Senin, 18 Oktober 2010

// // Leave a Comment

Sebuah Akhir Cinta (sekuel dari Cerpen "Walau Tak dilihat")

Sudah 6 Tahun aku lulus dari masa SMA. Masa dimana anak-anak akan menghabiskan masa mereka dengan penuh kesenangan. Aku tak bisa pungkiri masa itu adalah yang paling indah bagiku, sekaligus yang paling berat. Bagaimana tidak, aku telah berpisah dengan sahabatku, Hana selama 6 tahun. Kini Hana berada di Jakarta melanjutkan kuliah bisnis dan menejemen disana. Lalu bagimana dengan aku?? Ya kini aku telah lulus dari perguruan tinggi dan aku sekarang bekerja di kantor kontruksi sebagai staff Marketing. Aku juga mengambil jurusan bisnis dan menejemen di perguruan tinggi sama seperti Hana.



Kalau aku ingat masa-masa SMA tersebut tentu saja aku akan terus mengingat Hana. Bagiku Hana adalah cinta pertama, meski aku tak akan mungkin bisa memilikinya. Mungkin sekarang Hana telah bahagia bersama Raka. Banyak orang bilang cinta tak harus memiliki. Mungkin benar cinta tak harus memiliki. Ya sekarang aku sudah cukup bahagia dengan hidupku.

“Hai Rangga….” kata rekan kerjaku menghilangkan lamunanku.

“Ya ada apa Deni? Kamu bikin aku kaget saja.” kataku.

“Besok kita ada meeting dengan client, apa kamu udah siapin bahan buat persentasi?” kata Deni.

“Udah kok, tinggal di print dan di jilid aja..” kataku.

“Ya udah, aku duluan makan siang ya?? Lapar nie… kamu gak ikut??” kata Deni.

“Gak, aku sebentar menyusul, ada beberapa yang mesti aku periksa buat besok.” kataku.

“Ya sudah aku duluan ya…” kata Deni.

Sesaat Deni makan siang, aku membuka internet dan mencari bahan-bahan pelengkap untuk presentasi aku besok. Memang pekerjaanku membuatku banyak menyita waktu. Mungkin ini penyebabnya aku tak mendapatkan pasangan selama 6 tahun walaupun dari segi fisik aku tidak mengecewakan. Mungkin aku memang tidak bisa mendapatkan pasangan karena aku selalu memikirkan Hana. Hana, bagaiamana keadaanmu sekarang ya??



Suatu hari di kantor sedang rame membicarakan adanya menejer pemasaran yang baru. Memang, menejer yang lama telah di mutasi ke kantor cabang. Jadi aku tidak kaget jika akan ada seseorang yang akan menggantikannya. Hari ini aku ada meeting dengan client dan juga ada meeting kantor setelahnya. Memang hari ini sangat sibuk.



Akhirnya meetingku dengan client berjalan lancar. Perusahaan kami mendapat tender sesuai rencana. Setelah aku meeting dengan client aku pun langsung melajutkan meeting dengan kantor di ruang yang terpisah dari meetingku sebelumnya. Wah, tampaknya sudah banyak yang hadir. Padahal sesuai jadwal harusnya sudah mulai. Tapi kenapa lama sekali mulainya?? Akhirnya setelah hampir 1 jam menunggu. Akhirnya kepala kantor pun datang. Betapa kagetnya aku ketika kepala kantor masuk ternyata Hana juga ada di sana. Apakah ini berarti Hana akan menjadi menejer??

“Maaf menunggu lama semuanya, karena ada sesuatu dan lain hal rapat ini menjadi terganggu. Kali ini saya akan memperkenalkan Menejer Pemasaran yang baru, untuk ibu silahkan memperkenalkan diri” kata Pak Kepala.

“terima kasih atas kesempatannya, perkenalkan nama saya Hana Herawati, umur 24 tahun, asal saya dari sini, Denpasar. Saya lulusan Universitas Indonesia Falkutas Ekonomi, menejemen pemasaran.” Kata Hana.

“Nah itu perkenalan singkat dari Bu Hana, mungkin dari kalian ada ingin menanyakan beberapa hal tapi setelah jam istirahat saja. Nah Bu Hana, ini para staf Pemasaran di kantor saat ini. Untuk kalian silahkan meperkenalkan diri” kata Pak Kepala.

Aku dan rekan-rekanku memperkenalkan diri. Aku tidak menyangka aku akan bertemu Hana. Namun kini berbeda dia atasanku. Ketika aku berjabat tangan dengan Hana, dia memandangiku dengan tatapan penuh arti. Aku tak tahu apakah maksud dari tatapan itu. Setelah meeting tersebut aku dikagetkan dengan pelukan seseorang dibelakangku. Ternyata Hana yang memelukku.

“Halooo Rangga.!!!” Kata Hana.

“Hana?? Ternyata kamu masih ingat denganku??” kataku.

“Ya iyalah, aku tidak mungkin lupa dengan sahabatku. Tadi memang sedikit terkejut kamu ada di sana waktu itu. Aku tidak menyangka akan menjadi atasanmu Rangga. He he he he,,” kata Hana.

“Ya, ya. Oh ya karang waktunya jam makan siang. Kamu mau ikut??” tawarku.

“Boleh juga, tapi kali aku yang traktir, sebagai perayaan pertemuan kita lagi. Okay???” kata Hana.

“Ya udah deh, he he he” jawabku.

Aku dan Hana makan siang berdua. Ini adalah makan siang pertama aku bersama Hana sejak 6 Tahun yang lalu. Dia tetap tidak berubah, masih seperti dulu. Aku dan Hana banyak mengobrol tentang kehidupan kita masing-masing. Dia juga bercerita tentang Raka. Hana dan Raka sekarang sudah bertunangan. Walaupun begitu Raka masih di Jakarta karena pekerjaan yang harus membuatnya tetap di sana. Mereka sekarang sedang menunggu waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan. Aku hanya bisa tersenyum saja. Ternyata Hana akan segera memiliki keluarga.



Sejak Hana resmi menjadi menejer pemasaran. Aku dan rekan-rekan makin giat bekerja. Ternyata Hana telah menjadi pemimpin yang baik. Target-target perusahaan hampir semua terpenuhi. Hingga perusahaan selalu memenangkan tender. Ini semua berkat Hana, dia benar-benar cerdas walau sifat humorisnya tuh terkadang membuat ia tidak berwibawa, tapi dia memang seperti itu. Hana bukanlah tipe yang suka memandang bawahan sebagai anak buah. Justru sebagai rekan dan partner. Sampai pada akhirnya tak terasa sudah 6 bulan dia menjadi manejer. 6 bulan tersebut membawa dampak yang bagus bagi perusahaan.



Suatu hari Hana memanggilku ke ruangannya. Tidak biasanya dia memanggilku sendiri saja. Aku pun menuju ruangan Hana. Aku masuk ke dalam ruangan tersebut dan ia pun mempersilahkan aku duduk.

“Ya Hana kenapa kamu memanggilku?? Ada masalahkah??” tanyaku.

“Tidak juga, cuma akhir-akhir ini aku merasakan firasat yang jelek. Sekarang Raka mulai jarang membalas sms aku. Aku telpon juga sering tidak diangkat. Chating juga sering Offline. Aku jadi berpikiran negatif dengannya.” kata Hana

“Hana udahlah kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak. Aku yakin kok dia baik-baik saja di sana. Lagipula di sini juga kamu banyak kerjaan kan?? Jadi kamu fokus kerjaan kamu, Okay??” kataku.

“Ya seihhh, Lagi pula aku mau minta cuti buat mengambil beberapa barangku yang masih tertinggal di Jakarta. Sekalian aku mau menyelidiki dia di sana.” kata Hana.

“Ya kalau itu yang terbaik, lakukan saja. Tapi jangan lupa oleh-oleh dari Jakata. Okay?? He he he he…” kataku.

“Ahhh kamu ini, masih saja berpikir oleh-oleh.” kata Hana.

Akhirnya Hana pun mengambil cuti untuk menuju Jakarta. Aku berharap tidak ada sesuatu yang terjadi pada Hana ketika dia di Jakarta. Semoga apa yang Hana duga itu salah. Karena aku tidak ingin melihat Hana bersedih.



Sudah 3 hari Hana cuti. Aku terus memikirkan Hana. Dia tidak membalas sms aku sejak berangkat ke Jakarta. Ada apa ya?? Kenapa aku sangat gelisah??? Apakah ada masalah di sana?? Malam hari ketika aku di kost aku dikejutkan dengan suara ketukan yang keras. Ketika aku mebuka pintu. Ternyata Hana di depanku. Dia terdiam saja ketika aku membuka pintu. Dan tiba-tiba langsung memelukku. Dia menangis dipelukanku.

“Hana?? Ada apa?? Apa yang terjadi?? Mengapa kamu menangis??” kataku.

“Aku sakit hati Rangga. Ternyata selama ini dia udah menduakan aku. Dan lebih parahnya dia telah menghamili wanita tersebut!!!!! Aku sakit hati Rama. Aku hancur banget!!!” kata Hana.

“Apa!!?? Aku tidak menyangka dia akan seperti itu. Terus bagaimana hubungan kamu dengan dia?” kataku.

“Sudah jelas aku akhiri. Cincin pertunanganku sudah aku lempar dihadapannya!!” aku sekarang butuh kamu Rangga. Temenin aku, aku menginap di kostmu aja untuk hari ini ya??” kata Hana.

“Haaah??? Emang kenapa tidak dirumahmu??” kataku.

“Aku malu dengan keluargaku. Aku tidak ingin mereka marah dengan Raka jika mereka mengetahui hal ini. Aku tidak ingin ada masalah. Kamu mengertikan Rangga??” kata Hana.

“Ya udah deh. Agak berantakan…” kataku.

Hana pun menginap di kostku. Dia dari tadi hanya diam sambil menangis. Aku tidak berani mengganggunya. Mungkin dia butuh sendiri untuk saat ini. Sampai aku tertidur dan bangun keesokan harinya aku bangun dan melihat Hana membaca sebuah buku. Betapa kagetnya aku dia membaca buku catatan aku. Di sana banyak terdapat curhatan hatiku tentang Hana. Hana pun melihatku. Dia memandangku dan kami saling memandang. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutku dan mulutnya. Hingga akhirnya Hana berbicara.

“Rangga, jadi selama ini kamu. Menyimpan perasaan kamu sendiri. Hingga sekarang kamu masih menyimpan semua itu??” kata Hana.

Aku pun terdiam, aku tak bisa berbicara. Aku yakin Hana telah mengetahui semuanya.

“Rangga kenapa kamu hanya diam saja???” kata Hana.

“Hana, sejak dulu aku menyukaimu. Bukan hanya dari pertama saja, tapi sejak aku mengenalmu lebih jauh cuma kamu yang bisa membuat aku merasa bahagia. Aku sadar aku tidak akan bisa mendapatkan kamu. Kamu kan lebih bahagia bersama yang kamu cintai. Sekarang Kamu sudah mengetahui semuanya. Tidak ada alasan bagiku untuk menutupinya.” kataku.

Hana pun diam, aku juga ikut diam. Kami tak bicara apapun. Tak ada yang salah dengan catatan itu. Aku harap Hana mengerti perasaanku. Aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaanku sendiri.

“Rangga, kita jalan-jalan yuks. Kamu mau nemenin aku???” kata Hana.

“Ke mana???” tanyaku.

“Ke mana saja yang penting ada kamu..” kata Hana sambil tersenyum.

Aku dan Hana pun keluar jalan-jalan. Aku pun tidak lupa menyampaikan aku tidak masuk hari ini dengan alasan sakit. Aku dan Hana menuju Arena permainan di Mall daerah Denpasar. Aku bisa melihat Hana berbahagia hari ini. Sungguh senang hatiku melihat dia tak sedih lagi.



Setelah selesai bermain aku dan Hana menuju taman kota. Di sana kami bercanda, tertawa bersama. Sungguh ini adalah hari yang paling membahagiakan buatku.

“Rangga, Hari ini aku senang banget bisa jalan-jalan seperti ini. Terima kasih ya??”

“Ya Hana, aku juga senang hari ini.”

“Rangga, Apakah kamu benar-benar mencintaiku??” kata Hana. Pertanyaan Hana tersebut membuatku berdebar-debar.

“Kamu kan sudah tahu dari buku itu kan??” kataku.

“Tapi aku ingin mendengar dari bibirmu Rangga.” kata Hana. Aku pun dia sejenak melihat Hana.

“Ya Hana.. aku.. mencintaimu..” kataku. Hana pun langsung memelukku. Dia memelukku dengan hangat.

“Sekarang aku tahu, siapa yang benar-benar bisa menjadi pedampingku kelak. Selama ini aku hanya melihat satu pintu yang tertutup dihadapanku tanpa aku sadari bahwa ada pintu yang terbuka. Dan pintu yang terbuka itu adalah kamu Rangga. Maafkan aku selama ini tidak menyadari kamu Rangga” kata Hana.

“Tidak perlu minta maaf. Aku yang salah, aku tidak punya keberanian mengungkapkan semuanya. Aku takut kita tak akan bisa sedekat dulu. Aku hanya takut kamu akan membenciku.” kataku.

Hana pun langsung mencium bibirku. Aku menikmati ciuman tersebut, kemudian Hana berkata “Aku sayang kamu Rangga”. Sejak saat itulah aku dan Hana menjalin hubungan yang bukan lagi sekedar sahabat tapi menjadi kekasih. Ternyata Tuhan mendengar doaku. Walau selama ini Hana tak melihatku di hatinya. Akhirnya dia tahu, akulah cintanya yang terakhir dan selamanya.







TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar