Selasa, 21 September 2010

// // Leave a Comment

Jika Cinta Berkata

Setiap hari aku selalu melewati jalan itu. Aku selalu melihat toko bunga yang terdapat dipinggir jalan tersebut. Sesosok wanita yang selalu mengusik rasa penasaranku. Ya wanita tersebut selalu membuat aku bertanya-tanya. Siapakah gerangan wanita yang cantik itu?? Walau dalam hati terus bertanya entah rasa apakah ini?? Cinta atau hanya kekaguman akan kecantikannya??



Wanita tersebut selalu mengenakan syal putih di lehernya. Dia amat menawan bagiku. Penampilan yang terlihat sangat feminim membuat aku ingin mendekatinya. Ya aku sungguh penasaran hingga suatu hari aku membeli bunga di sana. Aku memandangnya dengan dengan penuh rasa tanya. Dia tampak tersenyum melihatku.

“Permisi, bunga mawar ini berapa harganya??” kataku.

“Itu harganya 10 ribu.” Kata seseorang yang menjawab pertanyaanku.

Aku pun berbalik, dan yang menjawab pertanyaanku tersebut adalah seorang wanita tua. Dia adalah pemilik toko bunga tersebut.

“Kenapa nak?? Ini bunganya…” kata Wanita tua tersebut.

“Ya Bu terima kasih…” kataku.

Aku pun bertanya pada ibu tersebut siapa wanita yang menjaga tokonya. Ternyata namanya adalah Diana, dia adalah seorang tuna wicara dan dia seorang yatim piatu sejak kecil dan kini tinggal bersama ibu pemilik toko. Aku kaget mendengar hal itu, ternyata wanita secantik itu bisu. Aku hanya tidak bisa membayangkan jika aku mengagumi wanita yang ternyata bisu. Aku masih tidak percaya. Dia pun melihatku pembicaraanku dengan ibu pemilik toko. Mungkin dia malu mengetahui dirinya bisu. Tapi ketika aku lihat matanya, tampak sangat damai hatiku. Apakah aku mulai merasakan cinta?? Aku tak tahu.



Besoknya aku kembali ke toko bunga tersebut. Kebetulan hari ini aku libur kerja dan aku sengaja pagi-pagi kesana untuk berkenalan dengan Diana. Ternyata benar dugaan aku Diana sedang membuka toko sendirian. Aku melihat dia kesusahan membuka toko. Aku pun langsung membantunya. Dia pun hanya tersenyum ketika aku membantunya. Walau pun dia tak bisa bicara tapi aku merasakan kalau dia sangat bersyukur dengan bantuan aku. Aku pun menyerahkan nomor Handphoneku untuknya agar kita bisa saling komunikasi. Sejak saat itulah hubunganku dengannya makin dekat. Aku sadar dia tak sempurna bagi beberapa orang tapi bagiku dia sempurna di hatiku

.

Semakin aku mengenalnya dia sangat baik. Tanpa sadar hubungan aku dan dia makin dekat layaknya sepasang kekasih. Aku ingin mengungkapkan cintaku padanya. Di sebuah taman aku dan Diana bertemu. Aku memberinya bunga mawar putih dan berkata “Diana, Aku mencintaimu.. Mau kah kau menjalani hari-hari beserta langkah-langkahnya bersamaku”. Diana pun menangis dan memeluk aku. Dia pun memberikan Hpnya dan menuliskan sesuatu “aku juga mencintaimu Kevin”. Aku pun memeluknya dan mencium keningnya. Itulah hari yang paling indah dalam hidupku.



Hidupku rasanya sempurna. Yang membuat aku bahagia adalah senyumannya. Untuk masalah komunikasi aku bisa mengerti bahasa isyaratnya. Ternyata dibalik ketidaksempurnaan fisiknya dia begitu baik hati dan ramah. Aku pun berencana akan menikahinya sesegera mungkin. Karena aku tidak ingin kehilangan dia.



Aku pun mengajak Diana pergi menemui orang tuaku. Memang aku tidak memberi tahu orang tuaku tentang Diana. Karena aku pikir aku ingin memberi kejutan pada orang tuaku. Ketika aku memperkenalkan Diana kehadapan ke dua orang tuaku tampaknya lancar-lancar saja. Aku menceritakan asal-usul dia pada ke dua orang tuaku. Ternyata ayahku tidak menerimanya.

“APA!! Kamu akan menikah dengan wanita cacat seperti ini!! Bagaimana dengan keturunan kita!! Ayah tidak setuju dengan Hubungan ini!!” kata ayahku keras.

“Tapi Ayah.. Kevin sayang sama dia.. Kevin pengen restu Ayah saja… karena Kevin ingin hidup bersama dia.” kataku.

“Ayah tidak akan merestuinya!! Jika kamu masih bersikeras mempertahankan hubungan kalian lebih baik pergi dari tempat INI!!!!” kata Ayahku.

“Sudah lah Ayah… jangan marah-marah pada Kevin” kata ibuku.

“Pokoknya kamu harus memilih salah satu!! Kami orang tuamu atau wanita yang bersamamu!!” kata ayahku.

Aku pun berpikir sejenak. Aku melihat Diana menangis, akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari sana. Tanpa sepatah katapun aku meninggalkan langkahku. Aku sadar aku telah durhaka pada orang tuaku tapi aku juga tak bisa meninggalkan Diana yang aku cinta. Ya Tuhan maafkan aku, tapi aku ingin hidup bahagia.



Kami pun menikah tanpa restu orang tuaku. Tentu saja, rasanya tetap mengganjal. Diana pun sebenarnya tidak ingin seperti ini. Tapi aku selalu meyakinkan dia agar mengerti kalau ini adalah pilihan hidupku. Aku pun dan Diana tinggal bersama di rumah kontrakan kami. Ya walaupun orang-orang melihat hubungan kami yang aneh aku sungguh bahagia. Apa lagi beberapa bulan pernikahanku dengan Diana dia mulai mengandung. Aku harus segera mempersiapkan untuk buah hatiku bersama Diana. Sungguh bahagia rasanya menjadi orang tua.



Sudah 2 tahun aku menikah dengan Diana. Kehidupan kami sungguh bahagia dengan adanya buah hati kami berdua. Aku menamai anakku Rama. Aku harap nama tersebut dapat menjadikan anakku sehebat rama dalam cerita Ramayana. Ya memang Rama sungguh manja dan nakal. Ya wajar saja anak laki-laki seperti itu mirip dengan Ayahnya, tapi wajahnya memang mirip dengan Ibunya yang cantik. Anak kami lahir dengan normal. Aku bersyukur sekali pada Tuhan. Suatu hari ketika aku sedang libur kerja pada hari minggu, tiba-tiba aku dikejutkan dengan kedatangan seseorang. Seseorang itu adalah ibuku.

“Ibu??? Darimana ibu tahu kami di sini???” kataku.

“Teman temanmu yang memberi tahu ibu kamu di sini Kevin..” kata ibuku.

Ibuku menangis dan langsung memelukku. Diana yang semula di dapur melihat aku dan ibuku. Ternyata ibuku datang dengan membawa berita mengejutkan. Ayahku terkena sakit jantung dan sedang kritis di rumah sakit. Ibuku meminta aku untuk menemui ayahku. Ayahku sangat ingin menemuiku. Kami pun pergi ke rumah sakit. Untuk menemui ayahku. Aku melihat ayahku terbering lemas serta didampingi peralatan medis. Aku pun sedih melihat itu, ayahku memanggilku dengan suara yang sangat lemas.

“Kevin… kemari…” kata ayahku.

“Ayah.. maafkan sikap Kevin selama ini ke ayah. Kevin tidak bisa menjadi anak yang baik..” kataku.

“Ayah yang salah Kevin, ayah selama ini mementingkan diri ayah. Maafkan ayahmu ini nak.. Ayah selama ini sadar, kebahagiaamu paling penting.” kata ayahku.

Lalu ayahku melihat ke arah Diana bersama anakku. Ayahku memanggil Diana bersama anakku.

“Maafkan sikap saya yang tak menerima nak Diana sebagai menantu di keluarga kami. Jadilah istri yang baik untuk Kevin, karena dia putra kami satu-satunya.” kata ayahku.

Diana pun menangis dan hanya menganggukkan kepala. Ayahku melihat anak kami berdua. Di saat itu lah ayahku menghembuskan nafas terkahirnya. Aku hanya bisa menangis dan meminta maaf kepada ayahku. Di penghujung hidup ayahku akhirnya kami di restui. Ibuku juga merestui hubungan kami. Akhirnya aku bisa lega, walaupun aku tidak ingin seperti ini.



Orang tuaku telah merestui hubungan kami berdua. Walaupun pada akhirnya ayahku wafat. Aku berterima kasih pada ayah sekaligus memaafkan diriku yang egois ini. Memang tidak ada yang perlu disesali lagi. Terkadang cinta memang harus membuat pilihan berat dan terkesan Egois. Tapi cinta berkata seperti itu. Kebahagiaanlah yang paling penting. Aku yakin Tuhan memberi aku pelajaran untuk selalu percaya keputusan yang aku ambil sudahlah yang terbaik.

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar