Akhirnya, aku sampai juga di Bali. Sudah 5
tahun sejak aku lulus SMA. Ternyata tak banyak perubahan setelah aku
melanjutkan studi di Belgia. Rasa rindu kepada orang tua memang sudah tak mampu
aku tahan. Aku penasaran, apa rumahku masih seperti dulu ya? Atau sudah banyak
yang berubah. Selain itu, aku sangat merindukan masakan ibuku. Ya di Belgia
memang makanan enak-enak, namun hampir susah mencari makanan pedas di sana. Aku
benar-benar sangat merindukan semuanya.
Sesampainya
di rumah, aku sudah di sambut dengan suka cita oleh ibu dan ayahku. Kamu saling
berpelukan. Tak ketinggalan adik perempuanku yang sudah SMA sekarang. Ternyata
dia sudah anggun dan cantik. Padahal dulu dia sangat tomboy. Bahkan sering
berkelahi dengan anak-anak cowok di sekolahnya. Aku benar-benar dibuat repot
olehnya. Seringkali aku yang harus turun tangan atas kelakuannya tersebut.
“Wah, kamu kok feminim banget sekarang, padahal dulu kamu tomboynya minta abis.
Ha Ha ha Ha” kataku. Dia hanya tersenyum setelah aku berkata begitu. Aku jadi
penasaran, jangan-jangan dia sudah punya pacar? Ya maklumlah anak SMA. Setelah
aku menyapa orang tuaku dan adikku, aku menuju kamar. “Brukkk!!!” aku terjatuh
sambil menelentangkan seluruh badanku.
Sambil
tiduran di kasurku. Aku memikirkan hal yang dulu mengganjal di hatiku. Ini
terjadi 6 tahun yang lalu saat aku masih SMA. Aku dulu seorang anak yang rajin
dan penurut. Aku memang tidak suka hal-hal yang aneh-aneh ketika masih SMA.
Suatu hari ketika jam pelajaran kosong. Teman-temanku mengajak ke perpustakaan
untuk mengerjakan tugas kelompok bersama-sama.
“Hibari, kita ke perpus yuk?. Daripada, diem
gak jelas begini, gimana?” tanya Anton temanku.
“Heeemm ya boleh juga, sekalian aja kita
selesaikan saja tugasnya? Okay?” kataku.
“ Okay brooo, ayoo!!”
Kami pun pergi ke perpustakaan. Saat aku
melangkahkan kaki menuju ke perpustakaan. Aku melihat seseorang 2 siswa.
Seorang perempuan keluar dari toilet bersama seseorang laki-laki. Perempuan
tersebut dengan rambut yang berantakan berusaha merapikan rambutnya dan
laki-laki tersebut pergi meninggalkannya. Sesaat dia memandangku. Kami
berpandangan satu sama lain . Entah kenapa aku merasakan di dalam matanya penuh
kesedihan. Kemudian, dia memalingkan wajahnya dan pergi.
Saat
di perpustakaan aku jadi tidak bisa berkonstrasi dalam mengerjakan tugasku.
Kenapa aku terus memikirkan hal itu? Apa yang mereka lakukan di toilet? Aku
mencoba untuk tidak berpikir macam-macam. Terlebih lagi, kenapa dia memandangku
seperti itu. Hari demi hari berlalu. Aku baru sadar dia berada di sebelah
kelasku. Aku melihatnya berjalan menuju ke hadapanku. Aku melihat matanya,
sembari langkahku melewatinya. Rasanya sangat lama walaupun sebenarnya sangat
singkat. Dia pun melewatiku. Aku berhenti sejenak dan memalingkan wajahku. Aku
melihat punggungnya dan rambutnya yang terurai. Sejak saat itu aku sering
memandangnya. Aku sering melihat ia bersama pria yang berbeda. Tampaknya,
pria-pria tersebut adalah geng motor yang sering ikut balapan liar. Aku banyak
mendengar desas-desusnya dari teman-temanku.
Suatu
hari temanku Anton berulang tahun. Dia berencana mengajak seluruh teman sekelas
mengadakan pesta di sebuah cafe. Ya tentu saja aku ikut ambil bagian pesta
tersebut. Mungkin hal tersebut dapat membuatku tak memikirkan perempuan tersebut. Malam pun datang. Aku datang ke pesta
tersebut. Di sana sudah banyak teman-temanku menunggu. Kami semua duduk di meja
yang sama dan menjadi pusat perhatian oleh seluruh pelanggan di sana. Maklum
kelasku terkenal paling berisik (he he he). Mungkin saja ini akan jadi pesta
terakhir buat teman-temanku karena beberapa 3 bulan lagi akan ada ujian
nasional.
Di
sela-selah pesta aku memandang ke arah seberang. Aku sangat terkejut melihat
dia. Aku melihat dia bertengkar dengan seorang laki-laki. Sejenak pesta
teman-temanku berubah sunyi melihat mereka. Tanpa aku sadari tubuhku bergerak
munuju mereka. Ketika laki-laki tersebut ingin memukul perempuan tersebut, aku
segera mengambil tangannya. Kami berdua bertatapan dengan tatapan penuh amarah.
Jujur saja aku tidak suka berkelahi. Akan tetapi, hari ini entah kenapa aku
bersikap seperti ini? Dia pun melepaskan tangannya dariku dan kemudian pergi
meninggalkan cafe. Perempuan tersebut menangis semua teman-temanku
menghampirinya.
“Aku ingin pulang... hiks..” kata perempuan
tersebut.
“Kamu ingin pulang, biar aku saja yang
mengantar.. Anton maaf ya, kalian lanjutin aja pestanya. Aku mau mengantarnya
pulang.” Kataku.
“Oh ya, gak masalah kok. Terima kasih ya
Hibari, sudah hadir ke sini” Kata Anton.
Setelah itu aku mengantarnya menuju tempat
parkir di mana motorku terpakir. Aku pun mengantarnya pulang ke rumah. Sejenak
dia dan aku terdiam. Namun aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.
Akhirnya, aku tahu namanya adalah Hana. Ternyata dia juga kelas 3 sama
sepertiku. Memang dalam pembicaraan tersebut aku tak berani bertanya masalah
pribadinya. Saat motorku sedang melaju, dia merangkulkan kedua tangannya ke
pinggang hingga ke perutku. Dia menangis di punggungku. Rasanya sedikit gugup
tapi aku tetap bersikap tenang.
Keesokan
harinya pada saat jam kosong. Aku sedang berada di kelas membaca buku
pelajaran. Dia datang dan memasuki kelasku. Sontak itu membuatku sangat
terkejut. Dia datang untuk mentraktirku makan sepulang sekolah. Ini benar-benar
membuatku sedikit gugup apa lagi dia datang dengan penampilan yang sangat
anggun. Terlebih lagi senyumnya membuatku seakan meleleh. Sepulang sekolah aku
menunggunya di depan kelasnya. Ia pun keluar dan langsung menemuiku. Kami
menuju warung di depan sekolah. Aku memesan mie ayam sedangkan dia memesan nasi
goreng. Jujur saja aku sangat gugup ketika aku duduk berhadapan dengannya. Aku
bahkan sampai salah mengambil kecap. Harusnya aku mengambil kecam manis namun
yang terjadi aku mengambil yang asin.
“Kamu gak apa-apa kan?” tanya Hana.
“Gak, gak aku kebanyakan pake kecap asinnya.
Eeemmm eeemm.” Jawabku.
“Ya udah minum dulu, kamu ini aneh deh.. he
he he..”
“Ya .. eeehmmm” kataku.
Ya Tuhan, aku konyol sekali. Seharusnya sikapku
harus tetap tenang dan santai. Setelah kami makan siang aku sempatkan untuk
bertukar nomor ponsel dengannya. Sejak saat itu kami jadi sering mengobrol.
Kami sering berdua ke manapun. Sehingga banyak diantara teman-temanku mengira
kami berpacaran. Ya, aku memang tak bisa memungkiri aku memiliki rasa
terhadapnya.
Suatu
hari ketika aku sampai di kelas, Anton datang menghampiriku. Dia mengatakan
padaku untuk menjauhi Hana. Karena sebenarnya Hana sudah memilki pacar dan
pacarnya tersebut adalah ketua geng motor. Namun, yang terlebih terkejut lagi
dari perkataan Anton bahwa dia adalah cewek “cabe-cabean”. Hana sering di
jadikan taruhan oleh pacarnya ketika balapan liar. Aku pun terkejut
mendengarnya. Padahal, aku sudah menyiapkan hadiah khusus untuk ulang tahunnya
hari ini. Itu adalah sepasang gantungan kunci. Aku sudah berniat menyatakan
cintaku padanya, namun pada akhirnya menjadi seperti ini. Kemudian sepulang
sekolah aku menunggunya. Aku menunggunya sambil melamun memikirkan kata
teman-temanku. Lalu Hana datang menghampiriku. Aku mengucapkan selamat ulang
tahun kepadanya dan memberikan kado berupa sebuah gantungan kunci. Lalu aku
mulai menyatakan perasaanku padanya.
“Hana, Aku mencintaimu... Maukah kau menjadi
kekasihku?” tanyaku.
“Hibari, kamu...” Kata Hana dengan mata
berkaca.
“Aku sudah tahu semuanya. Apapun orang katakan
aku tidak peduli. Hanya satu yang harus kamu tahu, aku mencintaimu. Aku akan
tetap menyayangimu, tetap mencintaimu. Apapun yang terjadi padamu dulu. Aku
tidak peduli! Aku hanya peduli padamu yang sekarang. Jika kamu menerima
gantungan kunci ini. Maka kamu bersedia menjadi kekasihku. Namun sebaliknya,
jika kamu tidak menerimanya. Maka biarlah kita menjadi seperti ini.” Kataku
sambil bersujud di depannya.
Hana pun terdiam. Perlahan dia mengarahkan
tangannya ke gantungan kunci yang aku bawa di tanganku. Lalu, dia mengambilnya
dan langsung memelukku. Kami berpelukan cukup lama. ini adalah hari yang paling
membahagiakan dalam hidupku. Aku benar-benar tidak peduli dengan kata orang.
Aku akan tetap mencintainya dia apa adanya.
Akhirnya
aku resmi berpacaran dengannya. Dia pun meninggalkan dunia kelamnya dulu
termasuk pacarnya terdahulu yang sangat menyakitinya. Kami sering berdua kemana
pun kami pergi. Bahkan aku sering main di rumah kostnya. Ya selama ini dia
kost. Tapi aku sama sekali tidak berbuat macam-macam. Aku sangat menjaga
hubungan ini untuk tetap positif. Semoga saja aku mampu menghadapinya dan itu
terasa sangat berat karena Hana selalu berpakian sangat seksi. Aku memang tidak
bisa melarangnya dalam hal berpakian karena aku juga suka melihatnya (he he he
maaf).
Suatu
hari aku mengantar Hana pulang dari sekolah. Ya kali ini aku mengantarnya
karena motornya sedang di servis. Kebetulan hari aku juga harus cepat-cepat ke
rumah Anton untuk belajar bersama karena persiapan ujian nasional. Ketika aku
hendak menuju rumah Anton, aku dicegat oleh sekumpulan geng motor tak jauh dari
rumah kost Hana. Ternyata itu mantan Hana. Aku pun turun dari motorku dan
memandangnya. Aku melihat mereka membawa tonggkat baseball dan beberapa
pentongan. Aku benar-benar takut sebenarnya, tapi aku harus menghadapi mereka.
Mereka kemudia langsung menyerangku. Jujur saja melawan orang sebanyak itu aku
tentu kalah. Mereka memukuli tanpa henti hingga aku tak berdaya lagi dan
terjatuh ke tanah. Mantannya menghampiriku dan menginjak kepalaku.
“WOOOOI!!! Kamu tahu siapa aku!! Aku Evan
ketua Geng motor blackflag! Kamu berani sekali mengambil cewekku! Kamu pikir
kamu siapa!!! Ini adalah pelajaran buat kamu!!! BANGSAT!!!” kata Evan.
Setelah itu mereka meninggalkanku. Aku
terluka cukup parah. Aku tak mampu menggerakan badanku. Darah dari kepalaku
mengucur deras. Satu hal yang aku pikirkan hanya Hana. Aku sangat mencintainya.
Kemudian
aku membuka mataku. Aku melihat selang infus di tanganku. Ternyata aku sudah
berada di rumah sakit. Tapi aku tak sanggup menggerakan tubuhku. Rasanya sangat
sakit semua. Aku melihat orang tuaku menghampiriku. Mereka tampaknya cukup
senang aku sudah siuman. Mereka mengatakan aku sudah di sini selama 3 hari.
Lalu aku bertanya padaku Ibuku di mana Hana. Mereka mengatakan bahwa Hana tidak
datang menjengukku. Aku kemudian mencoba menghubungi ponselnya, namun terputus.
Apa yang terjadi? Kenapa Hana tidak menjengukku di rumah sakit?
Beberapa hari kemudian aku sudah bisa bersekolah.
Walaupun sebenarnya orang tuaku tak mengizinkan aku untuk bersekolah. Akan
tetapi, hal ini harus aku lakukan untuk menemui Hana. Mungkin dia ada di
sekolah dan jujur saja aku sangat merindukannya. Sesampainya di sekolah dengan
di antar oleh ayahku aku langsung menuju kelas Hana. Ternyata dia tidak ada di
kelas. Aku pun bertanya kepada teman-temanya. Mereka berkata bahwa dia telah
pindah sekolah. Setelah mendengar itu aku menuju toilet. Aku menangis dengan
sangat hebat. Mungkin ini adalah tangisan terlamaku. Aku benar-benar hancur
dibuatnya.
Hari
demi hari berlalu. Aku menjalani hidupku seperti biasa. Memang sangat berat
ketika ketidakpastian selalu menghantui diriku. Walaupun tanpa Hana, aku
berusaha menjalani hariku dengan baik untuk lulus dari ujian nasional. Hingga
akhirnya aku berhasil lulus dan mendapatkan beasiswa ke Belgia untuk mengambil
falkutas ekonomi di sana. Kemudian aku bangun dari tidurku mengingat kisah
tersebut. Aku duduk di teras rumahku. Aku terus memikirkan Hana. Aku berharap
ada kesempatan untuk aku bisa bersama dan melihatnya.
Suatu
hari aku mengantar adikku ke sekolah. Ya sebenarnya adiku SMA di sekolahku yang
dulu. Ketika aku berkeliling untuk bernostalgia mengingat kisahku dengan Hana
di sekolah ini, aku melihat Hana. Dia berpakian seperti seorang pengajar. Kita
pun saling berpandangan. Aku langsung berjalan menghampirinya dan langsung
memeluknya. Dia pun juga memelukku dengan dan kami berdua berpelukan sangat
lama hingga akhirnya adikku melihatku. Aku tak menyangka bertemu Hana di
sekolah ini. Ternyata dia sudah menjadi pengajar di sini. Ini benar-benar
pertemuan tak terduga, namun sangat menggembirakan bagiku.
Akhirnya,
kami mulai memperbaiki hubungan kami yang dulu. Dia meninggalkanku karena dia
tidak ingin aku terluka hingga hampir mati. Dengan menjauhiku dia berharap aku
tidak terluka. Aku selalu berkata aku akan tetap mencintainya apapun resikonya.
Meskipun begitu dia selalu membawa gantungan kunci yang kuberi dan selalu berharap
aku baik-baik saja. Ternyata Hana selalu mendoakanku. Kami berdua akhirnya
melanjutkan hubungan yang terputus dan akan melangsungkan pernikahan. Terima
kasih Tuhan, doaku terkabul. Aku akan selalu menjaga Hana. –Tamat-
Narasi
Biodata : Rama (Putu Desmawan)
Aku hanyalah seorang mahasiswa yang lahir
kebetulan di Denpasar, Bali pada tanggal 11 Desember 1990. Namaku Putu Desmawan
tapi teman-teman memanggil Rama. Aku mahasiswa di Universitas Mahasaraswati
Denpasar falkutas FKIP bahasa Inggris. Walaupun aku dari bahasa asing, aku suka
menulis puisi dan cerpen. Untuk kritik dan saan kalian dari karyaku kalian bisa
lihat akun Fbku Rama Loverholic atau
telepon 085738726539
0 komentar:
Posting Komentar