Sabtu, 24 Mei 2014

// // Leave a Comment

Hibari dan Hana



Akhirnya, aku sampai juga di Bali. Sudah 5 tahun sejak aku lulus SMA. Ternyata tak banyak perubahan setelah aku melanjutkan studi di Belgia. Rasa rindu kepada orang tua memang sudah tak mampu aku tahan. Aku penasaran, apa rumahku masih seperti dulu ya? Atau sudah banyak yang berubah. Selain itu, aku sangat merindukan masakan ibuku. Ya di Belgia memang makanan enak-enak, namun hampir susah mencari makanan pedas di sana. Aku benar-benar sangat merindukan semuanya.

                Sesampainya di rumah, aku sudah di sambut dengan suka cita oleh ibu dan ayahku. Kamu saling berpelukan. Tak ketinggalan adik perempuanku yang sudah SMA sekarang. Ternyata dia sudah anggun dan cantik. Padahal dulu dia sangat tomboy. Bahkan sering berkelahi dengan anak-anak cowok di sekolahnya. Aku benar-benar dibuat repot olehnya. Seringkali aku yang harus turun tangan atas kelakuannya tersebut. “Wah, kamu kok feminim banget sekarang, padahal dulu kamu tomboynya minta abis. Ha Ha ha Ha” kataku. Dia hanya tersenyum setelah aku berkata begitu. Aku jadi penasaran, jangan-jangan dia sudah punya pacar? Ya maklumlah anak SMA. Setelah aku menyapa orang tuaku dan adikku, aku menuju kamar. “Brukkk!!!” aku terjatuh sambil menelentangkan seluruh badanku.
                Sambil tiduran di kasurku. Aku memikirkan hal yang dulu mengganjal di hatiku. Ini terjadi 6 tahun yang lalu saat aku masih SMA. Aku dulu seorang anak yang rajin dan penurut. Aku memang tidak suka hal-hal yang aneh-aneh ketika masih SMA. Suatu hari ketika jam pelajaran kosong. Teman-temanku mengajak ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas kelompok bersama-sama.
“Hibari, kita ke perpus yuk?. Daripada, diem gak jelas begini, gimana?” tanya Anton temanku.
“Heeemm ya boleh juga, sekalian aja kita selesaikan saja tugasnya? Okay?” kataku.
“ Okay brooo, ayoo!!”
Kami pun pergi ke perpustakaan. Saat aku melangkahkan kaki menuju ke perpustakaan. Aku melihat seseorang 2 siswa. Seorang perempuan keluar dari toilet bersama seseorang laki-laki. Perempuan tersebut dengan rambut yang berantakan berusaha merapikan rambutnya dan laki-laki tersebut pergi meninggalkannya. Sesaat dia memandangku. Kami berpandangan satu sama lain . Entah kenapa aku merasakan di dalam matanya penuh kesedihan. Kemudian, dia memalingkan wajahnya dan pergi.
                Saat di perpustakaan aku jadi tidak bisa berkonstrasi dalam mengerjakan tugasku. Kenapa aku terus memikirkan hal itu? Apa yang mereka lakukan di toilet? Aku mencoba untuk tidak berpikir macam-macam. Terlebih lagi, kenapa dia memandangku seperti itu. Hari demi hari berlalu. Aku baru sadar dia berada di sebelah kelasku. Aku melihatnya berjalan menuju ke hadapanku. Aku melihat matanya, sembari langkahku melewatinya. Rasanya sangat lama walaupun sebenarnya sangat singkat. Dia pun melewatiku. Aku berhenti sejenak dan memalingkan wajahku. Aku melihat punggungnya dan rambutnya yang terurai. Sejak saat itu aku sering memandangnya. Aku sering melihat ia bersama pria yang berbeda. Tampaknya, pria-pria tersebut adalah geng motor yang sering ikut balapan liar. Aku banyak mendengar desas-desusnya dari teman-temanku.
                Suatu hari temanku Anton berulang tahun. Dia berencana mengajak seluruh teman sekelas mengadakan pesta di sebuah cafe. Ya tentu saja aku ikut ambil bagian pesta tersebut. Mungkin hal tersebut dapat membuatku tak memikirkan perempuan tersebut.  Malam pun datang. Aku datang ke pesta tersebut. Di sana sudah banyak teman-temanku menunggu. Kami semua duduk di meja yang sama dan menjadi pusat perhatian oleh seluruh pelanggan di sana. Maklum kelasku terkenal paling berisik (he he he). Mungkin saja ini akan jadi pesta terakhir buat teman-temanku karena beberapa 3 bulan lagi akan ada ujian nasional.
                Di sela-selah pesta aku memandang ke arah seberang. Aku sangat terkejut melihat dia. Aku melihat dia bertengkar dengan seorang laki-laki. Sejenak pesta teman-temanku berubah sunyi melihat mereka. Tanpa aku sadari tubuhku bergerak munuju mereka. Ketika laki-laki tersebut ingin memukul perempuan tersebut, aku segera mengambil tangannya. Kami berdua bertatapan dengan tatapan penuh amarah. Jujur saja aku tidak suka berkelahi. Akan tetapi, hari ini entah kenapa aku bersikap seperti ini? Dia pun melepaskan tangannya dariku dan kemudian pergi meninggalkan cafe. Perempuan tersebut menangis semua teman-temanku menghampirinya.
“Aku ingin pulang... hiks..” kata perempuan tersebut.
“Kamu ingin pulang, biar aku saja yang mengantar.. Anton maaf ya, kalian lanjutin aja pestanya. Aku mau mengantarnya pulang.” Kataku.
“Oh ya, gak masalah kok. Terima kasih ya Hibari, sudah hadir ke sini” Kata Anton.
Setelah itu aku mengantarnya menuju tempat parkir di mana motorku terpakir. Aku pun mengantarnya pulang ke rumah. Sejenak dia dan aku terdiam. Namun aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan. Akhirnya, aku tahu namanya adalah Hana. Ternyata dia juga kelas 3 sama sepertiku. Memang dalam pembicaraan tersebut aku tak berani bertanya masalah pribadinya. Saat motorku sedang melaju, dia merangkulkan kedua tangannya ke pinggang hingga ke perutku. Dia menangis di punggungku. Rasanya sedikit gugup tapi aku tetap bersikap tenang.
                Keesokan harinya pada saat jam kosong. Aku sedang berada di kelas membaca buku pelajaran. Dia datang dan memasuki kelasku. Sontak itu membuatku sangat terkejut. Dia datang untuk mentraktirku makan sepulang sekolah. Ini benar-benar membuatku sedikit gugup apa lagi dia datang dengan penampilan yang sangat anggun. Terlebih lagi senyumnya membuatku seakan meleleh. Sepulang sekolah aku menunggunya di depan kelasnya. Ia pun keluar dan langsung menemuiku. Kami menuju warung di depan sekolah. Aku memesan mie ayam sedangkan dia memesan nasi goreng. Jujur saja aku sangat gugup ketika aku duduk berhadapan dengannya. Aku bahkan sampai salah mengambil kecap. Harusnya aku mengambil kecam manis namun yang terjadi aku mengambil yang asin.
“Kamu gak apa-apa kan?” tanya Hana.
“Gak, gak aku kebanyakan pake kecap asinnya. Eeemmm eeemm.” Jawabku.
“Ya udah minum dulu, kamu ini aneh deh.. he he he..”
“Ya .. eeehmmm” kataku.
Ya Tuhan, aku konyol sekali. Seharusnya sikapku harus tetap tenang dan santai. Setelah kami makan siang aku sempatkan untuk bertukar nomor ponsel dengannya. Sejak saat itu kami jadi sering mengobrol. Kami sering berdua ke manapun. Sehingga banyak diantara teman-temanku mengira kami berpacaran. Ya, aku memang tak bisa memungkiri aku memiliki rasa terhadapnya.
                Suatu hari ketika aku sampai di kelas, Anton datang menghampiriku. Dia mengatakan padaku untuk menjauhi Hana. Karena sebenarnya Hana sudah memilki pacar dan pacarnya tersebut adalah ketua geng motor. Namun, yang terlebih terkejut lagi dari perkataan Anton bahwa dia adalah cewek “cabe-cabean”. Hana sering di jadikan taruhan oleh pacarnya ketika balapan liar. Aku pun terkejut mendengarnya. Padahal, aku sudah menyiapkan hadiah khusus untuk ulang tahunnya hari ini. Itu adalah sepasang gantungan kunci. Aku sudah berniat menyatakan cintaku padanya, namun pada akhirnya menjadi seperti ini. Kemudian sepulang sekolah aku menunggunya. Aku menunggunya sambil melamun memikirkan kata teman-temanku. Lalu Hana datang menghampiriku. Aku mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya dan memberikan kado berupa sebuah gantungan kunci. Lalu aku mulai menyatakan perasaanku padanya.
“Hana, Aku mencintaimu... Maukah kau menjadi kekasihku?” tanyaku.
“Hibari, kamu...” Kata Hana dengan mata berkaca.
“Aku sudah tahu semuanya. Apapun orang katakan aku tidak peduli. Hanya satu yang harus kamu tahu, aku mencintaimu. Aku akan tetap menyayangimu, tetap mencintaimu. Apapun yang terjadi padamu dulu. Aku tidak peduli! Aku hanya peduli padamu yang sekarang. Jika kamu menerima gantungan kunci ini. Maka kamu bersedia menjadi kekasihku. Namun sebaliknya, jika kamu tidak menerimanya. Maka biarlah kita menjadi seperti ini.” Kataku sambil bersujud di depannya.
Hana pun terdiam. Perlahan dia mengarahkan tangannya ke gantungan kunci yang aku bawa di tanganku. Lalu, dia mengambilnya dan langsung memelukku. Kami berpelukan cukup lama. ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidupku. Aku benar-benar tidak peduli dengan kata orang. Aku akan tetap mencintainya dia apa adanya.
                Akhirnya aku resmi berpacaran dengannya. Dia pun meninggalkan dunia kelamnya dulu termasuk pacarnya terdahulu yang sangat menyakitinya. Kami sering berdua kemana pun kami pergi. Bahkan aku sering main di rumah kostnya. Ya selama ini dia kost. Tapi aku sama sekali tidak berbuat macam-macam. Aku sangat menjaga hubungan ini untuk tetap positif. Semoga saja aku mampu menghadapinya dan itu terasa sangat berat karena Hana selalu berpakian sangat seksi. Aku memang tidak bisa melarangnya dalam hal berpakian karena aku juga suka melihatnya (he he he maaf).
                Suatu hari aku mengantar Hana pulang dari sekolah. Ya kali ini aku mengantarnya karena motornya sedang di servis. Kebetulan hari aku juga harus cepat-cepat ke rumah Anton untuk belajar bersama karena persiapan ujian nasional. Ketika aku hendak menuju rumah Anton, aku dicegat oleh sekumpulan geng motor tak jauh dari rumah kost Hana. Ternyata itu mantan Hana. Aku pun turun dari motorku dan memandangnya. Aku melihat mereka membawa tonggkat baseball dan beberapa pentongan. Aku benar-benar takut sebenarnya, tapi aku harus menghadapi mereka. Mereka kemudia langsung menyerangku. Jujur saja melawan orang sebanyak itu aku tentu kalah. Mereka memukuli tanpa henti hingga aku tak berdaya lagi dan terjatuh ke tanah. Mantannya menghampiriku dan menginjak kepalaku.
“WOOOOI!!! Kamu tahu siapa aku!! Aku Evan ketua Geng motor blackflag! Kamu berani sekali mengambil cewekku! Kamu pikir kamu siapa!!! Ini adalah pelajaran buat kamu!!! BANGSAT!!!” kata Evan.
Setelah itu mereka meninggalkanku. Aku terluka cukup parah. Aku tak mampu menggerakan badanku. Darah dari kepalaku mengucur deras. Satu hal yang aku pikirkan hanya Hana. Aku sangat mencintainya.
                Kemudian aku membuka mataku. Aku melihat selang infus di tanganku. Ternyata aku sudah berada di rumah sakit. Tapi aku tak sanggup menggerakan tubuhku. Rasanya sangat sakit semua. Aku melihat orang tuaku menghampiriku. Mereka tampaknya cukup senang aku sudah siuman. Mereka mengatakan aku sudah di sini selama 3 hari. Lalu aku bertanya padaku Ibuku di mana Hana. Mereka mengatakan bahwa Hana tidak datang menjengukku. Aku kemudian mencoba menghubungi ponselnya, namun terputus. Apa yang terjadi? Kenapa Hana tidak menjengukku di rumah sakit?
                Beberapa  hari kemudian aku sudah bisa bersekolah. Walaupun sebenarnya orang tuaku tak mengizinkan aku untuk bersekolah. Akan tetapi, hal ini harus aku lakukan untuk menemui Hana. Mungkin dia ada di sekolah dan jujur saja aku sangat merindukannya. Sesampainya di sekolah dengan di antar oleh ayahku aku langsung menuju kelas Hana. Ternyata dia tidak ada di kelas. Aku pun bertanya kepada teman-temanya. Mereka berkata bahwa dia telah pindah sekolah. Setelah mendengar itu aku menuju toilet. Aku menangis dengan sangat hebat. Mungkin ini adalah tangisan terlamaku. Aku benar-benar hancur dibuatnya.
                Hari demi hari berlalu. Aku menjalani hidupku seperti biasa. Memang sangat berat ketika ketidakpastian selalu menghantui diriku. Walaupun tanpa Hana, aku berusaha menjalani hariku dengan baik untuk lulus dari ujian nasional. Hingga akhirnya aku berhasil lulus dan mendapatkan beasiswa ke Belgia untuk mengambil falkutas ekonomi di sana. Kemudian aku bangun dari tidurku mengingat kisah tersebut. Aku duduk di teras rumahku. Aku terus memikirkan Hana. Aku berharap ada kesempatan untuk aku bisa bersama dan melihatnya.
                Suatu hari aku mengantar adikku ke sekolah. Ya sebenarnya adiku SMA di sekolahku yang dulu. Ketika aku berkeliling untuk bernostalgia mengingat kisahku dengan Hana di sekolah ini, aku melihat Hana. Dia berpakian seperti seorang pengajar. Kita pun saling berpandangan. Aku langsung berjalan menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia pun juga memelukku dengan dan kami berdua berpelukan sangat lama hingga akhirnya adikku melihatku. Aku tak menyangka bertemu Hana di sekolah ini. Ternyata dia sudah menjadi pengajar di sini. Ini benar-benar pertemuan tak terduga, namun sangat menggembirakan bagiku.
                Akhirnya, kami mulai memperbaiki hubungan kami yang dulu. Dia meninggalkanku karena dia tidak ingin aku terluka hingga hampir mati. Dengan menjauhiku dia berharap aku tidak terluka. Aku selalu berkata aku akan tetap mencintainya apapun resikonya. Meskipun begitu dia selalu membawa gantungan kunci yang kuberi dan selalu berharap aku baik-baik saja. Ternyata Hana selalu mendoakanku. Kami berdua akhirnya melanjutkan hubungan yang terputus dan akan melangsungkan pernikahan. Terima kasih Tuhan, doaku terkabul. Aku akan selalu menjaga Hana. –Tamat-
Narasi Biodata : Rama (Putu Desmawan)
Aku hanyalah seorang mahasiswa yang lahir kebetulan di Denpasar, Bali pada tanggal 11 Desember 1990. Namaku Putu Desmawan tapi teman-teman memanggil Rama. Aku mahasiswa di Universitas Mahasaraswati Denpasar falkutas FKIP bahasa Inggris. Walaupun aku dari bahasa asing, aku suka menulis puisi dan cerpen. Untuk kritik dan saan kalian dari karyaku kalian bisa lihat akun Fbku Rama Loverholic atau telepon 085738726539

0 komentar:

Posting Komentar