Selasa, 15 Juni 2010

// // Leave a Comment

Sebuah Kesempatan (Cerpen by Rama)

Ini mungkin sebuah kisah yang sangat sederhana. Cinta kadang tak seindah yang diharapkan. Sebuah kesalahan dapat menghancurkan semua cinta tersebut. Mungkin Kesalahan dalam cinta kan sulit dimaafkan.

Namaku Rama. Umurku sekitar 19 tahun. Saat ini aku bekerja di Perusahaan Transportasi terbesar di Bali sebagai Staff Umum. Pekerjaanku sangat melelahkan. Dan terkadang sangat menguras tenaga dan mata. Setiap hari aku kerja dari jam 8.30 pagi sampai jam 05.00 sore. Hari libur Cuma hari minggu dan itupun aku tak sempat aku manfaatkan untuk berlibur sejenak karena aku juga harus mengurus bisnis keluarga. Sebagai anak laki-laki satu-satunya. Aku harus bertanggung jawab dengan keluarga. Orang tuaku sangat berharap denganku. Karena kakak-kakakku semua perempuan. Tentu saja ini jadi beban tersendiri untukku.

Suatu hari pulpenku habis. Kebetulan pas sudah mau jam pulang. Aku mampir ke sebuah toko alat tulis. Ketika kakiku melangkah kesana, betapa kagetnya aku. Sesosok Wanita yang tidak asing dalam pandanganku. “Dina?????” dalam hatiku berkata. Entah kenapa tubuhku bergetar, dan jantungku berdegup kencang. Nafasku seakan habis. Dina adalah mantan pacarku. Kita pernah pacaran kurang lebih satu tahun. Kita putus karena aku berselingkuh dengan wanita lain. Sebenarnya Dina bukanlah sosok yang sempurna seperti yang aku inginkan. Kulitnya hitam, namun wajahnya manis. Tubuhnya hanya sebetas leherku, dan matanya yang tajam. Sewaktu kita putus kita tak pernah berhubungan lagi. Mungkin dia sangat sakit hati denganku bahkan aku pernah ingin meminta maaf dengannya namun dengan cepat dia tak perhatikan aku lagi. Tak disangka kini dia menjadi kasir di toko alat tulis tersebut. Saat aku melihat Dina dia pun menatapku dengan tajam. Aku tak tahu apa yang dipikirkannya. “pulpen Ini berapa???” tanyaku. “dua ribu rupiah…” jawabnya. “emmmhh… gimana kabarmu Din????” tanyaku ingin berbasa-basi. “Baik…”Jawabnya. Kemudian dia pergi “En.. gantiin aku bentar ya…..” katanya. Kenapa Dina seperti itu apa dia masih sakit hati denganku?? Sungguh jahat diriku. Dina seandainya kau sedikit saja mau berbiacara denganku.

Sejak saat itu aku tak pernah kesana. Aku tak ingin mengganggunya. Aku sadar masih ada rasa dalam hati ini. Namun aku tak ingin berharap karena aku pernah mencoba balikan lagi dengannya. Namun dia tak ingin.

………………………………

2 tahun berlalu Tak disangka berkata kerja kerasku aku diangkat jadi supervisor. Kini aku tak sendiri lagi karena aku telah memiliki kekasih. Namanya Misa, seorang Mahasiswi di Kampus UNUD, Fakultas Tehnik Sipil. Aku dan Misa sudah berpacaran 7 bulan. Dia gadis yang manis dan imut. Kulitnya putih dan matanya indah. Yang paling aku suka darinya adalah lesung pipinya yang imut. Sungguh wanita yang sangat sempurna. Dan selain itu dia sangat dewasa. Berbeda denganku yang agak childish.

Suatu hari ketika malam minggu aku berencana mengajak misa jalan-jalan. Saat di jalan aku lupa kalau Misa nitip beli Martabak. Saat itu aku beli martabak satu jalur dengan tempat menuju rumah Misa. “Mas martabak 1 ya….” Kataku pada penjual. “ya Pak tunggu sebentar” jawab penjual tersebut. Ketika aku sedang menunggu, tiba-tiba sesesok wanita datang dari belakangku. “Mas martabak 1 ya.. “ Kata wanita itu dari belakangku. Dan ketika aku menoleh kebelakang. Ternyata Itu Dina!!.. aku pun kaget. Namun yang paling aku kagetkan Dina menggendong balita. “Dina!!???” kataku tanpa sadar. “Rama!!??” jawabnya. “Dina kamu beli martabak juga ya???” tanyaku. “Ya….” Jawabnya. Kemudian aku dan dia terdiam sejenak. “Dina.. kalo boleh tahu itu anakmu???”tanyaku memecah kesunyian. “Ya… “ jawabnya. Ternyata benar dia telah memiliki seorang anak. Entah apa yang aku rasakan. Aneh aku seakan tak percaya saja. “memang kamu kapan menikah?? Kok gak undang aku??” tanyaku. “udah lama… sekitar 1 tahun yang lalu.” Jawabnya. “terus suamimu mana?? Kok sendiri kesini??” tanyaku. Dina tak bisa menjawabnya. Entah kenapa dia diam saja saat aku bertanya padanya. “Din??? Dina???” kataku memanggilnya. “ehh ya.. Aku dan dia sudah bercerai..” jawabnya. “APAAAA???? Kok bisa???” tanyaku. Kemudian Dina mulai bercerita tentang kisah yang dia alami. Ternyata dia menikah dengan pria tersebut ( Adhi namanya) setahun yang lalu. Pernikahan tersebut terjadi karena Dina diperkosa oleh Adhi. Karena takut aib ini akan tersebar. Akhirnya mereka dinikahkan. Sebenernya Dina tak mencintai Adhi. Namun sebagai Istri dia sudah banyak berkorban. Sifat Adhi yang senang main wanita, minum, dan selalu kasar terhadapnya akhirnya Dina memutuskan bercerai. Apa lagi keluarga Adhi yang tak begitu menyukai Dina sehingga perceraian mereka berjalan lancar. Mendengarkan kisahnya tersebut aku tersentuh dan ingin sekali membantunya. Saat ini Dina bekerja sebagai pelayan restoran di Kuta. Hak asuh anak diberikan padanya tentunya membuat dia sangat terbebani. “Dina… aku bisa minta numb hP kamu?? Ya kapan-kapan aku mampir kerumahmu boleh?” tanyaku. “ya boleh niehhhh…” jawabnya sambil memberikan number Hp-nya. “Pakk ini martabaknya!....” kata penjual mengagetkanku. “Oh ya ya.. berapa pak??” Tanyaku. “Cuma Sembilan ribu pak..” jawabnya. “oh ya ini pak..” jawabku. “Din, aku duluan ya… “ kataku pada Dina. “Ya ….” Jawabnya. Kemudian aku menuju rumah Misa. Sesampainya di rumahnya Misa menyambutku dengan Hangat. “Halo Bebzzz lama amat…” katanya manja. “Ya niehhh alnya banyak banget yang beli martabak… emang nie martabak buat siapa??????” tanyaku. “Tuh buat Mama kepengen banget martabak, tadi ngantri apa jelalatan liat cewek???” Katanya. “Ya keduanya dehhh hehehehe “jawabku. “huuuuhh dasar ya bandel!!” katanya sambil mencubit pinggangku. “aduhhh duuhhhh kamu jangan keras gtu donkk sakit tahu!!” Kataku. “Biarin !! udah ahh…. Kita mau jalan kemana nie????” Tanya Misa. “ kemana aja boleh asal gak ke laut aja.. heheeheh” jawabku. “dasar… Ya udah tunggu ya… aku mau ambil tas ma helm..” katanya. “ya cepet tar aku tinggal…..” jawabku. “tinggal aja muh… Tar aku hancurin tuh motor…” katanya dengan sadis. “sereeemmm banget.. ya ya ya dehhhh” kataku. Akhirnya kita pun jalan-jalan malam minggu. Sebenarnya aku tak terlalu berkosentrasi dengan jalan-jalan ini. Entah kenapa Dina terus salam pikiranku. Apa aku masih cinta ma dia??? Ahhhh itu tidak mungkin, tidak mungkin aku bisa bersama dia. Dia telah memiliki anak dan aku telah mendapatkan wanita yang sempurna. Apa yang kurang dalam diriku?? Kerjaan bagus, penghasilan ada, kekasih yang sempurna. Sudah sangat cukup bagiku. Namun kenapa hati ini sangat merasa ada yang kurang. Apa sebenarnya yang terjadi?? Aku tak tahu.. aku tak mengerti.

Besoknya, kebetulan hari minggu, rasanya sangat melelahkan kemarin jalan bersama Misa. Sebenarnya aku harus bantu orang tuaku hari ini. Entah mengapa aku sangat malas. Kemudian aku ingat dengan Dina. Aku pun mencoba menghubunginya. Dengan cepat aku ambil Hpku dan kucari contact number Dina. “tiiiiiiiiiittttt, Tiiiiiiiiiiiiiiiitt …… Halo nie siapa???” jawab dina. “nie aku Dina, Rama…. Kamu lagi dimana nie???” tanyaku. “aku lagi dirumah kebetulan hari ini Libur…. Kenapa???” jawab dina. “Aku main kesana boleh dina????? Ya sekalian ngobrol-ngobrol heheheheh” tanyaku. “boleh… kesini aja….. aku juga lagi bosen nie…” jawab Dina. “ya udah tunggu ya disana………” kataku. Akhirnya aku pun mengarahkan motorku menuju Kediaman Dina. Tentu saja aku tahu kediamannya. Karena kita telah berpacaran cukup lama. Sesampainya aku disana Dina menyambutku. “halo Rama…….” Kata Dina. “Hai… kok sepi nie Rumah?? Ibu dan Bapakmu dimana???” tanyaku. “ohhh mereka ma Arik (nama anaknya) jalan ke Negara, mungkin besok mereka pulang. Ortuku sangat sayang ma anakku…” jawab Dina. “ohhh gtu…” kataku. Kita berdua pun ngobrol berdua. Bahkan aku dan Dina tertawa terbahak-bahak. Mengingat masa-masa pacaran dulu. Sungguh senang rasanya. Kemudian aku pun terdiam menatap semua ceritanya. Dina pun akhirnya terdiam. Kami saling menatap dengan tajam. Tanpa sadar kami sudah berciuman. Ciuman hangat ini yang selama ini aku tak dapatkan. Aku dan dina berciuman cukup lama pada akhirnya kami berdua tersadar. “Maaf Din… aku… aku…..” kataku terbata-bata. “Gak apa Ram….. aku tahu .. sebenernya…. Dulu aku mau balikan ma kamu Rama.. Cuma aku tahu Egoku pada waktu itu…..” Kata Dina. “ya aku tahu kok Din, Gak apa-apa….. Aku pulang dulu ya Din.. Dah mau malam, ……………” kataku. Dina pun memegang tanganku berkata “ jangan pulang dulu Ram… temani aku hari ini. Aku butuh kamu…..” Kata Dina. Akhirnya Dina memelukku. Sangat erat, dan hangat. Kita pu bercumbu lagi. Dina kali ini sangat ingin melampaiaskan hasratnya terpendam. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya bisa diam melihat hasrat Dina bersama aku dan kita melakukanNya pada akhirnya. Aku pun tidur dengannya. Sungguh aku tak tahu apa yang telah aku lakukan.

Setelah Persetubuhan tersebut aku pun melihat Dina. Dia sangat senang bersamaku. “Din… kenapa kamu melakukan ini????” tanyaku. “Aku tak tahu Rama, Aku sudah lam memendam hasrat ini..” jawabnya. “Din sebenarnya aku ingin jujur padamu…..” kataku. “apa Rama??????” Tanya Dina. “Aku telah memiliki kekasih….. dan ia sangat mencintaiku….” Kataku. Dina pun terdiam mendengar kataku tersebut. Mungkin dia telah mengira aku telah memiliki kekasih. “Rama… apa kau mencintaiku??????” Tanya Dina. “Aku tak tahu…. “ jawabku. Kitapun terdiam. Lama terdiam dalam malam yang sepi. Dosakah aku mengkhianati cinta Misa?? “ Dina aku pulang dulu… “ kataku. Dengan cepat aku membereskan pakaianku yang berserakan di Lantai. Dina hanya terdiam melihatku pergi. Mungkin dia tahu semua yang kita lakukan adalah kesalahan. Aku pun bingung dengan perasaanku. Di satu sisi aku sangat mencintai Misa, namun di sisi lain aku pun sangat terbuai dengan kenangan masa lalu ku Dina. Aku tak mengerti. Aku melihat Hpku.. dan ternyata banyak sekali miscall dari Misa. “Misa maafkan aku…” kataku dalam hati. Aku pun menelpon Misa, namun ternyata Tak diangkat. Mungkin dia telah tertidur. Atau dia marah. Tak apalah besok bisa aku jelaskan pada Misa.

Besoknya aku pun menemui Misa dirumahnya. Namun ada yang aneh. Aku melihat rumahnya begitu Ramai, dan banyak yang menggunakan pakaian adat ringan (seperti orang kematian). Aku pun bergegas dan banyak isak tangis yang kudengar. Aku pun melihat Ibunda Misa menangis Histeris. Kemudian Adik Misa , Agus menghampiriku “Kak Rama…. “ kata Agus sambil tak bisa membendung air matanya. “Kenapa Gus??? Apa yang terjadi??” kataku. “Kak Misa kecelakaan, dia di tabrak mobil kak…..” kata Agus. Aku pun kaget. Aku hanya bisa terdiam. Aku hanya bisa diam mendengarnya. Kemudian kakiku lemas. Jatuh bersimpuh. Serasa lemas sudah kaki ini. Kemudian Agus dia memberi aku Hp Misa “Kak disini ada pesan terakhir Kak Misa buat kakak…..” kata Agus. Dan Aku melihat sms yang belum terkirim itu di draft Hp “ Rama… kamu dimana?? Aku telepon gak diangkat. Kamu Tahu aku seneng banget hari ini gara kemarin ngajak aku jalan. Oh ya ingat makan, dan jangan lupa mandi… kebiasaan klo minggu gak mandi. Tha Bebs… Love You.. Muaaachhhhhh”. Setelah aku baca sms Itu. Aku pun mengatakan dalam hatiku. “misa.. aku sangat menyesal… Maafkan aku… Aku mencintaimu”.

0 komentar:

Posting Komentar