Senin, 27 September 2010

// // Leave a Comment

Walau Tak Dilihat

Sejak kepergian kekasihnya aku selalu melihat dia sedih. Dia hanya murung setiap aku melihatnya. Aku tahu dia masih merasa sakit hati, ketika orang yang dia cintai memilih wanita lain. Sebagai teman aku tak sanggup melihat dia seperti itu. Ya aku hanya teman baginya, walau sebenarnya aku menyukainya. Dulu dia orang yang periang, selalu tersenyum dan selalu bersemangat. Itu yang membuat aku selalu merasa senang di dekatnya.



Aku ingin Hana seperti dulu. Aku ingin sekali menghiburnya. Tapi aku tahu kehadiranku tak dibutuhkan. Setiap aku berusaha memberinya dukungan. Dia setiap kali marah padaku. Aku hanya bisa menerima kemarahannya dengan lapang dada. Mungkin dia marahnya bukan di tujukan padaku, tapi ditujukan untuk Raka. Ya Raka adalah mantan kekasihnya.



Kejadian itu terjadi 1 bulan yang lalu. Raka dan Hana sudah menjalin hubungan selama 1 tahun. Pertama kali aku mendengar pacaran aku cemburu. Ya aku juga menyukai Hana. Hana dan aku memang sejak SMP sekarang kita SMA salalu bersama. Bahkan kita salalu satu kelas. Mungkin hanya kebetulan, tapi kebetulan yang membuat aku selalu senang melihat Hana. Perasaanku pada Hana memang selalu aku simpan. Bahkan di saat dia telah bersama Raka. Rasanya sangat teriris. Namun aku bahagia, karena senyum Hana selalu membuat aku damai. Selama Hana berhubungan bersama Raka, Hana tampak bahagia. Namun entah kenapa mereka bisa putus. Aku ingin sekali menanyakan hal itu kepada Hana. Namun aku tidak berani karena aku tak ingin Hana sedih.



Hana berubah sejak itu. Aku tak tahu harus melakukan apa. Aku hanya bisa melihat dia duduk termenung saja. Suatu hari ketika aku pulang dari rumah kakekku dengan motor. Tiba-tiba aku melihat Hana di jalan. Hana berjalan sempoyongan seperti orang mabuk. Aku pun menghampirinya.

“Hana, kenapa kamu ada di sini?? Ini sudah larut.” kataku.

“Aaaaaaahhhhh Udah dehhhhh, kamu diam aja, aku masih pengen jalan-jalan. Ha ha ha ha…” kata Hana.

“Hana ini aku Rangga. Pokoknya aku harus bawa kamu pulang!” kataku.

“Diam kamu Bangsat!!” kata Hana kasar.

Hana pun menamparku. Tapi aku diam saja di tamparnya. Hingga akhirnya dia menangis. Aku pun mengajaknya ke tempat yang tenang. Dia menangis dipunggungku saat aku mengendari motor. Aku mengajaknya ke taman kota. Di sana dia menangis dan menangis. Aku hanya bisa diam mendengar tangisannya.

“Kenapa?? Kenapa aku jadi seperti ini?? Kenapa Raka tega meninggalkan aku cuma demi wanita lain?? Semua udah aku kasi, kesucianku. Semua yang dalam diri aku. Ternyata dia hanya buat aku sakit. Sakit sekali rasanya. Hik.. hik..” kata Hana.

“Hana.. aku gak tahu harus bilang apa?? Aku Cuma bisa menemani kamu di sini.” kataku.

“Sekarang aku udah tidak suci lagi, dia sudah mengambil keperawananku. Aku harus bilang apa pada suamiku nantinya?? Padahal aku sudah yakin dia tidak akan meninggalkan aku.” Kata Hana. Sebenarnya aku terkaget mendengar hal itu.

“Hana, pasti bakal ada kok yang mencintai kamu setulus hati. Aku yakin, jadi jangan berpikir seperti itu ya..” kataku.

“Siapa?? Siapa Rangga??” tanya Hana.

“Aku tidak tahu Hana, Sudahlah.. hari sudah semakin malam, lebih baik kita pulang. Okay??” kataku.

Aku pun mengantar Hana pulang ke rumahnya. Sesaat aku, sempat berpikir untuk berterusterang tentang perasaanku padanya. Namun aku tahu ini bukanlah saat yang tepat karena dia masih belum bisa melupakan Raka. Rasanya sulit mengungkapkan kejujuran hati ini.



Besoknya aku melihat Hana kembali seperti dulu lagi. Dia terlihat tersenyum lagi. Aku sungguh senang melihatnya karena dia tak lagi murung dan sedih. Sejak Hana yang aku kenal kembali, dia lebih sering curhat dan ngobrol denganku. Ya, aku merasa sungguh bahagia Hana bisa dekat denganku. Kedekatan aku dengan Hana membuat aku ingin sesegera mungkin mengungkapkan hati ini padanya. Aku ingin jujur dengan rasa cinta ini.



Tapi, itu hanya angan-anganku saja. Suatu hari aku melihat Hana bersama Raka, Mereka berpelukan. Apakah itu pertanda mereka bersama lagi?? Rasa cemburu tak dapat aku hindari. Cemburu tapi aku tak dapat mengungkapkannya. Setelah aku melihat hal itu Hana memberi tahu aku jika dia kembali bersama Raka.

“Rangga…. Aku balikan lagi sama Raka..” kata Hana.

“Ya terus????” kataku.

“Ya kita pacaran lagi… ternyata dia juga masih sayang denganku, menurutmu aku salah balikan lagi dengan Raka??” tanya Hana.

“Ya tidak salah seih.. Menurut hati kamu bagaimana??”

“Ya tidak salah juga..” kata Hana menjawab pertanyaanku.

“Ya kalau begitu, biarkan hatimu yang menentukan..” kataku.

Aku tidak tahu, rasa apa yang aku rasakan setelah mendengar hal itu. Aku hanya bisa berpura-pura bahagia di depan Hana. Namun aku harus akui, jika aku telah kalah. Aku sadari aku tidak akan bisa mendapatkan cinta Hana.



Hana dan Raka tampak sangat bahagia. Mereka seperti dulu lagi. Aku bahagia melihat Hana kembali ceria. Aku tahu Hana akan bahagia jika bersama Raka. Aku dan Hana sekarang sudah menjadi sahabat. Hingga akhrinya kelulusan SMA memisahkan aku dan Hana. Hana ingin melanjutkan kuliah di Jakarta, sedangkan aku tetap di Bali. Raka pun ikut kuliah di Jakarta. Aku senang bisa menjadi sahabat Hana. Walau terkadang cintaku tak di lihat olehnya. Sepertinya inilah takdir seorang pecundang seperti aku. Tak mendapatkan cinta karena aku tak mampu mengungkapkannya. Namun cukup senyum Hana saja yang membuat aku tenang.



TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar