Selasa, 04 Januari 2011

// // 1 comment

THE ARC Chapter 4: Not Haven't

Aku punya kisah seorang teman, mungkin kisah cintanya terlalu biasa buat kalian semua. Tapi ini memang apa adanya. Sebut saja temanku ini Wicaksono, panggilan akrabnya Wicak. Dia juga merupakan salah satu pegawai Warnet tempat aku bekerja, namun dia ditempatkan dalam cabang di daerah Denpasar Barat. Pertama kali dia bekerja di sini aku diminta tolong untuk mengajarkan pembukuan serta sistem biiling internet.

Orangnya kalau dari segi Face lumayan. Tingginya hampir sama denganku cuma dia sedikit lebih tinggi. Terus gaya rambutnya biasa saja. Mungkin bagi sebagian wanita dia lelaki yang biasa. Tapi setelah aku mendengar kisahnya aku jadi merasakan rasa menjadi seperti dia. Dan kisahnya mungkin akan membuat kalian seolah tak akan mempercayai cinta dan takdir.

6 tahun yang lalu Wicak masih bersekolah di SMK Negeri 4 Denpasar. Sekolah tersebut memang mayoritas kalangan wanita. Bisa dibilang lelaki disana sangat langka (Emang kayak spesies langka aja????) dan Wicak masuk jurusan Tata Boga disana (Pinter masak ya??) dan dia sekolah disana karena Terpaksa (Katanya).

Semenjak Wicak bersekolah disana dia memang lebih senang berteman dengan wanita. Bukanya tak mau berteman dengan cowok, tapi apa dikata hanya ada wanita saja dipandangan dia. Hal itu lah membuat Wicak malas mencari wanita, mungkin karena pemandangan hanya ada wanita saja (Kalau aku jadi kamu wahhh kenyang aku lihat wanita aja). Suatu hari Wicak pernah berkenalan dengan seorang wanita. Ya sebut saja wanita itu Ratna, dia merupakan murid dari Akademi Bidan di Denpasar. Wicak pun berkenalan dengan wanita tersebut dan mereka pun bertukaran numb HP. Sejak perkenalan itu hubungan mereka pun makin dekat dan dekat. Pada suatu hari Wicak memberanikan “menembak” Ratna dan tanpa ragu Ratna pun menerima Wicak sebagai kekasihnya.

Sejak itu Wicak pun menjalin kasih dengan Ratna. Ratna memang wanita yang baik dan ramah. Mereka pun melewati masa-masa indah dan tanpa terasa 4 tahun mereka menjalin kasih. Kemudian suatu yang mengejutkan terjadi. Ratna akan segera dijodohkan dengan lelaki pilihan orang tuanya. Wicak yang mendengar hal tersebut seperti tersambar petir. Bagaimana tidak, hubungan yang selama ini mereka jalani akan berakhir begitu saja. Memang ini menjadi keputusan yang sulit bagi Wicak. Di satu sisi dia tak ingin berpisah dengan Ratna, tapi di sisi lain dia tak bisa melawan keputusan orang tuanya. Kemudian Wicak pun berusaha menemui orang tua Ratna. Memang Wicak dan Ratna tidak mendapat restu dari orang tua Ratna.

“Bapak, Ibu saya sangat mencintai Ratna. Saya tahu saya masih kuliah dan saat ini tak mempunyai apa-apa. Namun berkenanlah Merestui hubungan saya dengan Ratna, hanya itu yang saya ingin sampaikan kepada bapak dan ibu.” mohon Wicak.

“Saya hargai keberanian nak Wicak datang kemari untuk menyampaikan hal ini. Tapi maaf saya tidak bisa. Saya hanya ingin melihat anak saya bahagia. Saya yakin pilihan kami selaku orang tua Ratna masih terbaik..”kata Ayah Ratna.

Mendengar hal itu Wicak langsung pergi dan itulah dia memutuskan tali kasihnya dengan Ratna. Memang menyakitkan jika hubungan harus diakhiri seperti ini.

Beberapa hari kemudian Wicak masih tak lagi menghubungi Ratna. Wicak berharap Ratna bisa melupakannya meskipun itu sangat menyakitkan bagi Wicak. Pada malam hujan pun datang, disertai petir dan angin. Rumah Wicak memang sepi karena orang tuanya sedang menghadiri undangan. Tiba-tiba terdengar suara pintu “tok-tok….” dari luar. Kemudian Wicak pun bergegas membukakan pintu. Tanpa diduga ternyata Ratna yang berdiri di depan pintu.

“Ratna????? Kenapa kamu kemari???” tanya Wicak.

“Aku tidak ingin berpisah denganmu Cak… Aku mencintaimu…” jawab Ratna.

Wicak pun langsung memeluk Ratna dengan erat dan Ratna pun menangis saat itu. Hujan yang turun seperti tangisan cinta mereka berdua. Butiran yang jatuh pertanda cinta mereka tak terbatas.

Ratna akhirnya menginap di rumah Wicak. Kemudian Ratna pun bermaksud ingin lari bersama Wicak. Namun Wicak menolaknya, karena Wicak tak ingin terjadi masalah yang pada akhirnya bisa merumitkan semua. Dengan segala upaya akhirnya Wicak mampu meyakinkan Ratna dan mengantarnya pulang kerumah. Berat rasanya melihat orang yang dicintai pada akhirnya tak bisa dimiliki. Apakah ini cinta mempunyai sebuah batas???Sejak itu Wicak pun tak pernah bertemu dengan Ratna. Dengar-dengar Ratna menikah di Surabaya dengan seorang calon dokter muda. Wicak pun hanya bisa tersenyum mendengar hal itu.

Yah memang semua kisah terkadang tak berakhir dengan “Happy Ending” tapi patut disyukuri bahwa cinta bisa memberi pelajaran yang berarti. Wicak pun mendapat pelajaran bahwa cinta tak selamanya bisa dimiliki. Karena pasti ada batas yang tak akan mampu dilalui. Tapi tampaknya Wicak mengetahui kesungguhan cinta Ratna dan arti Wicak bagi Ratna. Suatu hari di Wicak pernah pergi ke Toko buku. Kemudian tanpa sengaja Wicak bertemu dengan Ratna disana. “Hai Ratna…” sapa Wicak. “Wicak????” kata Ratna. Mereka pun bertemu dan mengobrol. Ternyata setelah sekian lama tak bertemu Ratna memiliki seorang anak dan namanya sama dengan Wicak. Wicak pun kaget mendengar hal itu.

“Aku menamai anak ini sama denganmu Cak. Karena kamu kan selalu di Hatiku…” kata Ratna.

“Terima kasih Ratna. Yahhh mungkin di Kehidupan sekarang kita belum berjodoh, tapi aku yakin dikehidupan yang lain kita pasti menyatu.” kata Wicak.

Memang Cinta kadang bisa mengajarkan orang untuk bisa mengerti dan menyadari bahwa cinta tak selamanya indah. Wicak menyadari hal itu dan dia akan tetap mencari cinta walau itu sangat sulit. Karena ia percaya Tuhan akan selalu memberi yang terbaik pada umatnya.



To be Continue…

1 komentar: