!!! apa yang kamu lakukan????” tanyaku.
“Tidak ada lagi yang peduli padaku. Tidak ada gunanya aku hidup… sekarang aku hanya sendiri…” kata wanita tersebut.
“Hey…!! Jangan bertindak bodoh… kalau mati semuanya berakhir..!!!” kataku sambil perlahan mendekatinya.
“Berakhir…???? Semua sudah berakhir bagiku….” Kata wanita tersebut sambil mengambil ancang-ancang untuk melompat.
“Tidak ada yang berakhir kalau masih berusaha…. Jadi jangan siakan hidupmu untuk hal yang bodoh..!!” Kataku.
“Diam…!!!!!!!!! Kamu tidak tahu apa-apa!! Jadi jangan menceramahiku.,!!!!!” kata wanita tersebut.
Tampaknya wanita itu akan melompat di saat dia lengah, aku pun menagkapnya. Aku pun terjatuh menangkapnya. Dalam tangkapanku dia meronta-meronta.
“Biarkan aku mati..!!! Please biarkan aku mati…!! Huuuuuuuuuuuhuuuuuuu” kata wanita tersebut sambil menangis.
“Kalau kau mati!!! Apakah semua tampak lebih baik??? Manusia yang hanya bisa menyerah, itu manusia Pecundang…!!!” kataku.
Lalu ia terdiam, setelah mendengar kata-kataku. Dalam waktu yang lama kami terdiam. Pada akhirnya kami saling berbicara. Namanya Yunita dia melakukan itu karena dia telah di tinggal kekasihnya. Setelah Yunita menggugurkan kandungannya hasil perbuatan kekasihnya, dia pun dicampakan. Aku sungguh merasa tersentuh dengan ceritanya. Kenapa wanita secantik ini tega dicampakan?? Sungguh bodoh lelaki itu. Kemudian setelah selesai bercerita aku mengantarnya pulang. Ternyata rumahnya cukup dengan rumahku. Kemudian ia mengucapkan terima kasih padaku atas perbuatannya.

Seminggu setelah kejadian aku menolong wanita tersebut. Aku terus memikirkannya, entah apa yang membuat aku terus memikirkannya. Di kelas pun aku hanya terbengong saja. Tentu saja teman-teman se-kelas merasa heran atas sikapku hari ini. Bel pun berbunyi, saatnya pelajaran membosankan akan dimulai. Namun ada yang tampak berbeda hari ini, karena Pak Surya, guru yang biasanya datang cepat hari ini sangat lama. KemudianPak Surya pun datang, tapi ternyata dia tidak sendiri. Pak surya datang dengan membawa murid baru, namun Murid baru tersebut tidak asing di mataku. Ternyata itu adalah wanita yang aku tolong waktu itu. Ya ampun, kenapa ia bisa bersekolah di sini??
“Anak-anak… hari ini kita kedatangan siswa baru.. nah Nak perkenalkan namamu..” kata Pak Surya.
“Selamat pagi.. perkenalkan, namaku Yunita, pindahan dari Bandung… salam kenal…” kata Yunita.
“Ya anak-anak.. itu perkenalan singkat dari Yunita.. kalau mau tanya lebih lanjut saat jam istirahat saja…. Emmhhh Vino..! kursi sebelahmu kan kosong jadi yunita duduk dekat kamu saja..” kata Pak Surya.
“Ehhhh ya ya Pak…..” Kataku kaget.
Akhirnya Yunita pun duduk disebelahku. Aku tak menyangka akn duduk bersebelahan dengan wanita yang aku tolong. Yunita tampaknya cuek saja duduk dekat aku. Apa dia mengingat aku ya????

Jam istirahat pun berbunyi. Aku harus bisa bicara dengan Yunita, kemudian menanyakan keadaannya. Setalah- aku cari-cari akhirnya aku menemukan Yunita di perpustakaan.
“Yunita.??. “ sapaku.
“Ya.. ada apa???” Jawabnya.
“emhhh kamu masih ingat aku??” Tanyaku.
“Ya masih… emhhh terima kasih ya sudah menolongku waktu itu… “ Katanya.
“Ya gak perlu terima kasih, udah sewajar seperti itu…” kataku.
“Tapi tetap saja aku harus berterimakasih karena aku melakukan hal yang sangat bodoh waktu itu.. emmhhh sebagai ucapan terima kasih aku.. aku traktir makan di kantin ya??? Katanya.
“Emhhh boleh juga… “ jawabku.
Sejak saat itu aku dan Yunita makin dekat. Kita makin sering ngoborl dan curhat. Tak jarang kami jalan berdua. Bahkan terlihat seperti sepasang kekasih. Memang tak bisa aku pungkiri ada getar dalam dadaku saat aku berdekatan dengannya. Dia wanita yang baik, ramah dan selalu membantu aku. Dia juga cukup pintar di sekolah, tak jarang dia selalu mendukung aku dalam belajar. Memang benar kata-kata orang. Cinta dapat membuat seseorang berubah. Aku dulu yang malas belajar dan tukang contek, sekarang jadi sangat rajin belajar. Ini semua berkat Yunita.

Sudah 2 bulan aku berdekatan dengan Yunita. Selama 2 bulan tersebut dia dalam singkat telah mengubah hidupku. Walaupun aku dekat dengan Yunita namun aku masih menunggu waktu yang tepat mengungkapkan perasaanku padanya. Hari minggu kebetulan Yunita mengajakku untuk mencari tugas sekolah. Aku rasa ini moment yang pas bagiku untuk menyatakan perasaanku padanya. Akirnya hari yang ditunggu pun tiba. Aku dan Yunita pergi bersama mencari tugas sekolah. Setelah kita selesai mencari tugas, kita pun memutuskan untuk mencari tempat makan siang. Saat aku dan Yunita telah selesai makan kita pun ngobrol-ngobrol tentang tugas yang kita cari.
“Ada-ada aja Pak Surya disuruh nyari tugas…. Huuftt capek…” kata Yunita.
“Ya tapi kan sudah kita dapatkan …. Kamu capek kenapa?? Masa jalan ma aku capek?? Heheheh” kataku.
“Ya aku capek aja.. alnya cuaca akhir-akhir nie panas banget.” Katanya.
“Ya seih….. eeemmhh Yunita aku boleh tanya gak??” tanyaku.
“Apa Vino???” katanya.
“Menurut kamu aku cowok yang kayak gimana???” tanyaku.
“Menurut aku.. kamu tuh cowok yang baik.. perhatian dan…..??” katanya
“Dan apa???” tanyaku meneruskan perkataannya.
“Dan ganteng… hahahahhahahah” Katanya sambil tertawa.
“Ya iyalah …. Eemhhh Yunita… Mungkin kata-kataku ini gak romantis ya.. dan aku emang bukan cowok yang seperti kamu mau.. tapi aku pengen jalani hari-hariku bersama kamu..” kataku.
“Maksdnya????” tanya Yunita.
“ehhhh aku……. Sayang.. kamu……………” Kataku dengan grogi.
“Hahahahahahhaahhahahah” Tertawa yunita.
“Kok ketawa…????????????????????????” Tanyaku.
“Kamu tuh cowok yang nembak aku dengan cara yang paling teraneh.. emang gak ada sedikit spesial??? Hahahaahahahaha…. Hahahaahahah….” Katanya sambil tertawa.
“Ya aku tahu… aku emang aneh…” Kataku.
“Tapi aku juga gak bisa nolak kalau aku harus ikut hari-harimu bersama aku..” kata Yunita.
“Haaahhh maksudnya???” Tanyaku.
“Maksudnya udah jelaskan……. Huuffftt” kata Yunita.
“Jadi kamu mau jadi Pacarku???” tanyaku.
“Ya………………. Aku mau Vino……” kata Yunita.
Aku pun bersorak gembira. Aku tak menyangka Yunita menerima aku menjadi kekasihnya. Hingga saat pulang pun kita ketawa-ketawa. Akhirnya hari-hariku dipenuhi oleh senyum, tawa, dan kasih Yunita. Sungguh senang aku bisa memiliki Yunita.

Tanpa disadari aku dan Yunita telah 1 tahun menjalani hubungan ini. Sudah banyak yang kita lalui. Tanpa aku sadari pula, nilai ulanganku semakin bagus, ini berkata Yunita yang selalu sabar mengajariku belajar. Aku memang tak memiliki otak yang cerdas seperti Yunita, namun aku berusaha keras agar aku bisa menjadi kekasih yang dapat dibanggakan. Keluargaku sangat mendukung hubungan aku dengan Yunita, begitu pula keluarganya yang sangat mendukung hunbungan ini. Walaupun Yunita mempunyai masa lalu yang buruk tapi sangat mencintainya. Karena aku yakin manusia dicintai bukan dari masa lalunya, namun apa dia yang sekarang.

Suatu hari aku ingin mengajak Yunita untuk jalan-jalan ke pusat kota. Kebetulan liburan semester I membuat aku punya waktu bersama Yunita. Setelah selesai dari kerja pagi di toko. Aku pun menjemput Yunita untuk jalan-jalan. Saat aku dan Yunita jalan-jalan Yunita tiba-tiba menghentikan langkahnya.
“Yun?? Kenapa???” tanyaku. Tiba-tiba aku melihat Yunita memandang sesuatu. Seorang laki-laki yang juga memandangnya. Aku tak tahu siapa lelaki itu?? Kanapa dia memangdang Yunita dengan tatapan yang seperti sudah lama mengenal. Tiba-tiba Yunita berlari. Aku pun mengejarnya. Sayangnya di keramaian aku tak bisa mengejarnya. Ke mana perginya Yunita?? Sampai malam aku mencarinya. Sampai akhirnya aku menemukan dia taman kota.
“Yunita… kamu ke mana aja?? Aku khawatir mencarimu….” Tanyaku.
“Aku gak kemana-mana Vino… ….” Jawabnya.
“Kenapa Yun??? Kamu seperti itu???” Tanyaku.
“Aku tadi bertemu dengan mantanku.. Pria itulah yang menghamiliku waktu dulu Vino… “ kata Yunita.
“Yun… Apakah kamu masih mencintai dia????” tanyaku.
“Aku….. aku….” Kata Yunita terbata-bata.
“Baiklah… jika kamu masih mecintai dia… aku kan pergi….” Kataku.
“Vino?? Kenapa seperti itu??” tanya Yunita.
“Tidak ada gunanya kita melanjutkan hubungan ini… jika kamu tidak mencintai aku… Ya udah kita pulang dulu…. Ayoo sudah malam” kataku.
Aku pun mengantar Yunita pulang. Kami berdua terdiam. Aku sebenarnya sangat mencintai Yunita. Namun aku juga tidak ingin menjalani hubungan ini dibalik bayang-bayang kekasihnya dulu.

Sejak kejadian itu aku dan Yunita mulai jarang berkomunikasi. Selama liburan semester aku dan Yunita tidak sms mau pun telepon. Saat aku bekerja aku hanya bengong saja. Kemudian Pak Rama melihatku lalu memanggilku.
“Ya Pak?? Kenapa Pak??” tanyaku.
“ kamu kenapa Vino?? Akhir-akhir ini kamu hanya bengong saja?? Apa kamu ada masalah??” kata Pak Rama.
“Tidak Pak… saya baik-baik saja pak… terima kasih atas perhatian Bapak” kataku.
“Aku tahu kamu ada masalah, kalau masalah cinta bilang saja…” kata Pak Rama.
“Kok Bapak bisa tahu????” Tanyaku.
“Tentu saja aku tahu… kamu pikir aku tak pernah seusiamu???” kata Pak Rama.
“Sebenarnya saya punya masalah seih pak… tapi…..” kataku terputus.
“Tapi apa????” Tanya Pak Rama.
“Tapi orang ya saya cintai masih mengingat masa lalunya… saya tak ingin hanya menjadi sebagai cinta sesaat saja bagi dia… kita sudah 1 tahun berpacaran… tapi dia masih belum bisa melupakan kekasihnya dulu…” kataku.
“Vino… Apakah kau benar-benar mencintai dia??” tanya Pak Rama.
“Tentu saja Pak…. Kenapa bapak menanyakan hal itu???” kataku.
“Jika kamu mencintai dia kejarlah dia… Dapatkan hatinya dengan seluruh yang kamu miliki?? Seharusnya kamu tidak menyerah untuk mencintai dia.. karena menyerah dalam cinta.. itu hal yang paling memalukan untuk laki-laki. Aku yakin, kelak dia pasti mengerti semua yang ada di hati kamu. Saat dia menyadari betapa dia beruntung memiliki kamu….” Kata Pak Rama.
Setelah mendengar semua nasihat Pak Rama aku menyadari kekeliruanku selama ini. Kenapa aku menyerah untuk mendapatkan cinta Yunita?? Kemudian aku meminta izin pada Pak Rama untuk pergi menemui Yunita. Aku pun mengayuh sepeda ku dengan cepat menuju rumah Yunita. Tapi ketika aku sampai di rumahnya, ternyata keluarga Yunita tidak ada di rumah. Akhirnya tetangga disana memberi tahuku bahwa baru saja Yunita dan keluarganya pindah dari rumah tersebut. Mereka dikabarkan kan pindah ke Bandung. Aku pun tidak menyerah. Dengan cepat aku mengayuh sepeda ke Bandara. Dalam perjalanku ke bandara aku mengingat semua kenanganku bersama Yunita. Kenapa aku bodoh sekali??? Setelah sampai di Bandara. Aku mencari Yunita, aku berusaha masuk pintu menuju pesawat namun aku dihalangi satpam yang berjaga. Aku terus berteriak “Yunita..!! …. Yunita dimana kamu..” sehingga para pengunjung bandara mengira aku gila. Akhirnya aku menyerah mencari Yunita. Tanpa aku sadari air mataku jatuh. Aku telah melakukan hal yang bodoh selama ini. Aku telah menyerah dalam cinta. Dengan seluruh sisa kekuatanku aku pun kembali. Namun ada teriakan yang memanggilku. Sepertinya aku kenal, dan aku pun berbalik dan melihat Yunita.
“Yunita….???” Kataku.
“Vino……….. “ Katanya.
Kemudian kita pun berpelukan.
“Yunita… maafin aku selama ini.. aku tahu aku salah… Harusnya aku tidak menyerah saja.. harusnya aku mampu menjadi yang terbaik buat kamu…” kataku.
“Vino…. Aku juga minta maaf.. saat kamu meninggalkan aku, aku merasa kehilangan. Rasanya hati ini sepi banget.. aku sadar masa lalu tidak akan mengubah apapun. Cuma kamu yang mampu buat aku kuat dalam menjalani hari-hariku…”
“Yunita.. aku mencintai kamu…. Please jangan pergi..” kataku.
“Pergi??? Siapa yang pergi????” kata Yunita.
“Loeeehhh???? Bukannya kamu dan keluargamu akan pindah ke Bandung????” Kataku.
“ohhhhhhhhhh itu ayahku mau ke Bandung dinas di sana 1 Bulan bersama Ibu.. jadi aku ke sini Cuma mengantarkan saja,…. Naaahhhh pasti mikirnya aku yang pergi ya???? Heheheeh” kata Yunita.
“Dasar…. Aku kira kamu sungguh pergi….” Kataku.
Akhirnya aku dan Yunita kembali menjalin kasih. Kita berpelukan lama sekali di bandara sampai semua orang melihat kita berdua. Namanya juga saling cinta dunia serasa milik berdua.

2 tahun kemudian hubungan kami akhirnya menjadi bertunangan. Aku dan Yunita masuk di perguruan tinggi yang sama. Kenapa sama?? Kata Yunita seiiihh tidak ingin jauh dari aku(heheeheheeh). Hubungan yang bahagia memang tak lepas dari perjuangan serta pengorbanan. Walaupun pada akhirnya rasanya tak sanggup, tapi jangan menyerah dalam mendapatkan cinta. Karena tidak ada sesuatu yang tidak mungkin di dunia ini.


TAMAT
Read More