Jumat, 27 Agustus 2010

// // Leave a Comment

Kisah Cinta Sejati

Pagi ini aku harus mengantar pesanan catering. Sungguh melelahkan memang. Pekerjaan orang tuaku yang hanya sopir dan dan wirausaha kecil memaksa aku untuk membantu mereka. Terkadang waktuku bermain tidak ada sama sekali. Ya seperti inilah hidup di negara yang penuh derita ini. Keterpaksaan yang membuat orang bisa melakukan segalanya.

Dengan sepeda gayung hadiah terkahir kakekku sebelum beliau meninggal, kugunakan sehari-hari untuk mengantar catering ibuku. Memang tidak besar catering ibuku. Tapi paling tidak sudah cukup untuk makan dan membiayai sekolahku. aku mengantar catering ke rumah Bu Dina. Beliau adalah pelanggan setia ibuku.
"Selamat pagi Bu... " sapaku ketika sampai.
"ehhhh Nak Rama... pagi-pagi sudah diantar ... kan acaranya tar siang.." kata Bu Dina.
"ya Bu maaf sebelumnya.. soalnya Ibu sebentar akan pergi kondangan. Jadinya diantar sekarang, tidak apakan Bu??" kataku.
"ya tidak apa-apa... ini uangnya.. 100 ribu.. terima kasih ya nak...." kata Bu Dina.
"Ya Bu terima kasih kembali." kataku.
Dengan cepat aku pun mengayuh sepeda menuju sekolah karena 15 menit lagi aku akan terlambat. Untunglah perjalananku lancar menuju sekolah. Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk bahuku.
"Haiiiiiiiiiiiiii Rama.......................................................!!!" ternyata yang menepuk bahuku adalah Reyna... Sahabatku sejak aku SMP.
"Kamu tuh ngagetin aku aja..... ....." kataku.
"Ya sory deeehh Ram... emhhh PR aku dah selesai blom?? hehehe"
"udah nie... PR kamu.. cuma kali ini saja aku bantu kamu, kalau bukan karena kamu sahabat aku gak akan aku bantu.. huuuhh" kataku.
"hahaha makasi ya.. Rama baik dehhh...." Kata Reyna.
"Alaaaaahhh.... ada maunya baru bilang gitu.... udah ahh aku mau kekelas dulu..." kataku..
"heheheh tar bantuin buat tugas ya Rama... alnya banyak tugas aku yang blom kelar... ya yaaa...." Katanya sambil bermanja-manja ke aku.
"IHhhhhh yayayayaayayy..." kataku.
"Gtu donk.... heheheheheh"
Reyna memang selalu begitu. Ada maunya pasti minta tolong aku. Tapi sebagai sahabat ya aku harus bantu. Lagi pula Reyna juga baik padaku. Memang walau dia cantik dan manis. Tapi dia lemah dalam pelajaran.

Jam sekolahpun berbunyi. Pelajaran demi pelajaran datang silih berganti mengisi jam sekolah. Aku yang akan menghadapi Ujian nasional disibukan dengan tugas yang banyak dan harus selesai 1 bulan sebelum UN. Dari bangku yang kutempati aku selalu memperhatikan Dinda. Ya wanita yang selama ini aku kagumi. Parasnya yang cantik, putih, dan senyum yang sangat manis membuat siapapun yang memandangnya tak akan mampu berkedip. Bukan hanya cantik, dia pintar dan cerdas. Itu terihat dari ranking 1 yang selalu dia dapat di kelas. Sayangnya aku tak siapakah yang beruntung telah memilki Dinda. Memang, cinta tak harus memilki. Aku bukannya tak pernah berpacaran. Ya sudah 3 kali aku menjalin cinta. Yang pertama dengan Tiani, sayangnya hubungan kita kandas karena dia meminta putus. Yang kedua dengan Lisna, dia adalah ketua OSIS di sekolah (sama aku juga OSIS) tapi hubungan kita pun akhirnya menjadi teman biasa. Dan yang terkahir dengan Asih, dan ini pun kandas karena aku tahu dia telah menduakan aku. Memang aku tipe cowok yang membosankan. Sifat aku yang terlalu percaya dan terlalu baik memang tidak disukai wanita kebanyakan.

Pukul 13.00 pertanda jam sekolah akan berakhir. Tapi tidak buatku karena aku harus mengurusi keperluan sekolah dalam rangka persiapan ulang tahun yang akan diadakan 3 hari lagi. Seperti biasa semua pengurus OSIS membantu para guru untuk menata aula dan panggung. Dan tampak Dinda dalam kegiatan itu. Saat itu dia tengah berlatih di panggung untuk mengisi acara dalam kegiatan ulang tahun sekolah. Pada saat dia turun dari panggung tiba-tiba tangga tersebut patah dan Dinda pun terjatuh. Aku dengan cepat aku menuju kesana.
“ Kamu gak apa-apa Din??” Tanyaku.
“Aduhhh sakit…..” teriak Dinda.
“Tunggu bentar ya.. aku mau ambil P3K di ruang PMR…” Kataku.
Dengan cepat aku ke ruang PMR dan mengambil P3K disana. Dengan cepat pula aku sampai.
“Tahan ya Din,, kayaknya kaki kamu sedikit bengkak. Aku kompress aja ya..” Kataku.
“Ya tapi pelan-pelan ya… sakit banget….” Kata sambil meringis.
Tanpa sadar teman-teman disekitar berkumpul dan melihat aku sedang mengobati Dinda. Dinda pun melihat aku dengan tatapan penuh arti. Aku jadi malu dilihat seperti itu. Setelah selesai mengobati Dinda aku pun berusaha membantu dia berdiri dan mengantarnya ke ruang PMR.
“Makasi ya Rama.. udah bantu aku….” Kata Dinda.
“Ya gpp kok.. Lebih baik kamu istirahat dulu.,, “ Kataku.
“Ya tapi aku harus latihan… padahal acara lagi 3 hari.,,,,” Kata Dinda
“Ya aku tahu.. tapi lebih baik kamu istirahat aja dulu siapa kamu bisa kembali latihan… Okay” Kataku.
“Ya udah…. Rama temenin aku bentar di sini ya… Aku takut sendiri di ruang PMR…. Please ya..” Kata Dinda memohon.
Pada saat itu aku dan Dinda makin dekat. Acara Ulang tahun pun berlangsung sangat meriah. Saat acara telah selesai Dinda langsung memelukku. Dia mengucapkan terima kasih karena selama ini aku selalu membantunya untuk berlatih. Bukan hanya itu, aku dan Dinda makin sering bermain ke rumah aku. Demikian pula dengan diriku yang sering kerumahnya. Aku dan Dinda suka belajar bersama. Itu yang membuat aku semakin semangat belajar.

Pada hari minggu aku dan Dinda janji untuk bertemu di taman kota jam 9 pagi. Hatiku semakin berdebar-debar. Karena ini adalah momentum yang pas untuk mengungkapkan perasaanku pada Dinda. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan teriakan ibuku.
“Rama….!!! Ada yang nyari kamu nak..!!” teriak Ibuku.
“Siapa Bu????” tanyaku.
“Nak Reyna…..!!” jawab Ibuku.
Reyna??? Kenapa dia datang pagi-pagi seperti ini?? Kemudian dengan cepat aku bergegas ke ruang tamu untuk menemui Reyna. Saat aku pandang Reyna tampaknya dia seperti orang kebingungan. Kenapa ya??
“Rey… kenapa tumben pagi-pagi kamu kesini??” tanyaku.
“Rama…. Hari ini kamu mau temenin aku ya… aku lagi bertengkar dengan mama.. Please….” Kata Reyna.
“Tapi Rey…..” Tiba-tiba Reyna memelukku.
“Please Rama….. Cuma kamu yang bisa bikin aku tenang… Cuma kamu sahabat aku yang terbaik… sejak kamu dekat dengan Dinda. Kamu gak perhatian lagi sama aku. Aku gak tahu kenapa aku bisa kayak gini ke kamu….” Kata Reyna.
Mata ku menuju luar. Ternyata Dinda melihatku berpelukan dengan Reyna. Dengan cepat aku pun melepaskan pelukan Reyna dan berlari menuju Dinda. Namun Dinda dengan cepat masuk ke Mobil dan pergi. “SiaaaaaaaaaLLL” kataku dalam hati. Aku tak menyangka akan menjadi seperti ini.Sejak kejadian itu Dinda selalu menghindar jika aku temui. Dia pun mulai berubah padaku. Aku tak tahu harus seperti apa agar Dinda mau mendengarkan semua penjelasanku. Aku tak menyalahkan Reyna atas semua yang terjadi. Mungkin sudah nasibku tidak mendapatkan orang yang aku cintai.

2 bulan setelahnya, Ujian Nasional di mulai. Tentunya masalah pribadiku masih mengganjal di otak ini. Tapi untunglah tidak sampai mengganngu aku dalam mengerjakan soal. Dari bangkuku aku selalu melihat Dinda. Kadang aku masih bertanya-tanya kenapa Dinda masih tak ingin berbicara padaku. Setelah Ujian Nasional berakhir aku mendapat kabar gembira. Untunglah aku lulus dengan nilai yang baik. Dan kabar yang paling mengejutkan aku mendapat beasiswa kuliah ke Jepang. Itu ku dapatkan dengan iseng-iseng mengirim proposal beasiswa ke Jepang lewat Internet. Tentu saja hal ini tidak aku sia-siakan. Apa lagi Ibuku dan Ayahku sudah mempersiapkan tabungan jangka panjang buatku jika aku ingin kuliah.

Di hari keberangkatan tak lupa aku mengucapkan perpisahan. Pada teman-teman yang selama ini mendukungku. Aku pun mengirim SMS pada Dinda. Aku tak tahu apakah dia akan membalasnya. Aku tak terlalu berhapap lagi, walau hatiku masih ingin bertemu dengan Dinda sekali lagi.
“Nak, hati-hati ya… Kalau sapai disana beri tahu ibu ya.. Di negara orang harus baik.. nak..” kata Ibuku.
“Ya Bu.. aku pasti akan lakuin semua yang bu kasi tahu buat aku…” jawabku.
“Nak… Rajin lah belajar disana menimba Ilmu.. Ayah sangat bangga padamu nak..” kata Ayah sambil memelukku.
“Ya Ayah.. Pastinya… heheheh” jawabku.
Akhirnya aku dan kedua orang tuaku berpisah dan aku pun menuju bandara. Reyna terus saja miskol-miskol Hp-ku. Tampaknya diatak rela dengan kepergianku.. ha ha ha.. dalam taksi aku selalu mengingat kenangan dengan Dinda. Kenapa hatiku sedih dan galau. Padahal sebentar lagi aku kan pergi. Mungkin dengan pergi jauh dari hadapannya. Aku mampu melupakan rasa cinta ini. Sesampainya di Bandara aku masih memikirkan Dinda. Langkah demi langkah aku memasuki Bandara. Tampak jadwal penerbanganku kan tiba. Namun suara memanggil namaku mengalun panjang. “Rama…….!!!!!!!!” Rasanya aku pernah dengar suara itu. Kemudian ketika aku menoleh ternyata di mataku adalah Dinda.
“Rama………………….!!! Aku CINTA KAMU….. !!” teriaknya keras sambil menangis.Tanpa basi-basi aku langsung berlari ke hadapannya dan memeluknya.
“Dinda… Aku sangat mencintai kamu… maafkan aku kalau aku salah padamu…” kataku.
“Gak Rama.. aku lah yang minta maaf.. aku terlalu bersalah padamu. Selama ini aku kira kamu telah mencintai dia…” kata Dinda.
“ya Din.. maafin aku Din.. aku harus pergi..” Kataku.
“Please jangan tinggalin aku… kamu sangat berarti buat aku… aku sudah gak mau kayak tadi.. aku pengen kamu ada di sisi aku..” kata Dinda sambil menangis.
“Dinda aku kan selalu ada di sisi kamu, di hati kamu, aku hanya pergi buat kembali padamu.. kamu tahu.. kamu tuh rumah bagi hati aku.. Yang selalu mengembara mencari tempat berlindung. Aku pengen juga buat kamu bangga. Karena aku cinta padamu…” kataku.
“Rama….. hikzz hik….” Dinda pun menangis di pelukanku. Dan pada akhirnya kita berciuman, sebagai tanda mengikat jalinan kasih kita berdua selama ini.

Setelah semua yang terjadi aku dan Dinda masih menjalin hubungan. Aku terus chating dan mengirim email dengannya. Aku harap dia setia padaku. Cinta kadang tak menganal jarak, batas dan waktu. Semoga cintaku pada Dinda tak lekang oleh waktu.

Tamat

0 komentar:

Posting Komentar